❝ Rencana ❞

255 50 6
                                    

"Keadaan anak saya bagaimana, dok?"

"Keadaan anak ibu mulai membaik, detak jantung nya mulai kembali normal. Pupil mata nya juga sudah kembali normal, selang oksigen juga sudah bisa mulai dilepas dari sekarang. Anak ibu hebat, dia sangat kuat sekali,"

"Puji Tuhan, terimakasih banyak dokter. Terimakasih banyak atas segalanya,"

"Sudah semestinya, bu. Selangnya sudah di lepas, kalau begitu saya permisi dulu, ya. Selamat siang,"

"Baik dokter, terimakasih,"

"Sahi, ayo bangun. Mama kangen sama cueknya Asahi, Asahi anak mama yang paling cuek. Tapi, mama sayang banget sama Asahi. Ayo bangun, mama bakal siapin sarapan kesukaan Asahi. Setiap hari, mama bakal siapin. Kita juga dateng ke museum galeri kesukaan Sahi, ya?"

"Ma.."

"Bangun ya, nak? Hiks—anak mama, kesayangan mama, satu-satunya laki-laki yang mama percaya






















































"Mama..,"

"S1!"

"Ayo bangun, lo udah sadar? Bisa jalan? Atau masih lemes?"

"Bang, mama..,"

"Mama?"

"Mama, Mama nangis. M—mama nangis liat gue, bang,"

"Gapapa, kita bakal ketemu sama mama. Oke? Kita bakal kembali, kita bakal hidup lagi. Kita semua akan baik-baik aja, so? Kuat kan?"

Lelaki itu mengangguk merangkul kembali tubuh temannya dengan erat. Nyata, mimpinya. Semua nyata, terkecuali kehidupannya sekarang. Game ini, dunia ini. Hanya tipuan.

"Shushtt.., jadi rencananya gimana? Kita mau nyelinap masuk atau menyerahkan diri?"desis Junkyu. "Wow, tempatnya gede banget kaya markas mafia,"lanjutnya seraya mencibir dan membuka mulutnya.

"Emang markas mafia, gue sama Cio dulu ke sini,"ujar Hyunsuk.

"Kayaknya kita lebih baik nyelinap daripada digebukin,"timpal Jeongwoo seraya bergidik ngeri melihat para penjaga di sana dengan postur tubuh yang gagah dan besar.

"Tapi gimana kalau—

"Hey kalian, cepat berdiri sudah ditunggu oleh nyonya,"

Semua terdiam, terkejut dengan apa yang sekarang ada di depan mereka. Salah satu penjaga itu ada di samping mereka, tidak langsung menyeret atau memukuli mereka. Justru, penjaga itu bersikap baik-baik saja.

"Sial, Yeji tahu kita di sini,"desis Lia.

"Ayo cepat jalan,"titah sang penjaga dan mereka pun menurutinya. Berjalan dengan beriringan menuju pintu masuk.

Disambut oleh para penjaga dengan tatapan mematikan, membuat Jeongwoo bergidik ngeri. Sementara Asahi di bopong oleh Yoshi dan Hyunsuk karena ia sudah tidak kuat untuk berjalan.

"Selamat datang! Oh Lia, akhirnya kamu balik lagi,"sapa wanita dengan mata kecil itu seraya tersenyum lebar.

"Oh? Kalian juga membawa tamu lain ternyata, ayo masuk. Aku akan menjamu kalian dengan hangat,"lanjutnya dan menuntun mereka semua menuju sebuah ruangan.

"Yeji? Kau, tidak apa-apa kan?"tanya Lia dan perempuan bernama Yeji itu hanya tersenyum tanpa berkata.

Hyunsuk dan Lia yang tahu siapa sebenarnya Yeji, hanya bisa saling bertukar pandang. Menelan saliva masing-masing dan berdoa agar tidak terjadi lagi nasib buruk bagi mereka dan teman-temannya.

"Nah, ayo masuk. Pasti kalian lelah sekali sudah berjalan jauh, pelayan ku akan mempersiapkan jamuan untuk kalian,"

Sesuai perkataannya, para pelayannya mulai berdatangan dan memberikan minum serta makanan pada mereka.

"Oh ya, aku juga punya hadiah untuk kalian,"ujarnya dan melihat ke arah pintu. "Ayo silahkan masuk,"

Seorang perempuan dengan potongan rambut pendek itu masuk dengan kaki pincang, wajah yang sudah tak elok untuk dipandang, serta tangan yang terkunci satu sama lain. Ia memelakkan mata, tak percaya apa yang dilihatnya sekarang.

"R—ryujin..,"cicit Lia dan Hyunsuk bersamaan.

"Ini hadiah untuk kalian, selamat menikmati jamuannya,"ucap Yeji lalu meninggalkan tempat itu. Semua anak buah dan pelayannya, meninggalkan tempat itu juga.

Tersisa hanya Lia, Hyunsuk, Jeongwoo, Junkyu, Asahi, Yoshi, dan tentunya Ryujin.

"K—kenapa, kenapa kalian balik lagi? Harusnya kalian udah keluar dari ini semua,"ujar Ryujin dengan tatapan kecewa. Terutama pada Lia dan Hyunsuk.

"Ryujin, maaf. Ini satu-satunya jalan,"cicit Lia.

Ryujin pun menggeleng dengan keras, ia merasa sangat sia-sia selama ini. Hal yang diinginkannya, hal yang dirasakannya. Semuanya sia-sia dengan kedatangan kembali teman-temannya.

Bahkan Lia dan Hyunsuk membawa yang lain menuju tempat di mana ia rasa adalah sebuah perangkap setan.

"Ryujin, maaf. Aku pikir ini satu-satunya jalan. Lagi pula, aku gak bakal bisa pergi juga kan?"ujar Lia mengusap pelan bahu temannya itu.

"Pergi.. Kita? Ya, kita bisa,"ucap Ryujin dengan semangat.

Ia menyadari sesuatu, ia tersenyum dan melihat ke arah teman-temannya yang tampak bingung. Dengan segera dia membisikkan itu pada yang lain, tentunya dengan rencana yang tidak akan di duga oleh mereka.

"Hah? Lu yakin dengan cara itu?"tanya Junkyu tak percaya dan Ryujin pun mengangguk cepat.

"Tapi, bukannya dia udah mati?"tanya Hyunsuk.

"Nggak, mereka belum pernah mati,"jawab Ryujin seraya tersenyum miring.

"Semuanya masuk akal. Oke, kita coba cara lu,"ujar Hyunsuk dan menunjuk Ryujin.

"Semuanya siap?"tanya Lia.

"Well, ready or not we must go on,"cicit Yoshi dan yang lain pun mengangguk.

To Be Continued.

HAI HAIII!!!

Kira-kira apa ya rencana mereka? Ada yang bisa nebak gak nih?? hehehe

Oh iya, alhamdulillah banget hari ini aku dapet jebol notif dari Mafia Games (╥﹏╥) Seneng banget!!

Ayo voment terus biar aku tambah semangat nulisnya!! (≧▽≦) Thanks all ♡

Mafia Games ft. TREASURE 💎 (Late Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang