❝ Oracle ❞

1K 167 7
                                    

"Apa-apaan ini? Pasti gue mimpi,"gumam lelaki muda didalam kegelapan itu. "Gue harus kabur bagaimanapun caranya!"ujarnya dan mulai berfikir apa yang bisa ia lakukan untuk melindunginya.

Ia mencoba membuka jubah besarnya yang hampir menutup seluruh tubuhnya. Tetapi nihil, itu sama sekali tidak bisa dilepaskan dari tubuhnya. Seperti memang sudah ditetapkan untuk menempel.

"Sial,"lirihnya yang sudah menyerah dengan jubahnya.

Ting!

Apa kau ingin menggunakan
skill mu?

Notifikasi pesan yang muncul dilayar ponselnya, membuat ia tergesa-gesa untuk segera menekan notif tersebut. Lalu, keluarlah beberapa pilihan.

"Teleportation? Vitreous? Shelter? Cuman ada tiga pilihan doang?"gumamnya, dan ia tidak tahu harus memilih yang mana.

"Apa gabisa milih tiga-tiganya?"lanjutnya yang semakin cemas karena firasatnya buruk saat ini.










Dor! Dor!

Suara tembakan membuat Yedam semakin cemas dan gugup. Apa yang harus dia pilih? Tanpa sengaja, ia telah menekan pilihannya. Vitreous. Ia telah memilih skill tersebut.

Ting!

Kamu telah memilih skill mu, cepat cari tempat aman!

Segera Yedam keluar dari tendanya, ia berjalan ke kiri begitu cepat. Kebetulan juga. Dari arah kanan, terdapat Hyunsuk, Mashiho, dan Jaehyuk yang sedang berdiri.

Jaehyuk melihat ke sekitar dan ia mendapati seseorang yang lari begitu kencang dari arah depannya. Ia merasa sangat tidak asing dengan wajah orang itu. Tak lama ia menyadari dan segera memberitahu para kakaknya.

"Bang! Liat deh, itu kayak-







Dor!

Ketiga lelaki itu terkejut karena terdengar suara tembakan. Hanya ketiga lelaki tersebut, dan orang yang menembakkan pistolnya. Ia terkejut, ia tidak berniat untuk menembak siapapun. Itu sangat tidak disengaja.

"Y-yedam?"ujar lelaki itu yang terlihat sangat terkejut melihat Yedam yang sudah mengalirkan darah dari perutnya.

Ia mendapat karakter menjadi seorang peramal dan dia menjadi sasaran pertama untuk para pemainnya.

"B-bang... Y-yosh, K-kenapa..?"di sisa nafas terakhirnya, Yedam bertanya lalu ia menutup matanya perlahan.

Seorang pemain telah membunuh target!
Selamat, Anda bisa melanjutkan ke level selanjutnya. Sementara yang lain, jangan putus asa!

"BANG YEDAM AS ORACLE STATUS : LOSE"

Pemberitahuan tersebut terpampang jelas di atas langit. Mereka, para pemain dibuat sangat terkejut dengan keadaan sekarang. Yedam. Sahabat mereka. Terbunuh di dalam game.

"A-apa? Y-yedam..,"ujar Hyunsuk dengan tatapan sendu. Jaehyuk dan Mashiho yang berada di sampingnya hanya bisa menundukkan kepala mereka seraya menenangkan Hyunsuk yang sedang bersedih hati.

"Yoshi? Haruto? Mereka...,"

Ujar Jaehyuk dalam hati. Ia tidak menyangka, sahabat mereka sendiri yang membunuh seorang Bang Yedam.

Misi ketiga akan diumumkan nanti!
Semoga berhasil!

Ujar sang moderator yang suaranya sangat menggema. Membuat para pemain semakin takut.  Permainan ini, memang bukan sekedar mainan. Mereka seperti dituntut untuk memilih secara terpaksa. Dengan cara membunuh siapa yang tidak seharusnya menjadi lawan mereka.

***

📍Kepolisan.

Brak!

"Yedam udah dibunuh dan kita gak tau siapa yang ngebunuhnya. Kita harus cepet-cepet nyari yang lain biar gak ada yang kebunuh lagi,"ujar Jihoon dengan serius.

"T-tapi bang.. Gimana kalau ada musuh dalam selimut diantara kita?"ujar Junkyu dengan gugup. Karena ia takut melihat Jihoon yang sedang marah.

Sementara Jeongwoo, iya hanya berdiam diri di kursinya. Ia tidak berani angkat bicara. Terlalu shock untuk saat ini. Pikirannya sangat kacau.

"Mau gamau Junkyu!-

Seorang pemain menyebutkan nama asli pemain lain, ia akan dikurangi satu nyawa!

"Fuck!"desis Jihoon mengusap surainya kasar.

"M-maaf bang, salah gue,"ucap Junkyu menyesal. Membuat Jihoon yang disampingnya melihat ke arah Junkyu.

"Iya! Ini semua salah elu! Elu yang narik kita semua ke dalam game gila ini DJ2!"ucap Jihoon yang meluapkan emosinya pada Junkyu dengan banyak penekanan pada kalimatnya.

"Bang, udah bang sabar... Salah-

"Apa?! Salah kita juga?!"pekik Jihoon yang memotong pembicaraan Jeongwoo. Padahal Jeongwoo hanya ingin memisahkan keduanya. Takut terjadi perkelahian.

"N-nggak, kita gak Salah kok. Mendingan lu minum teh ama gue,"ujar Jeongwoo menenangkan Jihoon Dan membawanya duduk.

Junkyu pun menundukkan kepalanya, ia menyesali perbuatannya yang menekan notifikasi pesan dari Unknown. Sekarang ia tidak tahu harus berbuat apa. Satu temannya telah tiada.

Tapi ada satu jalan. Seperti kata Jihoon. Mereka harus berkumpul, walaupun harus dengan nyali dan persiapan yang besar. Karena, tidak ada yang tahu, siapa musuh dalam selimut mereka.

"Bang, gue setuju sama kata-kata lu tadi diawal,"ujar Junkyu tiba-tiba membuat Jihoon Dan Jeongwoo menoleh. Sementara Jihoon, hanya mengangkat satu alisnya.

"Kita kumpulin semuanya, itu satu-satunya jalan. Walaupun gue yakin, bakal banyak pengorbanan,"lanjutnya membuat mereka terdiam sejenak.

Jihoon sudah lelah, ia tidak hanya bisa meredam emosinya sendirian.

"Oke, tapi gimana caranya?"tanya Jihoon.

"Mungkin kalian butuh kita,"ucap seorang lelaki muda bertubuh jangkung dihadapan mereka berdua.

To be continued.
.
.
Vomentnya yaa 😘😘

Mafia Games ft. TREASURE 💎 (Late Update)Where stories live. Discover now