Apapun yang terjadi aku akan membuat kau bahagia, menyelamatkan orang yang kau kasihi dari takdir kematian, walaupun harus mengorbankan nyawa ku
Takdir yang terulang bagaikan neraka tiada akhir akan ku lepas kau dari lilitanya, aku berjanji.
"EEEEHHHH.....!!" Teriak ku karena terkejut dengan jawaban yang pria di depan ku ini berikan.
Ayolah bukan kah itu tindakan yang tidak gentleman sebagai seorang pria?
"Kau yang tidak setuju dengan pernikahan ini bukan?" tanyanya dan langsungku jawab dengan anggukan.
"Jadi terserah padamu mau sampai kapan, asalkan jangan kurang dari satu tahun, itu akan membuat senang media."
Aku yang tidak terlalu paham dengan apa yang dia ucapkan hanya menganggukkan kembali kepalaku.
"Bagaimana dengan biaya kuliah nya?" tanya ku kembali.
"Aku akan tetap membiayai mu, tenang saja" balasnya yang membuat hatiku sangat senang.
Namun aku adalah seorang [Full Name] yang tidak akan percaya dengan seseorang begitu saja, apalagi orang di depan ku ini baru kutemui.
Aku mengambil sebuah kertas dan pena, dan mulai menulis, melihat apa yang Aku lakukan pria itu hanya melihat ku dengan wajah datar andalannya.
"Nah ini." ku serahkan kertas dengan perjanjian yang ku tulis di atasnya.
Pria itu membaca kertas itu dan hanya melihatnya datar.
"Seperti anak kecil," ucapnya yang menusuk langsung di hatiku.
"Ayolah seseorang dapat dengan mudahnya menarik kata-katanya sendiri, aku hanya ingin membuat ini menjadi pasti."
Dia akhirnya menandatangani kertas itu, setelah itu aku langsung menarik kertas itu dan ikut menandatanganinya.
"Apa kau sudah puas?"
"Tentu saja." Aku dengan senyuman bahagiaku.
"Kalau begitu tidur lah, dan jangan ganggu aku." Dia kembali menutup matanya.
"A-aku masih ada satu permintaan lagi" ku dengan sedikit ragu.
"Apa?"
"Bisakah aku mendapatkan makanan?"
.
.
.
Dan di sinilah kami berdua, di dapur yang terlihat sangat mewah, rumah ini benar-benar besar aku bahkan belum sempat melihat lihat, bahkan bisa-bisa aku tersesat jika berjalan sendirian.
Tidak seperti bayangan ku, ternyata Pria ini yang sekarang menjadi suami ku tidak terlalu buruk, atau bisa juga di sebut baik?
Walapun ucapannya sangat pedas dan wajah datarnya tanpa ekspresi , dia setidaknya tidak membunuhku dengan tindakan menyebalkan yang baru saja aku lakukan, dia bahkan kini sedang memotong-motong bawang dan rempah rempah lain dengan handal.
Ya.. Kini dia sedang memasak untuk ku, terlihat tangannya dengan lincah memasak sepertinya dia sudah terbiasa.
Masakan akhirnya jadi dan ia taruh di hadapan ku.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
