❝ Teror ❞

356 70 3
                                    

Semua tertegun. Ketika Jihoon, Junkyu, dan juga Hyunsuk. Membawa seorang perempuan yang tentunya tidak mereka kenal sama sekali.

Beranggapan bahwa, Lia adalah salah satu dari pihak penjahat. Mereka tetap waspada, walau Hyunsuk sudah memberitahu mereka kalau Lia, sama sekali tidak seperti yang mereka fikirkan.

"Umm, kalian gak usah takut sama gue. Gue gak bakal apa-apain kalian kok, gue cuman mau bantu kalian aja. Toh, gue gak bakal bisa keluar dari dunia games ini,"ujar Lia. Lagi, untuk memastikan kelima lelaki itu.

"Hah? Maksud lu gak bakal bisa keluar dari dunia ini, apa?"tanya Yoshi, yang merasa tertarik dengan kalimat Lia barusan.

"Gue, gue udah gak ada nyawa. Niat gue murni, cuman mau bantu kalian. Nggak usah berasumsi, kalau gue dari pihak lawan,"jawab Lia dengan penekanan.

"Jadi, kalau kita udah gak ada nyawa. Masih bisa tetep hidup di sini?"tanya Jeongwoo yang diangguki Lia.

"Kalian cuman bisa mati kalau kalian di bunuh atau bunuh diri. Intinya, kalau kalian kalah dalam misi dan kalian berdarah. Kalian mati dan hilang dari sini, gue gak tahu setelah itu gimana,"jelas perempuan itu dengan mata bergetar.

"Lia sama kayak kita, dia bisa sebut nama, bisa lakuin apa aja. Tapi nggak untuk terbunuh, karena dia udah nggak ada nyawa. Mati pun, kayaknya—ah udahlah. Jadi? Kalian punya rencana apa?"alih Hyunsuk, ia takut jika melanjutkan kalimatnya akan membuat Lia sedih.

Karena, kini tinggal Lia sendiri yang bebas dari siksaan Yeji. Dengan pengorbanan teman-teman mereka tentunya.

"Lu yakin bang, yang ke sisa cuman segini?"tanya Junkyu pada Hyunsuk.

"Ya, kayak yang gue jelasin tadi. Mashiho—

"Udah, gak usah di perjelas. Kalau pun kita cuman segini, seenggaknya kita udah punya satu tujuan buat ancurin sistem game dan kita bisa keluar dari sini. Apapun caranya dan apapun yang terjadi nanti, kita harus bareng-bareng buat hadepin itu,"potong Jihoon dengan nada serius.

"S1 lagi coba masuk dan hack sistem ini, seenggaknya sistem lunaknya dulu,"lanjutnya.

"Gimana, udah?"tanya Yoshi menghampiri adiknya yang masih berkutat dengan laptop hitam tebalnya.

Berjuta kode komputer dan bar sistem yang muncul dalam satu laptop itu. Membuat Asahi terlihat kelelahan bagi Yoshi.

"Kalau capek, istirahat dulu aja,"lanjutnya sambil menepuk pelan bahu Asahi dan tersenyum lembut.

"Gak bang, tinggal nunggu loading aja nih. Tapi, gue takut kalau kayak gini. Malah kita yang kena sadap,"ujar Asahi.

"Mereka bisa sadap kita? Kan, kita udah sadap mereka,"tanya Junkyu yang bingung, bahkan ia bingung dengan kalimat yang barusan ia ucapkan.

"Ngelantur aja lambe lo, udah gue bilang ikutin aja dulu yang ada. Kalau pun—





































DOR! DOR! DOR!

Suara tembakan yang mengagetkan mereka semua, entah sejak kapan mereka mulai di serang seperti ini. Bahkan, mereka belum menyiapkan apa-apa untuk berperang.

"Sistemnya udah gue sadap, kayaknya ini efek dari sistemnya!"ujar Asahi sedikit berteriak karena suara tembakan terus berbunyi.

Kini semuanya tengah bersembunyi, mencoba untuk menghindar dari tembakan yang melesat secara sembarangan ke arah mereka berada.

"Kita, di teror?"tanya Jeongwoo mencoba menetralkan nafasnya yang begitu memburu dan jantung yang berdegup kencang, karena rasa takut.

"Kayaknya,"jawab Jihoon seadanya.

"Mau gak mau, kita harus lawan mereka buat ambil senjatanya,"lanjutnya dan melihat sekitar yang lumayan sudah sepi.

Tunggu, sepi?

Artinya mereka akan segera di serang kembali jika tidak cepat bertindak. Jihoon segera memberi aba-aba pada Junkyu yang ada di samping kiri Jeongwoo, lalu mereka keluar dan mulai menodongkan senjata apinya.

"D2, bantu gue law

—R1?"kalimatnya terubah ketika melihat temannya sudah membereskan ini semua. Yoshi, telah melawan para penembak ini. Sendirian.

"Kenapa?"tanya Jihoon.

"Sorry. Gue, ke bawa karakter buat lawan mereka,"jawab Yoshi sambil mengangkat kedua tangannya, seolah sedang tertangkap basah melakukan sesuatu hal fatal.

Nyatanya tidak, ia menyelamatkan teman-temannya.

"Ayo ambil senjata mereka,"ujar Jihoon yang mulai mengambil senjata para penembak tadi dan membagikannya pada teman-temannya.

"Tau, cara makenya kan?"tanya nya dan semua mengangguk.

"Akh!"pekik salah satu dari mereka sambil memegangi lehernya.

"S1! Kenapa, apa yang kena?"panik Junkyu yang langsung menghampiri Asahi yang sudah berlutut dengan tangan memerah.

"Dia berdarah!"lanjutnya setelah melihat luka goresan akibat peluru yang merobek lehernya.

"Apa? Biar gue lihat,"ucap Lia tak percaya dan menghampiri Asahi.

"Luka nya cukup dalem, ini harus di jahit dan di kasih obat. Kita harus temuin apotek atau rumah sakit,"lanjutnya setelah memeriksa luka yang ada pada leher Asahi.

Semua tampak kebingungan, bagaimana Lia tahu ia harus melakukan apa pada luka di leher Asahi.

"Lia karakter dokter, makanya dia tahu,"ujar Hyunsuk sambil menghela nafas.

Semua mengangguk paham, tapi seseorang yang baik belum tentu akan bagus niatnya dan yang busuk juga belum tentu jelek perlakuannya. Semua harus di pahami dahulu sebelum mengutarakan sesuatu tanpa menyinggung apapun.

To be continued
.
.
.

Hay hayy, THANKYOU FOR 3k READERS YEYYYY
seneng banget aku, ini adalah cerita pertama yang readersnya sampe beribu-ribu *mengnangid*

Sorry aku selalu late update karena kementokan ide ini hiksrot.. Tapi aku usahain buat tetep update, tapi maaf kalau gak sesuai ekspetasi kalian sksksk.

One more time, thankyou all ♡
Jangan lupa voment biar aku tambah semangattt

Btw, haruskah aku tambahkan cerita kehidupan para cast yang sudah tidak berjuang di medan perang? Xixixi

Mafia Games ft. TREASURE 💎 (Late Update)Where stories live. Discover now