Kalila [7]

4.7K 541 4
                                    

Two years later

Kalila bersyukur adiknya tumbuh dengan baik, berlarian di dalam rumah besar majikannya itu dengan leluasa. Tapi ia hanya bisa melongo melihat siapa yang mengejarnya. Selena.

Wanita itu memang sayangnya tidak ketulungan pada adiknya. Sama halnya dengan Tante Caroline. Mereka berdua selalu membawa Aby kemana saja.

"Sel, bisakah kita pergi sekarang?" Bryan sudah menunggu lebih dari lima menit melihat calon istrinya itu berlarian dengan bocah menggemaskan diujung sana.

Selena berhenti begitu juga Aby. Bocah itu baru menyadari dirinya karena terlalu sibuk dengan Selena. Dan ketika Aby menyadari Bryan maka ucapan bocah itu akan membuat Kalila menahan nafas.

"Daddy!!" Teriaknya berlari ke arah Bryan meminta di gendong.

Bukan pertama kali Aby seperti itu, sejak adiknya itu bisa berbicara dan memanggil atasannya dad. Ia merasa bersalah. Padahal ia tidak pernah mengajarkan dan setahunya penyebab Aby begitu adalah Caroline yang mengajari adiknya itu untuk mengejek Bryan.

Bryan memang tidak peduli dan langsung menggendong Aby. Selena sudah terkekeh kecil di ujung sana.

"Kemana dad pergi?" Aby bertanya menatap Bryan dengan matanya yang besar.

"Ke rumah paman Dimitri." Akunya seolah Aby kenal.

"Aby ikut." Bocah itu menarik dasi Bryan kuat takut di turunkan.

Kalila kelabakan. Caroline memang sudah biasa membawa Aby kemana-mana tapi tidak dengan Bryan.

"By, kamu disini bersama Sissy." Kalila mencoba mendekat pada adiknya. Membujuk untuk tinggal.

"Biarkan saja." Bryan berkata membawa Aby di gendongannya berjalan keluar. "Ayo sel." Panggilnya pada wanita yang menepuk punggung Kalila pelan sebelum pergi.

***

Bryan menyesal membawa Aby karena acara Dimitri dihadiri banyak kenalannya dan mereka memburunya dengan sejuta pertanyaan dan lontaran mengejek karena ada bocah mungil di kakinya.

Aby tidak pernah melepas pegangannya. Ia tidak mungkin menggendong anak itu ketika sedang ada pertemuan begini. Ditambah lagi Aby hanya mau dekat dengannya. Selena sudah mengajak bocah itu pergi dan Aby menolak mentah-mentah.

"Makanya cepat punya anak." Tegur Dimitri yang datang tiba-tiba.

Bryan hanya mendengus mendengar nasehat itu yang sudah berakar di otaknya. "Aku menikah dulu." Jawabnya seenaknya.

Mereka tertawa.

"Berapa usianya?" Dimitri bertanya menatap Aby yang bersembunyi di belakang Bryan.

Bryan mengusap kepala bocah itu. "Tiga tahun." Jawabnya menahan senyum melihat Aby yang keenakan di elus. Bocah itu sekarang mengantuk.

"Jangan terlalu di biarkan dekat. Nanti dia ketergantungan." Pria lain memberi nasehat.

Bryan menoleh dan hanya senyum tipis. Ia tidak mau memberikan respon dengan ucapan yang seperti itu.

"Dad." Aby memanggil serak. Ia kembali menatap bocah itu.

"I want Sissy." Bocah itu rindu kakaknya.

"Lihatlah bahkan dia memanggilmu demikian. Sebaiknya suruh dia berhenti."

"Biar saja aku tidak keberatan." Bryan tidak suka di atur bagaimana ia menjalani hidupnya.

***

Kalila menaiki taksi ke kediaman megah didepannya dimana teman Sir Bryan mengadakan acara. Selena menghubungi dirinya mengatakan jika Aby sedikit rewel memintanya datang. Mereka tak mungkin kembali karena acaranya masih lama.

"Tunggu sebentar, aku akan kembali." Ucapnya pada taksi yang hanya mengangguk kecil kemudian tergesa-gesa untuk masuk. Ia takut Aby membuat semua orang repot.

Tatkala ia memasuki pagar rumah itu matanya menangkap banyak orang berkumpul-kumpul di setiap sudut. Ia takut menjadi bahan perhatian. Dan memilih menyudutkan diri. Ketika ia menunduk matanya menangkap kedua sendal yang ia pakai memiliki warna yang berbeda. Kalila tertawa dalam hati kemudian mengurungkan niatnya untuk masuk lebih dalam lagi.

Ia menarik ponselnya mengubungi Selena. "Bisakah Aby diantar keluar, maaf merepotkan. Tapi aku tidak bisa masuk ke dalam." Kalila menahan tawa. "Sendalku berbeda warna." Ucapnya kemudian disambut kikikan Selena.

Mereka memang lumayan dekat.

Mematikan ponselnya dan menunggu selama beberapa menit kini sosok Bryan mendekat ke arahnya dengan Aby di gendongannya. Kalila was-was ia tidak tahu jika pria itu yang membawakannya. Selena pasti sedang ada urusan.

Tanpa aba-aba Bryan langsung menyodorkan Aby pada wanita di depannya. Wanita itu juga sama dengan lekas ia mengambilnya dan mengambil jarak mundur.

"Terima kasih sir." Ucapnya tidak mau berlama-lama kemudian berjalan menjauh begitu saja tanpa menunggu respon Bryan.

Sedang pria itu sudah menekuk alis kesal bukan main. Padahal ia ingin menyampaikan pesan Selena tapi karena Kalila sudah hilang di balik kerumunan ia memilih untuk mundur juga.

***

Kalila menatap Aby yang kini asik mengintip dari jendela taksi yang mereka naiki. Bocah itu langsung bangun ketika bukan Bryan lagi yang menggendongnya.

"Dek." Panggilnya dan Aby menoleh.

"Kita pindah yuk." Ucapnya tiba-tiba. Tapi Aby tidak begitu mengerti.

"Where?" Tanyanya.

Kalila tidak menjawab dan Aby kembali mengintip dari jendela. Sebenarnya Kalila memiliki alasan. Minggu depan Selena dan Bryan akan menikah dan ia takut jika terlalu lama disana ia canggung sendiri. Belum lagi Aby takutnya semakin manja dengan keluarga itu.

Ia tidak mengapa jika Aby dikelilingi orang-orang yang begitu menyayanginya tapi memikirkan jika suatu saat mereka berpisah dan Aby tidak siap. Dia takut.

Sesampainya di rumah itu bergandengan tangan dengan Aby, adiknya meloncat kegirangan merasa senang naik taksi melihat itu Kalila hanya tersenyum kecil. Tapi senyumannya tidak bertahan lama ketika menemukan sepasang suami istri yang cukup berusia didepan pintu rumah majikannya.

Paman dan bibinya.

Mereka datang.

Akhirnya.

Sudah tiga tahun ia menunggu dan akhirnya mereka menampakkan diri. Ia tidak tahu apakah ia harus senang atau marah. Senang karena mereka didepannya dan marah karena mereka terlalu lama untuk datang.

"Oh, Kalila." Bibinya langsung beruraian air mata mendekapnya meninggalkan Aby yang terheran-heran. Pamannya juga memasang air muka sedih. Sungguh pamannya itu memiliki wajah mirip dengan ayahnya. Ia sangat rindu sekarang.

"Kau baik-baik saja?" Wanita itu memeriksanya dari atas ke bawah. "Dan?" Kemudian matanya melirik Aby yang bersembunyi.

"Dia juga keponakan kami?" Pamannya ragu.

"Iya paman." Jawabnya kemudian Aby langsung digendong pria itu. "Aku tidak tahu jika mereka punya putra."

Pamannya memang tidak tahu apa-apa karena mereka sudah sangat lama tidak bersua.

"Masuklah dulu." Ia menawarkan dan mereka mengikuti langkah Kalila menuju rumah itu.

Kalila tidak tahu ada niatan apa mereka kemari tapi ia dapat menyimpulkan jika mereka membawa berita penting. Apapun itu Kalila siap. Lagipula paman dan bibinya adalah orang baik dan ia tidak mengapa bersandar pada mereka untuk beberapa saat.

Mungkin ini yang ia butuhkan. Dan ia cukup lelah sendirian dan akan lebih baik jika ia mulai membiasakan diri untuk bersandar dengan orang yang ia kenal. Jujur saja terlalu lama menopang dengan orang asing seperti Bryan dan Selena. Ia merasa tidak nyaman.

Mungkin ini juga jalan keluar pada masalahnya ini.

KALILA [END]Where stories live. Discover now