❝ Korban ❞

248 57 5
                                    

Kini mereka sedang beristirahat kembali. Lelah atas kejadian hari ini yang menimpa mereka. Lelah menitihkan air mata karena telah kehilangan salah satu dari mereka.

"Kenapa lo nyelamatin kita? Lo siapa?"tanya Hyunsuk menghampiri Yoonbin yang sedang sibuk dengan alat-alatnya.

"Gue gak nyelamatin. Gue emang harus ancurin tempat itu,"jawabnya datar.

"Lo bisa panggil gue M1, lo?"pertanyaan kedua Hyunsuk sayangnya tidak di jawab oleh Yoonbin.

"Huh.. Kalo lu butuh bantuan kita, bilang aja. Kita keluar dari sini bareng-bareng,"ucap Hyunsuk dan beranjak dari tempatnya. "Anyways, makasih,"lanjutnya dan meninggalkan Yoonbin sendirian.

"Keadaan S1 gimana?"tanya Hyunsuk pada Lia dan Jeongwoo yang memang menjaga Asahi sedari tadi.

"Keadaannya mulai melemah karena kehabisan darah pas berlari tadi, aku gak tahu dia akan bisa bertahan atau nggak dengan darah yang terus keluar dari lehernya,"jelas Lia menatap nanar Asahi yang bernafas tak teratur.

"S1, gue tahu lu kuat. Bertahan sebentar lagi, oke? Kita pasti bisa keluar dari sini,"ujar Hyunsuk sembari menepuk pelan bahu kawannya itu.

"Kalian pikir, kalian bisa keluar dari sini? Mari kita lihat, sejauh apa kalian akan berusaha. Hahahaha,"

***

Kejadian aneh terjadi, langit terlihat gelap gulita. Sinar matahari yang terik nan panas, digantikan dengan cahaya biru rembulan di langit. Udara yang tadinya tak terasa pun berubah menjadi dingin. Membuat para remaja itu menggigil kedinginan.

"Malam?"pekik Lia bingung. "Di sini tidak pernah malam sebelumnya, mengapa permainan ini menjadi aneh?"lanjutnya sembari menatap yang lain.

Para lelaki pun menggeleng tak tahu harus menjawab apa. Memang, selama mereka masih hidup dalam permainan ini. Langit malam tak pernah mengunjungi mereka, bahkan udara sedingin ini yang memeluk mereka dengan erat.

"Mungkin ini damage dari kita yang mencoba untuk ubah sistem game ini,"ujar Junkyu sembari memasang mimik wajah kebingungan. Tak hanya dia, yang lain juga.

"Kalian coba ubah sistem game ini?"bingung Yoonbin melihat keenam pemuda itu dan Yoshi pun mengangguk.

"Kita coba untuk ngurangin beberapa rules, tapi kita gak tahu apa aja yang udah kita ubah dan hapus. Karna kita sama sekali gak megang barang-barang elektronik, kecuali dia,"jelas Yoshi menunjuk Asahi yang berbaring dengan lemah.

"Dia ha—

"Shut! Jangan sebut, sayang sama nyawa lo,"potong Hyunsuk yang langsung membekap mulut Yoonbin dengan tangannya.

"TOLONG, JUNGHWAN MAAF.. MAAF, MAAF GUE HARUS LAKUIN ITU SEMUA MAAF.. TOLONG MAAFIN GUE, JUNG—

"S1!"pekik Yoshi setelah mendengar Asahi berteriak  seolah sedang meminta maaf pada adik bungsu mereka, Junghwan.

"S1, sushhh tenang.. lu aman. Junghwan udah gak ada,"jelas Yoshi mencoba menenangkan Asahi yang nafasnya terpenggal dan berkeringat begitu banyak.

"Shutt... Kalian denger itu?"desis Lia sembari melihat kesekitar mereka.

"Tempat ini, aman, kan?"tanya Junkyu sembari menelan salivanya.

Semua terdiam, saling menatap satu sama lain. Tatapan kecurigaan yang mereka tukarkan. Kebingungan dengan keadaan apa kali ini yang harus mereka hadapi. Lagi.

Ini tidak akan pernah berakhir.

Sama sekali tidak.









































































BUGH! BUGH! BUGH!



































BUGH! BUGH! BUGH!






























"Cukup! Aku sedikit merasa kasihan padanya, tinggalkan dia!"

"Uhukk oheeo—oekkk..."

"Apa sekarang kau merasakannya menjadi aku?"

"Apa yang harus aku rasakan dari mu? Kau benar-benar seorang bajingan!"

"Persetan dengan mulut mu Shiana Ryujin!"

BUAGH!

"Mungkin aku memang tidak nyata, tapi otak ku masih berfungsi. Tidak seperti mu,"

"Apa? Ohooek, otak mu berfungsi kata mu? Cuih,"

"Kau hanya terkena omongan kosong dari Chaeryoung, bodoh! Jika Chaeryoung tidak memohon untuk membantu mu, ini semua tidak akan terjadi!"

"Sekarang rasa simpati ku pada mu benar-benar lenyap, kau tidak pantas mendapatkannya. Aku menyesal menaruh rasa itu untuk mu kali ini, selanjutnya aku tidak akan melepaskannya!"

"Orang bodoh mana yang membiarkan temannya membawa korban setiap saat hanya untuk menyenangkan mu, sementara dia tidak pernah mengorbankan dirinya sendiri hanya untuk mu?! Betul, orang bodoh tersebut adalah TEMAN MU SENDIRI! LALIANA CHAERYOUNG!"

"BAWA DIA PERGI! AKU MUAK MENDENGARKAN OCEHANNYA!"

"Baik, nyonya,"

"Lepaskan aku! Aku belum selesai berbicara dengannya!"

"Kau! Jika aku bisa kembali ke dunia nyata, akan aku bakar hangus makam mu HAMARA YEJI!!"

"Bertengkar lagi?"

"Si biadab itu, harus aku apakan lagi agar dia berhenti?"

"Ryujin? Huh, dia tidak akan pernah berhenti. Tapi, kenapa kau tidak pernah membunuhnya saja? Bukankah, itu lebih cepat?"

"Dia teman kita, Chaeryoung. Aku tidak mungkin membunuh teman sendiri hanya untuk kesenangan mu!"

"Apa? Kau ini benar-benar tidak tahu balas budi ya?! Aku sudah membawa banyak teman untuk mu, tapi yang seperti Ryujin tidak ingin kau akhiri? Kau gila—

"KAU! YANG! GILA!"

"..."

"Cukup untuk menculik banyak orang dan menjadikan mereka mainan, Chaeryoung. Aku sudah muak dengan semuanya,"

"Huh.. Kau pikir itu yang terakhir?"

"Apa? Maksudmu?"

"Satu orang lagi sudah siap dan kau akan menyukainya,"

"Jangan—

"Ya, dia Yuna. Sadeena Yuna, adik tiri mu."

To Be Continued.




Mafia Games ft. TREASURE 💎 (Late Update)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu