Kalila [6]

4.7K 601 11
                                    

"Ok mom. Nanti sepulang dari sini aku akan menjemput mom."

Selena hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan pria itu yang menggunakan ponselnya untuk berbicara pada ibunya karena ponselnya di non aktifkan.

"Thank you." Pria itu menyerahkan kembali ponselnya.

"Lebih baik ponselnya dihidupkan saja." Tegur Selena yang mau tak mau Bryan lakukan.

Ia memeriksa panggilan yang ada di ponselnya, tujuh kali dari Kalila. Ia memang baik dengan wanita itu tapi Bryan tidak suka Kalila mengubungi dirinya seolah mereka teman.

"Sel, nanti sepulang dari sini aku akan ke rumah sakit menjemput mom. Maaf aku tidak bisa mengantarkan." Ia merasa bersalah.

Selena tersenyum manis. "Tidak apa, titip salam pada Tante."

***

"Terima kasih Tante. Terima kasih banyak." Kalila menunjukkan rasa terima kasihnya pada wanita yang senantiasa menemaninya itu hingga adiknya sudah kembali kepelukannya.

Aby hanya demam biasa, dan hampir saja mengalami step. Untung lekas ditangani akhirnya adiknya kembali normal. Sebenarnya Aby boleh menginap di rumah sakit tapi Kalila ingin pulang saja karena Bryan berpesan ibu majikannya itu akan datang dan ia diminta menjamu.

"Aku akan mengantarmu pulang." Tawar wanita itu.

Kalila menggeleng, sungguh ia tidak mau merepotkan lagi. "Jangan Tante, saya sudah sangat menguras waktu tante. Saya juga bingung bagaimana membalas jasa anda." Ia menunduk malu.

"Tidak perlu di pikiran." Wanita itu mengelus punggungnya.

Padahal mereka baru bertemu tapi Kalila sangat nyaman dengan wanita itu. Meski demikian ia tidak mau jadi benalu. Ia bersyukur wanita itu berhati besar dan ia tidak mau memanfaatkan nya.

"Meski begitu, biarkan saya sampai disini merepotkan Anda." Ia tersenyum lebar

Wanita itu menarik nafas. "Baiklah. Asalkan kau hati-hati jangan sampai kau yang sakit."

Mereka memang sudah bercerita banyak, mengenai kehidupan Kalila ketika menunggui adiknya itu. Wanita itu juga melakukan hal yang sama. Dia adalah seorang janda dan suaminya sudah meninggal hampir sepuluh tahun. Dia juga memiliki dua putra yang paling besar sangat susah untuk menikah dan memberikan cucu. Dan satu lagi seusia Kalila yang saat ini sibuk menyelesaikan sarjananya di Cambridge.

Setelah berpelukan Kalila meninggalkan wanita itu dengan terus mengulang-ulang ucapan terima kasihnya. Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit mengeratkan pelukannya pada Aby.

"Kita haus kuat By." Bisiknya pelan menatap wajah polos adiknya yang terlelap. Melihat itu ingin rasanya ia menangis. Aby masih kecil dan hanya memiliki dirinya seorang. Kalila harus berjuang.

Ia cukup sakit hati dengan panggilannya yang tidak diangkat oleh majikannya itu. Ah, lagipula dia hanya pembantu. Bryan bebas melakukan apapun. Ia tidak boleh sakit hati.

Padahal ia tidak mau melakukan itu tapi ia tidak punya siapa-siapa lagi. Dan karena itu untuk menebus kesalahannya Kalila harus belajar untuk sendiri lebih kuat lagi. Ia harus belajar melakukan semuanya sendirian. Ini terakhir kali ia akan menghubungi nomor sir Bryan. Laki-laki itu pasti terganggu dengan panggilannya.

***

Sesampainya di rumah itu ia teringat ibu Bryan yang akan datang. Dan Kalila kelabakan. Ia belum memasakkan sesuatu karena adiknya sakit. Dan ia harus bergegas. Ia meletakkan adiknya di atas meja makan agar mudah ia lihat sembari memasak. Sungguh ia tidak sanggup meninggalkan Aby sendirian di kamar.

KALILA [END]Where stories live. Discover now