2. CEWEK SINTING DAN PERMINTAANNYA

5.3K 577 692
                                    

2. CEWEK SINTING DAN PERMINTAANNYA


"WOY KABURRRR, ADA KETUA REBELLION!"

"BELOK, MON! BELOK! KITA LEWAT JALAN MOTONG!"

"CUNG, JALUR KIRI MENTOK SUNGAI, CUNG! PUTAR BALIK ANJIR!"

"BUSET-BUSET! AMBIL JALUR KANAN MALAH ADA ANJING GALAK! BALIK LAGI, TOT! GUA TAKUT DIGIGIT!"

Sekitar sepuluh siswa berseragam putih biru yang awalnya duduk santai di warung Mbak Cimoy tepatnya di belakang SMA Galasky, langsung lari terbirit-birit saat satu diantara mereka tak sengaja menyenggol sebuah motor ninja hitam hingga menubruk tanah yang diketahui milik ketua geng Rebellion.

Bukan apa-apa nih, katanya denger-denger ketua Rebellion yang sekarang anti orang-orang lemah. Lah ini mereka baru tamat SMP lho. Soal jotos-menjotos bisa dibilang masih sampai batas menggaplok kepala doang. Belum berani menggampar muka pakai kaki apalagi tangan. Daripada mati muda dalam genggaman Jenaro mending melarikan diri.

Saat ini Naro tengah mengantar Saguna yang minta ditemani ke dalam untuk mengambil motornya di parkiran depan. Ngomong-ngomong mereka sudah naik ke kelas dua belas dan besok adalah hari pertama kembali bersekolah menjadi senior paling disegani. Jenaro yang ditinggal Saguna mau tidak mau keluar sendirian sambil menyumpah serapahi Saguna.

Kalau disuruh memilih melewati gerbang depan atau belakang, tentu saja Jenaro pilih dari belakang sebab motornya dititipkan di warung Mbak Cimoy. Perempuan berusia tiga puluh tahun berstatus janda yang sialnya memiliki lekuk tubuh bak gitar spanyol. Katanya, dulu Mbak Cimoy pingin jadi model tapi berhubung dia nggak pandai pake highheels juga nggak mau mencoba menggunakannya takut kaki mulusnya keseleo, akhirnya Mbak Cimoy jualan gorengan saja karena goreng-menggoreng memang keahliannya.

"Saya datang kenapa bocah-bocah itu pada lari Mbak Moy?" Jenaro bertanya heran saat anak-anak SMP yang menghambur padahal sebelumnya dia lihat mereka tengah asik memakan bakwan.

"A-anu, motor kamu dibikin jatuh sama mereka," ungkap Mbak Cimoy agak takut melihat Jenaro yang seperti ingin memakannya hidup-hidup.

Langsung saja Naro mengecek keadaan motornya yang sayangnya terdapat bekas lecet karena terbentur dengan bebatuan kecil. Membuatnya mengumpat dalam hati. Naro jelas kesal. Motornya baru semalam di servis dan dicuci sampai kinclong eh sekarang sudah jorok terkena tanah. Belum lagi goresan yang menghias ninja kesayangannya itu. Wajah datarnya semakin rata.

Jenaro melirik Mbak Moy, "Kenal sama mereka nggak Mbak?"

"Kenal. Mereka suka bolos dan sering nongkrong di sini."

"Kalo besok mereka ke sini lagi, langsung hubungi ke nomor saya ya Mbak. Jangan sampe ketauan mereka. Berhubung saya males adu fisik, saya pingin nyelesain secara baik-baik aja biar mereka bisa lebih bertanggung jawab lagi sama kesalahan yang mereka perbuat." Naro berujar dengan nada datar.

"Siap, Naro."

Tanpa berpamitan pada Mbak Cimoy yang saat ini sedang memperhatikannya dari balik steling kaca, berharap si ganteng mengucapkan kata pamit, Naro melesat bersama ninja hitamnya. Membelah jalanan siang yang cukup ramai.

Memacu kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata agar cepat sampai di rumah di mana Naro bisa mendapatkan ketenangan hatinya kala bayang-bayang 'dia' mengusik pikirannya.

JENARO Where stories live. Discover now