Kalila [9]

4.6K 568 6
                                    

Acara pernikahan itu digelar begitu megah dan banyak sekali tamu undangan yang hadir. Kalila tidak henti-hentinya menyibukkan diri agar acara itu berlangsung khidmat. Ia terharu melihat bagaimana dua sosok itu kini sudah menjadi pasangan suami istri. Ia turut bahagia melihat senyum Selena yang tidak pernah lepas.

Wanita itu pasti sangat bahagia.

Terbesit rasa iri dalam diri Kalila. Membayangkan posisi wanita itu. Jauh di lubuk hatinya ia juga ingin menjadi seorang pengantin tapi ia tahu dirinya tidak akan mungkin merasakan hal itu dalam waktu dekat atau sampai adiknya itu tumbuh besar.

Mengingat adiknya ia melirik Aby yang sedari tadi tidak jauh-jauh darinya, Aby terlihat pendiam dan kerap memegang tangannya seperti terjadi sesuatu.

Ia berjongkok didepan Aby. "Ada apa dek?" Tanyanya ingin tahu.

Aby menunduk. "Sis, dad kenapa?" Tanyanya membuat Kalila bingung.

"Maksud Aby?"

"Dad tidak bermain dengan Aby. Dad selalu disana." Ia menunjuk Bryan yang selalu di kerumunan orang-orang.

Ia merasa sedih mendengar itu. Salahnya yang tidak memahamkan Aby. Ia menggendong adiknya kemudian berjalan menjauh.

"Aby tenang saja. Ada Sissy disini." Ucapnya mendekap adiknya yang menangis dalam diam. Adiknya itu tumbuh dengan baik. Tanpa orang tua. Dan Kalila bangga membesarkannya sendiri.

Dan ia juga terpukul membayangkan bagaimana ia akan menjelaskan semuanya pada Aby nanti bahwa jika hanya ada dia seroang keluarga adiknya itu.

***

Aby berjalan mengitari rumah besar itu. Ia ingin bertemu dad juga grandma nya. Sudah hampir dua hari mereka tidak bermain. Ia melirik Sissy nya yang sedang sibuk membereskan bekas-bekas pesta.

Sembari berlari ia menuju tempat biasa dimana ia bisa menemukan dad nya. Ia melihat ada pria-pria berkumpul disana.

"Dad!" Panggilnya kencang mencoba mencari Bryan tapi sepertinya Bryan tidak ada diantara kerumunan itu.

"Anak siapa?" Tanya pria yang keheranan di ujung sofa.

Pria yang berperawakan mirip Bryan berdiri dari kursinya. "Adik asisten Bryan." Jawabnya mendekati Aby.

"Mencari dad?" Pria itu bertanya tahu jika yang dimaksud Aby adalah Bryan.

Aby mengangguk malu.

"Orang tua dia dimana, Crish?" Tanya temannya lagi pada Christoper adik Bryan.

"Orang tuanya sudah meninggal." Jawabnya didepan Aby.

Aby terdiam.

"Jadi dad yang dia maksud siapa?"

"Bryan, dia suka memanggil Bryan dad." Jawabnya begitu saja.

"Kasihan." Temannya menimpali.

"Dia tidak akan mengerti bukan apa yang kamu bilang?"

Christopher menggeleng. "Dia masih kecil." Ia memegang tangan Aby.

"Ayo, paman antar ke dad." Ia meninggalkan teman-temannya yang menginap mencoba mengantarkan Aby.

Di sepanjang perjalanan Aby masih bertanya-tanya maksud dari uncle Chris. Ia berhenti. "Uncle, Aby mau Sissy." Ia melepaskan tangannya kemudian berlari meninggalkan Christopher yang bingung. Pria itu hanya cuek saja dan kembali ke perkumpulan nya.

***

Hari ini Bryan dan Selena akan pergi berbulan madu, sungguh hari yang melelahkan sebenarnya tapi paksaan dari keluarga mereka hingga akhirnya mereka setuju pergi. Mereka sudah bersiap-siap pergi dengan koper tatkala Aby begitu saja berlari memeluk kaki Bryan.

Bryan terkejut.

"By!!" Panggil Kalila yang sedari tadi mencoba menahannya agar mereka tidak bertemu.

"Dad, ikut." Rengeknya.

Bryan melirik ibunya dan Selena bergantian mereka juga tidak tahu kalau Aby akan seperti itu.

Bryan berjongkok. "Sorry son, dad tidak bisa membawamu." Bryan tidak mau mengatakan itu tapi ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Aby menggeleng keras. "Ikut!! Ikut!!" Aby memaksa dengan matanya yang berair.

"Kalila." Agatha memberi kode Kalila untuk menarik adiknya.

Kalila sungguh sedih melihat adiknya begitu. Ini yang ia takutkan.

"By, biarkan uncle dan aunty pergi." Untuk pertama kali ia menjelaskan posisi Bryan dan pria itu cukup terkejut.

"No!! Dad, ikut!!" Aby benar-benar keterlaluan sekarang.

"Aby!!" Untuk pertama kali Kalila berteriak hingga adiknya terbelalak kaget. Aby langsung melepaskan pegangannya.

"K," Selena mendekati Kalila yang sepertinya juga terlihat menyesal.

Aby sudah sesenggukan menahan tangisnya. Ia belum pernah dimarahi Sissy nya itu.

"Dad, sis." Aby terbata-bata.

"Bulan madunya kita tunda saja." Bryan memberikan solusi.

"Tidak perlu sir. Anda pergi saja biar Aby saya yang urus." Kalila menarik tangan adiknya tanpa menoleh sedikitpun ke arah siapapun.

"Kalau Aby ingin ikut mereka bisa membawanya." Caroline memang sangat pengertian.

Kalila menatap wanita itu lembut. "Tidak perlu Tante. Aby baik-baik saja bersama saya."

"No, sis! Aby mau dad." Aby masih merengek.

"Kalian pergi saja." Kalila memberi kode ke arah Selena. Wanita itu mengangguk ragu menarik kopernya diikuti Bryan yang tidak bisa berbuat apa-apa.

"No dad!!! Dad!!! Dad!!" Aby histeris ketika Kalila menarik tangannya melarang ia pergi.

Bryan mencoba tidak berbalik, ia tahu Kalila juga kesusahan dan ia tidak mau membuat wanita itu jauh lebih kesulitan lagi karenanya.

"I hate dad!!"

"Aby!! Dad is gone!!"Kalimat itu terlontar menggema ke seluruh ruangan dan Bryan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berhenti dan berbalik.

Mereka menatap Kalila yang terlihat menahan tangisnya.

"Aby cukup! He is not your dad. Our dad is gone." Ia membuat adiknya terdiam.

"Kalila." Kini giliran Bryan yang sepertinya tidak setuju dengan perbuatan wanita itu.

"Sir pergi saja." Kalila tersenyum tipis ke arah Selena. "hati-hati di jalan." Katanya kemudian mengangkat Aby yang masih terdiam kemudian berjalan menjauh.

***

Kalila menatap adiknya yang tertidur pulas di pangkuannya. Ia begitu menyesal membentak Aby tadi tapi ia tidak bisa membiarkan adiknya itu lebih lama salah paham. Ia sudah membulatkan tekad untuk pergi dari rumah pria itu sebelum mereka kembali dari Hawai nanti. Meski adiknya trauma ia akan menjelaskannya pelan-pelan.

Pipi Aby masih basah oleh bekas air matanya. Ia mengelusnya pelan tak terasa jika ia meneteskan air mata juga. Kalila tidak pernah tahu kalau menjelaskan dengan mulutnya sendiri pada Aby akan begitu menyakitkan .

Adiknya ini belum mengerti dan ia bertugas untuk memberi penjelasan bahkan hanya untuk sekedar mengatakan ketiadaan orang tuanya saja pada orang lain membuat Kalila masih sesak di dada. Apalagi pada adiknya.

Salahnya yang membiarkan Aby merasakan kelengkapan dari keluarga sir Bryan. Seharusnya ia tidak terbuai kini ia harus menyaksikan adiknya itu patah hati di usia dini.

Kalila tidak peduli dengan tatapan sang pengemudi taksi padanya dari kaca mobil.
Ia hanya ingin melampiaskan kesedihannya yang mendalam.

Seharusnya Kalila tidak memarahi adiknya dan rasa bersalahnya semakin besar, dan oleh karena itu ia berjanji pada dirinya sendiri jika akan membesarkan Aby dengan baik. Ia akan memberikan yang terbaik pada adiknya itu sebagai bentuk penebusan kesalahannya. Meski akan ia habiskan bertahun-tahun ia tidak oeduli. Asalkan Aby tumbuh menjadi anak yang kuat dan mampu menjaga dirinya sendiri.

Kalila tidak butuh pelindungnya. Dia akan menjadi pelindung adiknya. Itu cukup.

KALILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang