❝ Round 2 ❞

336 69 12
                                    

"Jangan banyak gerak dulu, luka nya bisa ke buka lagi nanti,"ujar Lia setelah selesai mengobati luka goresan pada leher Asahi.

Asahi hanya mengangguk paham dengan perlahan. Bagaimana tidak? Secara sadar ia melihat benang dan jarum melewati kulit lehernya untuk mendapati pengobatan pada pendarahannya.

"Thanks. Li,"ucap Yoshi pada Lia setelah itu menghampiri Asahi yang masih terduduk lemas.

"Makasih, bang. Padahal ini cuman luka kecil,"ujar Asahi sesekali meringis.

"Luka kecil dari mana? Lu sampe pendarahan banyak tadi, untungnya di sini ada apotek sama stok darah. Tapi, heran deh gue. Kenapa bisa lengkap gini,"jelas Yoshi dan melihat ke sekelilingnya yang bernuansa putih.




































Drug drug drug drug

Dentuman dari lantai di mana mereka berpijak, bergitu terdengar bergemuruh ramai. Jihoon, Junkyu, Jeongwoo, Hyunsuk, dan juga Lia yang sedari tadi berada di luar. Langsung menyerbu masuk ke ruangan di mana Asahi dan Yoshi berada.

Mereka tampak begitu kewelahan dengan nafas terpenggal dan keringat yang bercucuran. Apakah, sesuatu akan terjadi seperti beberapa saat yang lalu? Pikir Yoshi yang kebingungan.

"Kalian kenapa?"tanya Yoshi dan menghampiri teman-temannya itu.

"Shttt, jangan bersuara. Tahan nafas,"bisik Jihoon menyekap mulut Yoshi sembari melihat ke arah jendela kamar di atasnya.

Yoshi mengangguk paham, apalagi sekarang yang akan mereka hadapi? Monster kepiting seperti pada film Quite Place atau sebuah—

"Fiuh, Zombienya udah lewat,"lega Jihoon setelah memeriksa keadaan di luar sana yang terlihat sepi.

Zombie?

Yang benar saja, tidak mungkin di permainan Mafia ada sebuah zombie yang entah perannya menjadi apa.

"Z–zombie? Yakin, bang? Itu zombie?"bisik Yoshi yang ikut melihat sekilas ke arah luar lewat jendela kamar.

Pertanyaan itu diangguki cepat oleh Jeongwoo. Kini, Jeongwoo sudah bermuka pucat pasi dengan keringat yang bercucuran deras dari pelipisnya. Rambutnya terlihat acak-acakan dan juga lepek.

"Kayaknya mereka tahu di mana kita,"sahut Lia yang ikut menengok keluar.

"Terus, kita harus gimana?"tanya Junkyu.

Pertanyaan yang akan hanya di jawab dengan satu jawaban dan dua pilihan.

Membunuh atau di bunuh.

"Tanpa gue jawab, pasti lu udah tahu jawabannya dan mau gak mau, kita jalanin yang pertama. Yaitu ngebunuh,"jelas Jihoon.

"Gimana sama S1? Dia masih pemulihan, transfusi darahnya juga masih harus jalan. Gak mungkin kan, kita tinggalin dia di sini,"ujar Yoshi sembari menunjuk Asahi yang terduduk lemas di pojokan salah satu kamar apotek ini.

"Kita bawa dia,"ucap Jihoon mantap.

"Jangan gegabah, kita tidur dulu aja semalam buat di sini. Emangnya, lu gak capek apa? Seharian udah nyerang banyak lawan?"sangkal Hyunsuk sembari menggenggam tangan adiknya yang hendak pergi keluar dari kamar ini.

"Gue ikut sama bang M1,"ujar Jeongwoo sembari berdiri di belakang Hyunsuk.

"Ck, oke. Satu malam aja, besok kita berangkat dari sini ke tempat lain,"final Jihoon yang akhirnya mengalah dengan berat hati. "Kita cari tempat yang lebih aman,"lanjutnya.

Akhirnya mereka mulai membereskan tempat itu, menggeser beberapa barang untuk menghalangi pintu masuk agar para 'Zombie' tidak dapat masuk ke sana. Cukup berisik, namun untungnya di luar tidak ada hal apapun.

"Li, ini kantong darahnya cukup emang? Gak butuh lagi?"tanya Yoshi yang berjongkok di depan Asahi.

Lia menggeleng cepat dan menghampiri kedua laki-laki itu. "Nggak kok, keliatannya juga luka nya udah mulai kering. Tunggu sampe besok aja,"jawabnya.

"Oh, oke. Stay still lil' bro,"ucap Yoshi lalu duduk di samping Asahi.

***

"Eh, anyways lu semua pada mau tau gak?"ujar salah satu laki-laki itu di kala makan siangnya.

"Apa?"jawab yang lain serempak berbalik tanya.

"Gue denger-denger, katanya ada cewek di sekolah ini yang bunuh diri, ya?"

Pertanyaan itu membuat mereka terdiam, tidak tahu ingin menjawab apa.

"Yang kayak gitu, gak usah di bahas kenapa sih?"pekik laki-laki bersurai coklat terang itu.

Ting ting ring ring ting ting

Dering telephone menyudahi topik pembicaraan itu, sang penerima telepon pun langsung mengangkat panggilannya.

"Iya. Halo, mah?"

"APA, MASHIHO UDAH SADAR?? Oke mah, nanti Jaehyuk ke sana. Oke, oke. Bye,"

Sambungan terputus, meninggalkan sebuah kabar baik untuk mereka semua.

"Kenapa?"

"Mashiho udah sadar! Pulang sekolah, langsung ke sana aja,"ucap laki-laki itu yang menyebut dirinya 'Jaehyuk'.

"Terus, kabar yang lain gimana?"tanya sang laki-laki yang paling muda di antara mereka.

"Mamah gue belum ngasih tau apa-apa, kita harus tetep sabar buat nunggu kabar baik tentang mereka,"jawabnya seraya mengelus punggung adik kelasnya itu.

Bel sekolah pun berbunyi, menandakan jam istirahat sudah berakhir. Saatnya kembali beraktivitas seperti siswa pada umumnya.

Di sisi lain, seorang bersurai blonde menatap kepergian mereka dengan sulut penuh dendam. Ia harus memberitahu ini, tidak mungkin ini hanya berakhir seperti ini saja.

Mereka harus bermain lagi, harus.

To be continued.
.
.
.
.
Jangan lupa voment dears~

Mafia Games ft. TREASURE 💎 (Late Update)Where stories live. Discover now