51. ULAR PALING BERBISA

2.1K 275 1.4K
                                    

Udah siapin hujatan kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah siapin hujatan kan?

Konflik utama dimulai dari part ini🔥

Yuk ramaikan kayak part sebelumnya

➖➖➖

51. ULAR PALING BERBISA

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Taruhan balapan antara Ayah dan Anak di arena sirkuit Boomber Club akan dimulai sekitar dua puluh menit lagi. Walau sempat menolak, akhirnya Jenaro menerima syarat sang Ayah. Beberapa orang sudah berkumpul di sana. Guiza yang merupakan anggota senior di perkumpulan itu tampak mengobrol dengan rekan-rekan seperjuangannya dulu.

Setelah menikah, Guiza tidak memutuskan untuk keluar dari BC. Kecintaannya terhadap mobil sport terlebih ingin mengasah lebih dalam kemampuan balapnya. Guiza sangat disegani oleh para anggota yang lain maupun anggota baru yang bisa dibilang kebanyakan anak remaja sebaya puteranya.

Jenaro sendiri malah tidak mau bergabung dengan Boomber Club. Alasan utamanya dia malas menjadi pusat perhatian semua orang. Apalagi mereka mengenal Jenaro yang notabenenya anak dari Guiza. Cowok terkeren pada jamannya. Dan sekarang semakin bertambah keren walau umurnya sudah berkepala tiga.

Bukannya kepedean, Jenaro memang sudah terkenal jauh sebelum mereka tahu siapa dirinya sebenarnya. Jenaro sering main ke arena sirkuit sekedar mengetes kemampuannya mengendarai mobil. Menguasai berbagai ilmu dari sang Ayah sebagai mantan pembalap yang banyak mendapat penghargaan.

Siap terjun ke jalanan sudah Jenaro nanti-nantikan sejak semalam. Jenaro mengenakan hoodie hitam polos kesayangannya dan itu tak luput dari pandangan Oife. Oife melihatnya dengan senyum yang dipaksakan. Membuat Jenaro menahan diri untuk tidak mencubit pipi tirus sang pacar.

"Kenapa gitu mukanya?"

Dahinya berlipat, Oife bertanya heran, "Emang kenapa sama muka aku? Pucat ya? Atau bedaknya kurang tebal?"

Jenaro terkekeh, "Maksudku bukan itu sayang."

"Lah, terus apa dong?"

"Kenapa tegang gitu, hm?" Dua tangan besarnya menangkup wajah Oife dengan tatapan teduh yang menghantarkan hangat ke seluruh tubuhnya.

Ekspresi Oife berubah drastis. Dari senyum terpaksa menjadi mendung yang mana Jenaro memilih menjauhkan tangannya untuk beralih memeluk gadisnya. Mengusap punggung kecilnya, menyalurkan semangat yang dia punya.

"Ada kejadian apalagi di rumah kamu? Cerita aja, siapa tau aku bisa bantu."

Oife menggeleng lemah, "Aku takut," cicitnya.

JENARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang