Kalila [25]

5.4K 590 2
                                    

"Apakah kau memiliki rasa padaku?"

Bryan bukan tipe sensitif mengenai hal seperti itu dan Kalila rasa pria itu pasti memikirkan sesuatu yang cukup rumit hari ini hingga berkata demikian.

"Tentu saja, aku bukan patung." Ia menjawab secara umum.

"Love?" Bryan tahu Kalila sedang mencoba mengambil jalan aman hingga memberikan pertanyaan yang tepat sasaran.

Kalila berpikir sejenak. " I don't know." Jawabnya mencari jalan aman.

Bryan menghela nafas, Ia melepaskan pelukannya dan berbaring telentang menatap atap kamar mereka yang remang. Ia mencoba menenangkan pikirannya barang sejenak karena hari ini perasaannya cukup bercampur aduk. Ia menyesal mengatakan hal buruk pada ibu Selena tapi ia tidak akan menariknya, belum lagi ia merasa terganggu dengan wanita yang masih memunggunginya ini.

Ia mendengar percakapan mereka dan bisa menyimpulkan kalau alasan Kalila berada disisinya yang jelas bukan karena dirinya. Bisa saja Ave atau Aby. Ia tak bisa protes sebenarnya mengingat kalau apa yang mereka jalani sekarang adalah keputusan sepihak nya. Wanita itu bebas berbuat.

Tapi tetap saja, ia berharap Kalila memikirkannya atau hubungan mereka jangka panjang. Dirinya? Bryan tak perlu ditanyakan ia yakin kalau ia tak akan pernah menikah lagi. Cukup Kalila yang terakhir.

Cinta?

Bryan memijit pelipisnya.

Sejak dulu, mendiang ayahnya selalu mengajarkan kalau prioritas utama sebagai seorang pria adalah tanggung jawab. Dimana kedudukan tanggung jawab tersebut lebih tinggi daripada cinta.

Ayahnya juga selalu berpesan bahwasanya cinta itu bisa berganti tapi tanggung jawab akan di bawa mati.

Dan kalau diingat kembali, alasan satu-satunya ia menggaet Selena menjadi istrinya adalah karena tanggung jawab yang dibebankan oleh perjodohan. Begitu juga kesayangannya Avery juga tanggungjawab yang harus ia jaga sebaik mungkin.

Jadi itu juga tak jauh berbeda dari Kalila dan Aby. Ia sudah memaksa dua orang itu untuk terikat dengan nya. Dan ia akan mempertanggungjawabkan sampai akhir. Jadi kenapa ia sendiri yang membahas perasaan?

Bryan mengepal mengingat kejadian dimana ketika ia melihat pria sebelah rumah mereka terlihat akrab dengan Kalila. Ia yakin Kalila tidak akan pernah berpikir jauh dengan pria asing itu tapi Bryan melihat tatapan Ryan pada Kalila yang cukup membuatnya gerah.

Tatapan terpesona.

Kalila tidak begitu cantik dibanding wanita yang pernah dekat dengannya. Tapi ada bagian dari diri Kalila yang membuat banyak orang memperhatikannya. Bryan juga merasakan hal itu sejak dulu ketika pertama kali ia bertemu dengannya dan berakhir memecatnya.

Kalila juga tipe perempuan yang mudah diajak bicara dan itu nilai plus untuk laki-laki kebanyakan. Ia sangat merasa teruntungkan dengan sikapnya yang satu itu. Karena kalau bukan karena keluwesan Kalila dalam menghadapi dirinya mungkin ia tak akan mampu setenang hingga saat ini.

"Sudah tidur?" Bryan bertanya setelah lama termenung. Ia tak bisa tidur.

"Belum." Jawab Kalila serak.

"Kenapa belum?" Bryan ingin berbasa-basi.

"Kau belum tidur." Jawabnya enteng tanpa mengetahui jika Bryan yang mendengar itu hanya terpaku.

"Sudah tidur?" Karena terlalu lama diam dan tak bereaksi Kalila bertanya hal yang sama.

"Belum."

"Oh."

"Kau tidak bertanya kenapa?"

"Kenapa?"

"Karena aku memikirkan mu."

KALILA [END]Where stories live. Discover now