❝ Keluarga? ❞

350 74 0
                                    

Brugh!

Suara dentuman dari belakang mereka mengalihkan penglihatan mereka. Di sana Mashiho tergeletak seperti tidak bernyawa di atas pasir.

"M–M2!"pekik Hyunsuk sembari menghampiri adiknya itu.

"Bang, Udah.. Udah gak kuat,"ujar Mashiho dengan nafas terpenggal.

Nyatanya, hari ini keadaan sangat panas dan dari mereka berempat tidak ada yang membawa air sama sekali. Benar-benar sangat sengsara rasanya.

"Gak, lu harus kuat! Gue tahu lu kuat. Ayo, kita temuin yang lain,"ujar Hyunsuk sembari menggenggam telapak tangan Mashiho yang terasa sangat dingin.

Tidak, Mashiho tidak boleh pergi. Ia harus bisa menyelamatkan semuanya.

"Ayo, naik,"lanjutnya sembari mencoba membopong Mashiho di punggungnya.

Sementara kedua perempuan di depan mereka sedang mengatur nafas karena kelelahan berlari dan berjalan sangat jauh.

"Kita, di mana sih sebenernya sekarang?"tanya Chaeryoung seraya mengusap keringat yang jatuh dari pelipisnya.

"Kayaknya, kita lagi di daerah gurun pasir,"ujar Lia setelah melihat ke sekitarnya. "Seinget ku, gurun pasir gak jauh dari kota,"lanjutnya.

"Tapi kemana arahnya? Kita semua bisa mati karena dehidrasi kalau di sini terus,"ucap Hyunsuk yang masih memapah Mashiho di punggungnya.

"Kita gak ada yang pegang handphone, dan di sini, gak ada matahari juga. Jadi, kita ikutin insting aja,"ujar Lia membuat Hyunsuk terkejut karena ternyata di dunia ini tidak ada matahari.

Ah, dunia game maksudnya.

Dunia game ini memang sangat aneh, hawa saat ini terasa panas sekali walaupun tidak ada sang matahari. Begitu pun dengan malam, hanya ditemani langit gelap tanpa ada bintang dan bulan.

"Ayo, kita gak punya banyak waktu. Kita harus cepat temukan teman-teman kalian,"ujar Chaeryoung dan Hyunsuk pun mengangguk.

Mereka semua mulai berjalan karena lelah telah berjalan sangat jauh. Semoga, kali ini tidak akan ada lagi korban pembunuhan antara mereka.

***

"S1, bangun!"ujar Yoshi sembari menggoyangkan tubuh temannya. Asahi.

"Uh? Akh!!"pekik Asahi, merasakan perih pada sudut bibirnya. Wajahnya yang putih seperti susu, memberikan tampak lebam yang sangat merah di wajahnya.

"Jangan di pegang, D2 udah obatin lukanya,"ujar Yoshi lalu duduk di samping Asahi dan menatap lurus ke depannya dengan tatapan yang kosong.

"Kenapa gak biarin gue mati aja?"tanya Asahi dengan nada datarnya.

"Gak akan, gak akan ada lagi yang mati dan berkorban di antara kita semua. Kita semua harus lolos dari ga-

"Terus yang udah mati? Kita relain gitu aja?"

Pertanyaan yang dilontarkan lelaki itu membuat Yoshi bungkam.

"Bukannya kita lebih baik mati bareng-bareng?"lanjut Asahi dan menekuk kaki nya lalu dagu nya bertumpu di atas lutut.

"Emang lu gak mikirin keluarga lu? Mereka pasti khawatir,"ujar Yoshi sambil melihat ke arah Asahi.

"Gak inget ya bang? Gue gak punya keluarga,"ucapnya datar.

"Gue gak punya rumah, gue gak punya keluarga, gue cuman punya kalian yang mau nerima gue yang statusnya dari latar belakang sama sekali gak jelas ini,"lanjutnya.

"Gue bisa jadi keluarga lo, nggak usah sungkan,"ucap Yoshi dan tersenyum.

"Bahkan gue udah anggap lu abang gue dari semenjak kita semua deket, terutama lu yang pertama kali ngajak gue kenalan dan ngajak gue buat ngobrol,"ujar Asahi seraya tertawa sarkastik.

"Jangan tinggalin gue ya?"

"Gak janji, tapi gue usahain,"jawab lelaki bersurai blonde itu.

Lalu mereka sama-sama terdiam, menikmati angin yang menerpa wajah mereka di atas bukit ini. Hembusan angin benar-benar membuat mereka merasa lebih baik dari sebelumnya.

Healing.

Ya, itu kata yang tepat untuk mereka. Perjuangan yang sudah dilewati, membuat mereka begitu letih dan kelelahan. Kini saatnya untuk istirahat sejenak di atas bukit yang dipenuhi dengan pohon rindang.

To be continued
.
.
.
.
.
Vomentnya juseyeoo
Oh iya, maaf juga kalau semakin kesini ceritanya kurang seru 😭 aku bakal usahain sebisa mungkin untuk banyakin action cmiwiw

Mafia Games ft. TREASURE 💎 (Late Update)Where stories live. Discover now