46. MENJADI TAMENG

2K 319 968
                                    

Ini disempetin nulis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini disempetin nulis.
Jangan lupa vote & spam komen ya❤

➖➖➖

46. MENJADI TAMENG

"Pindah satu orang ke depan."

Perintah itu ditujukan Jenaro untuk dua cowok yang kini pura-pura tidur di kursi penumpang belakang. Bersiap dibalik kemudinya, Jenaro melirik sepupu-sepupunya dari kaca spion depan.

Sempat menggeram tertahan, Jenaro berusaha sabar menghadapi tingkah aneh keduanya. Walau tak dapat dipungkiri betapa rindunya Jenaro bermain bersama para sepupunya itu.

"Gue hitung satu sampe tiga. Kalo diantara lo berdua gak bangun juga, gue campakkan ke jalanan."

"Satu.."

"Dua.."

"Dua setengah..."

Jenaro menghela napasnya saat keduanya tak kunjung membuka mata bahkan sama sekali tidak bergerak. Ancamannya memang candaan, tapi kalau begini responnya apa boleh buat? Jenaro tentu berani melakukannya.

"Gue bukan supir kalian dan terlebih ini mobil gue. Jadi salah satu dari kalian cepetan pindah ke depan!"

Raka membuka sebelah matanya, melirik singkat Jenaro sebelum mata lainnya menyusul terbuka. Menyesal selalu datang belakangan dan itu yang Raka rasakan sekarang. Raka menyesal karena lupa mengambil motornya di bengkel padahal semalam motornya sudah selesai dimodifikasi.

"Coba deh Ro sekali-kali belajar jadi supir kita beberapa jam doang. Ntar gue kasih ceban lah buat jatah makan sore."

Jenaro mendengus. Bahkan isi dompet Raka tidak ada apa-apanya dibandingkan isi dompet miliknya. "Simpan, gue gak butuh duit lo."

"Idih, songong bener. Gue tau duit lo banyak sampe meluber. Tapi ya terima aja kenapa dah. Lumayan isinya nambah."

"Banyak bacot. Pindah atau nyetir?!" Jenaro memberikan dua pilihan pada Raka yang langsung cowok itu balas dengan lantang. Sejujurnya Raka ingin sekali menghantam kepala Jenaro dengan tangan kosong, namun ada baiknya mengundurkan diri alias menuruti perintahnya detik ini juga.

"Pindah, Bos!"

"Cakep. Cepetan geraknya!"

Raka mengangguk lalu buru-buru melompat untuk pindah ke samping Jenaro yang memokuskan pandangannya pada jalanan di hadapannya. Tanpa berhenti, Raka sudah duduk manis dengan tangan terulur hendak menghidupkan radio. Secepat kilat Jenaro mencekal pergelangannya.

"Mau ngapain lo?"

"Pegang titit, Pak. Ya nyalain radio lah bege!" dumel Raka.

Tangan Raka dia hempaskan disusul decakan malas Jenaro. Begini ceritanya jika menghadapi satu curut yang kerjaannya bikin dirinya emosi dengan hal-hal kecil seperti ini.

JENARO Where stories live. Discover now