❝ Bunuh ❞

437 80 3
                                    

Jeongwoo terbangun dari tidurnya. Karena sebuah mimpi aneh datang di dalam imajinasinya. Benar-benar terasa sangat tersiksa, pikir Jeongwoo.

"Bang, bangun,"ujar Jeongwoo sambil menggoyangkan bahu Junkyu di sampingnya.

Junkyu pun menggulatkan badannya, lalu mengerjapkan matanya beberapa kali hingga kesadarannya terkumpulkan.  Ia melihat ke arah Jeongwoo, yang sudah menganggu tidur lelapnya.

"Kenapa?"tanya Junkyu sesekali menguap.

"Kenapa, perasaan gue dari kemaren gaenak ya?"ujar Jeongwoo seraya menatap sekelilingnya.

"Cuman cemas biasa kali, gausah khawatir. Lu sama kita-kita,"ucap Junkyu menenangkan Jeongwoo, lalu memejamkan matanya.

"1.. 2.. 3.. 4.. 5.. 6- lho? Kok cuman 5 orang, dua lagi kemana?"ujar Jeongwoo setelah menghitung anggota mereka yang ternyata berkurang.

Junkyu yang mendengar anggota mereka berkurang langsung membuka matanya kembali sambil menatap sekelilingnya. Memastikan, bahwa hitungan Jeongwoo itu tidak benar.

"Loh iya? Kok cuman lima orang? S1 sama S2 mana?!"pekik Junkyu yang segera beranjak dari duduknya dan mulai keluar dari toko apotek tersebut.

Ya, setelah kejadian Doyoung dan Jaehyuk mati. Mereka semua pergi ke sebuah apotek untuk mengobati tubuh Jihoon yang terluka. Juga beberapa anggota lainnya yang terkena sayatan pisau, saat menyerang Doyoung.

Karena mereka kewelahan, mereka pun tertidur saling bertumpuk di lantai apotek. Untung saja apotek ini sangat sepi, tidak ada NPC yang hidup disini.

"Bang, bangun! S1 dan S2 ilang!"pekik Junkyu mencoba membangunkan para kakaknya Jihoon dan Yoshi, juga adiknya. Haruto.

"H–hah? Apa ilang?"tanya Yoshi yang belum terkumpul akan kesadarannya.

"S1 sama S2, bang! Mereka gak mungkin kan, ngejebak kita buat tinggal disini?"pekik Junkyu dengan panik.

"D2! Lu gak usah ngadi-ngadi kalo ngomong! Masa mereka pergi setelah ngebuat kerusuhan kemaren?! Gak lah,"cibir Jihoon yang memegangi perutnya seraya meringis dan terduduk.

"Gak gitu bang, maksudnya–

Dor!

Omongan Junkyu terpotong oleh suara tembakan yang begitu menggema melewati jalanan sepi. Yoshi langsung tersadar, ketika bunyi tembakan. Memeriksa tas nya, ia tidak menemukan pistol nya disana.

"Sial,"bisik Yoshi sambil mengigit bibir bawahnya. "Mereka ngambil pistol gue, ayo kita cari mereka!"ujar Yoshi dan diangguki oleh semuanya.

Mereka berlima pun bergegas keluar dari tempat itu, lain hal nya dengan Jeongwoo yang sama sekali tidak bergeming untuk berjalan. Melangkahkan kaki saja, sepertinya tidak.

"Ngapain diem?! Kita gapunya waktu banyak, ayo cepet!"ujar Haruto sambil menarik tangan Jeongwoo.

Jeongwoo pun mengikuti langkah lari Haruto yang begitu lebar. Membuat rasa cemas nya begitu bertambah besar. Bagaimana jika selanjutnya, ia yang dibunuh? Ah, lupakan. Junkyu bilang, tidak boleh pesimis.

"Hey, kalian mau kemana?"tanya seseorang tiba-tiba dari belakang mereka.

Semua pun menoleh ke arah sumber suara, dan terkejut ketika melihat Asahi berdiri seorang diri menatap mereka dengan pandangan kosong.

Baju dan tangan yang bersimbah darah, tangan kiri yang memegang pistol milik Yoshi. Mata yang begitu sembab dan merah, juga rambut yang begitu acak-acakan tak terawat.

"S–S1?"gagap Yoshi saat melihat adiknya yang begitu menyedihkan.

"Jangan mendekat! Atau aku akan menembak diriku sendiri?!"ujar lelaki bersurai blonde itu.

"Tolong, jangan lakuin hal bodoh!"pekik Haruto.

"Sudah terlanjur, aku sudah membunuh partner ku, temanku, dan adikku. Semuanya salah ku,"ucap lelaki itu sedikit menyeringai dan tertawa garing, menampakkan gigi taringnya yang putih dan tajam.

"Gak! Lu gak salah, sekarang turunin senjata lu pelan-pelan. Lu bisa bareng sama kita lagi, dan semuanya bakal baik-baik aja,"jelas Jihoon penuh dengan penegasan namun lembut.

"Gak bang, kita gak bisa bareng-bareng. Kita cuman membahayakan diri kita sendiri, berlaku seperti orang bodoh yang tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya,"ujar Asahi.

Air mata mulai menetes dari pelupuk anak muda tersebut. Ia merasa sudah bersikap dan berperilaku bodoh, mengikuti segala alur cerita dalam game gila ini. Tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Please.. Bukan lu doang yang bodoh di sini, kita semua ngerasa bodoh. Kita semua berjuang bersama-sama, gak ada lagi yang saling bu–

"GUE BILANG GUE UDAH NGEBUNUH JUNGHWAN!"

"SO JUNGHWAN AS SPY STATUS : LOSE"

Potong Asahi sembari berteriak keras. Tangisan yang pecah dikala keheningan yang menyelimuti mereka, membuat mereka terbungkam. Tidak ada yang tahu harus berbicara apa lagi.

Bagaimana cara mereka keluar dari sini? Bagaimana dengan keluarga mereka di dunia nyata? Tidak mungkin, mereka hanya diam dan tidak melakukan apa-apa selain mencapai level terakhir untuk keluar.

"K–kalau gitu, kenapa kita gak saling bunuh aja?"ucap Jeongwoo secara tiba-tiba.

To be continued

Ehehehe, maaf sedikit ya up nya. Mentok lagi hikd, maaf juga kalau feelnya kurang. Setiap bikin cerita always malem-malem soalnya 😭. Oke, di cerita selanjutnya bakal menegangkan. Jangan lupa voment muahh ❤️

Mafia Games ft. TREASURE 💎 (Late Update)Where stories live. Discover now