20. TERKEJUT

1.8K 271 88
                                    

20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20. TERKEJUT

Flashback On

Sepulangnya dari konser musik, komunikasi antara Jenaro dengan Jena semakin berlanjut. Jenaro lebih dulu mengirimkan Jena pesan berisi kalimat yang kalau ditelaah bisa diartikan sebagai bentuk kekhawatirannya terhadap Jena.

Baru pertama kali bertemu, Jenaro sudah khawatir. Apa namanya kalau bukan timbul rasa. Bukan rasa khawatir pada sesama teman. Melainkan lawan jenis. Pada seorang cewek cantik. Jena.

Katakanlah terlalu cepat. Jenaro memang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Jena beserta lembutnya suaranya serta parasnya membuat Jenaro betah berada di dekatnya. Pertemuan singkat namun ada keberhasilan di dalamnya yaitu bertukar nomor telepon. Tentu tidak akan Jenaro sia-siakan kesempatan yang ada di depan mata.

Main cepat saja. Keesokkan harinya Jenaro mengajak Jena untuk ketemuan di kafe dekat rumahnya. Berhubung Jena tidak bisa kemana-mana karena orang tuanya sedang berdiam di rumah, maka Jenaro pun senang saat Jena menyuruhnya datang.

Sampai di depan gerbang rumah bergaya klasik, Jenaro bersitatap dengan satpam yang baru saja membuka pintu gerbang.

"Ini benar rumahnya Jena, kan, Pak?" tanya Jenaro sopan.

Bapak itu mengerutkan kening, seolah bingung akan pertanyaan Jenaro.

"Jena?"

"Iya, Pak. Cewek cantik yang tinggal di sini."

Pak Yono, namanya. Bapak itu menjentikkan jarinya tepat di depan Jenaro, "Oh, saya tau. Kamu nyari Non Jessica?"

"Hah, Jessica?" Jenaro semakin tidak paham. Apa jangan-jangan dia salah rumah? Pikirnya. Tapi saat mencocokkan alamat yang Jena kirim dengan alamat yang tertera di depan pintu gerbang itu sama. Apa Jessica ini Kakaknya Jena?

"Loh, Naro? Kok berdiri di luar? Kenapa gak masuk aja?" Untung saja tak lama suara yang Jenaro kenali terdengar. Kedua lelaki itu menoleh dan Pak Yono pun memberitahukan apa yang terjadi.

"Ya ampun. Maaf, ya, Naro. Ini salahku yang gak ngasih tau Pak Yono tadi. Jadi, sebenarnya nama asliku bukan Jena. Tapi Jessica Naurelia. Temen-temenku sih suka manggil Jessi atau Nau. Berhubung kamu tuh orang spesial yang udah nolongin aku, kamu harus manggil aku Jena. Biar beda gitu dari yang lain."

Sejak sore itu, keduanya menghabiskan waktu sampai malam. Bermain game, berenang, menonton film, makan bareng juga meminta Jenaro untuk menemani Ayahnya bermain catur. Orang tua Jena menyukai Jenaro karena Jenaro anaknya sopan dan ramah. Nilai positifnya, Jenaro pandai mengambil hati orang tua Jena. Satu fakta yang baru Jenaro ketahui. Ternyata Jena satu sekolah dengannya. Ah, Jenaro bahagia sekali rasanya.

Beberapa bulan menjalin kedekatan, di malam ulang tahun Jenaro, Jenaro meminta kado dari Jenaro. Hanya berupa jawaban 'ya' dari satu pertanyaan yang akan dia lontarkan. Disaksikan oleh kedua orang tuanya juga para temannya, Jenaro menyatakan perasaannya di depan Jena. Berlutut sambil menyodorkan sebuah buket bunga mawar merah untuk Jena. Jena tidak bisa menolak dan memang tidak ingin menolak cinta Jenaro. Malam itu, mereka resmi berpacaran.

JENARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang