Kalila- [Last]

12.2K 744 52
                                    

Stretch mark

"K, apa masih lama?" Bryan mengetuk pintu kamar mandi berulang kali dimana Kalila masuk beberapa saat lalu.

"Tunggu sebentar." Teriak wanita itu dari dalam hingga Bryan diam dan melihat jamnya untuk kesekian kali.

Bagaimana tidak ia khawatir, Kalila berada di dalam kamar mandi sudah hampir satu jam sejak ia masuk tadi. Selain khawatir Bryan juga ingin segera melakukan ritual paginya sebelum berangkat bekerja.

Ceklek

Pintu kamar mandi itu terbuka lebar menampilkan sosok wanita berwajah sembab yang berjalan susah payah karena ukuran perutnya yang cukup besar. Kalila memang sudah memasuki minggu ke-37.

"Ada apa lagi?" Bryan berkata lembut menangkup kedua pipi tembem Kalila.

Kalila menggeleng.

Pria itu menghela nafas berat, ia padahal sedang terburu-buru dan kini istrinya itu lagi-lagi moodnya buruk. "Apa ada yang sakit?" Ia tetap berusaha untuk memberikan perhatiannya.

Lagi-lagi Kalila menggeleng.

"Jadi apa?" Bryan berusaha agar suaranya tidak mengeram.

"Aku ingin pulang." Kalila merengek tiba-tiba.

Bryan hanya bisa diam berpikir lama, pulang? Pulang Kalila mengandung banyak makna yang ia tak tahu makna sebenarnya.

"Pulang kemana?" Tanyanya berusaha tidak menyinggung istrinya itu.

"Mom." Lagi-lagi Kalila ingin menangis.

"Baiklah nanti sepulang kerja kita ke pemakaman mom." Ia menyimpulkan sendiri.

Bukannya mendapat tatapan berterima kasih kini Kalila melotot kearahnya syok.

"What?" Bryan kelabakan.

"Apakah mom meninggal?!" Ia sudah bersiap-siap histeris.

"Meninggal? Mom? Mom siapa?" Bryan geregetan.

"Mom Carol?" Kalila menampakkan wajah sanksi.

"Of course not, mom masih berdiri sehat di rumahnya." Bryan menepuk bahu Kalila.

"Jadi kenapa ke pemakaman?"

"Oh, aku kira kau rindu dengan ibumu."

"Ibu.." Lirih Kalila tiba-tiba dan mengeluarkan air matanya. Padahal di kamar mandi ia hanya menangisi Stretch mark  yang menjadi-jadi di tubuhnya dan ingin curhat pada ibu mertuanya dan sekarang ia harus menangis teringat ibunya yang sudah lama pergi.

Bryan mengumpat dalam hati. Bagaimana caranya agar ia mengerti isi kepala Kalila? Sungguh ia tak tahan selalu salah paham dengan percakapan mereka yang tak searah. Dan yang lebih membuatnya sakit kepala adalah jika Kalila sudah merengek seperti ini. Siapapun tidak bisa mendiamkannya kecuali Bryan yang memeluknya berjam-jam.

Padahal sekarang ia sedang berencana menyelami pekerjaannya yang sudah menumpuk. Ah sudahlah, demi anak mereka ia harus sedikit bersabar lebih lama. Nanti setelah lahir baru ia akan kerja rodi di perusahaan.

°
°
°

Ice Cream

"Apa yang kau bawa?" Bryan menatap curiga Kalila yang berjalan aneh dengan tangan yang disembunyikan di punggung ketika sedang melewatinya yang sedang menonton pertandingan bisbol.

Kalila kehilangan fokus, ia melihat ke sana-kemari mencari alasan. "Aku sedang bersantai." Jawabnya karuan.

Bryan mengerutkan keningnya semakin curiga. "Ice Cream?" Ia menebak sembari berdiri bersiap merampas makanan itu jika tebakannya benar.

KALILA [END]Where stories live. Discover now