Exposed

825 123 9
                                    

Setelah mendapatkan panggilan dari Levi aku mengecek riwayat telpon, di sana terlihat panggilan dari Levi malam kemarin. Aku teringat bahwa semalam sebelum aku tidak sadarkan diri karena mabuk aku mengangkat telepon dari seseorang dan ternyata orang itu adalah Levi?

Aku menepuk kepala ku sendiri dan meruntuki diriku. Aku benar-benar tidak ingat apa yang semalam ku katakan pada nya. Meskipun aku takut namun aku tidak dapat menghindar, aku langsung menuju ke Mension Levi.

________

Aku terkejut ketika memasuki kamar. Terlihat Levi yang terlihat berantakan, maksud ku biasanya tampilannya selalu rapih tampak celah namun kini rambutnya yang biasanya tersisir rapih sedikit berantakan, dengan baju kancing atas yang terbuka.

Levi berjalan mendekat ke arah ku, aku merasa takut, takut ia tahu dan mengungkit masalah uang yang kemarin ku gunakan.

"Jangan lakukan itu lagi!" Ucap Levi kemudian meletakan kepalanya di bahuku, aku bingung apa yang harus ku lakukan, aku hanya diam.

Hembusan napas nya mengenai leher ku membuat ku merasa geli, setelah itu Levi menghela napas, memasuki kamar mandi dan keluar dari kamar mandi dengan pakaian rapih. Aku bingung dengan tingkah Levi, ku pikir dia akan memarahi ku, Mungkin dia tidak melakukannya karena dia kelelahan.

Levi memasukan berkas-berkas yang berada di atas mejanya. Ia sepertinya akan pergi lagi, kemana lagi dia akan pergi? Bukankah dia baru saja pulang dari tempat kerjanya?

"Kau jangan pergi kemana-mana." Levi melihat ke arah ku sebelum berbalik badan dan keluar dari kamar.

"Kau sendiri mau kemana?" Tanya ku.

"Ada hal yang harus ku urus." Ucapnya kemudian meninggalkan ku.

Aku menghela napas, rasanya Levi seperti memberikan ku harapan palsu, atau mungkin sebenarnya aku yang terlalu berharap.

Segera aku akan membicarakan tentang perceraian ku dengannya, aku takut jika berada di dekatnya. Tidak bisa kuping kiri bahwa aku sudah jatuh cinta padanya, aku tidak ingin merasakan sakit yang lebih parah.

Levi tadi tampak kelelahan, mungkin aku bisa membicarakannya dengannya besok saja dan juga ku harap besok aku bisa mendapatkan pekerjaan itu.

Hari sudah malam, kini aku sedang membereskan barang-barang penting yang nanti akan ku bawa. Aku tidak tahu kapan aku akan pergi, tapi setidaknya aku harus siap-siap dari sekarang. Tidak banyak barang yang ku bawa, lagipula aku ke sinipun tidak membawa apapun.

Pintu kamar terbuka, tampak Levi yang terkejut ketika melihat ku. Hei ayolah bukankah seharusnya aku yang terkejut?

"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya langsung.

"Ame tidak memberitahuku kau sudah pulang, tumben sekali." Gerutu ku.

"Aku yang memintanya, bukannya seharusnya kau tidur? Apa yang kau lakukan?" Tanyanya lagi masih dengan pertanyaan yang sama.

Aku ingin membahas mengenai hal itu besok, karena sepertinya Levi kelelahan, "Aku hanya membereskan barang-barang ku, istirahatlah."

"Membereskan barang untuk apa?"

"Ada hal yang harus kita bicarakan, besok saja, istirahatlah."

"Kau tidak boleh pergi!"

Aku menghela napas ku, aku tidak ingin membahas ini sekarang namun bagaimana lagi Levi begitu keras kepala.

"Levi aku minta maaf.. Aku akan melanggar perjanjian yang kita buat."

"Maksud mu?" Tanyanya dengan ekspresi yang jelas ia tidak suka dengan kata yang barusan ku katakan.

Must Make You Happy (Levi X Reader) ENDWhere stories live. Discover now