24. PANAS HATI

2K 307 51
                                    

24

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

24. PANAS HATI

Mungkin hal yang ingin Galan sesali saat di mana Galan mencurigai Jena telah berkhianat di belakang Jenaro dan pada hari itu juga Jenaro langsung meluapkan emosinya tepat di depan sahabat baiknya yang sekarang sudah berubah status menjadi mantan sahabat. Razor Andramex.

Bukan tanpa alasan atau hanya ajang menebak semata-mata karena Galan kurang menyukai kehadiran Jena di keluarga besar mereka. Tentu saja Galan melihat secara nyata tunangan sepupunya dijemput bahkan diantar pulang oleh seorang pemuda yang kerap memakai topi untuk menutupi wajahnya. Entah menghindari Jenaro, Galan tidak tahu pasti. Bisa saja begitu.

Tiga hari berturut-turut Galan memergokinya. Memang sengaja Galan buntuti. Rekaman videonya pun sampai saat ini masih Galan simpan untuk dirinya sendiri. Bisa juga untuk alat tempurnya jika sewaktu-waktu Jenaro berulah dengan menyakiti Oife lebih dalam.

Sejak kapan Galan peduli yang jelas Galan tidak ingin Oife disakiti siapapun. Sepupunya sekalipun Galan tidak mau tahu. Galan punya hak membela yang tidak bersalah walau di sini Oife sudah diklaim sebagai selingkuhan Jenaro.

Sepupu bajingan. Kadang, Galan bersyukur hubungan diantara mereka memburuk. Kadang kala Galan menyesal. Bertukar silih berganti.

Sungguh tidak mengerti lagi isi pikiran Jenaro yang dipenuhi sampah sisa-sisa kebucinannya bersama Jena dulu.

Sesuatu yang bisa Galan lakukan untuk Oife yaitu membawanya keluar dari gosip miring yang kini semakin panas di Galasky. Galan sudah berdiri di hadapan kepala sekolah yang merupakan Ayah kandungnya. Baden Gastiadi. Orang-orang terdekat Ayahnya lebih sering memanggilnya Bagas. Di luar dari ruangan ini jelas Galan harus memanggilnya dengan sebutan Bapak.

"Apa benar Papa menerima uang suap dari orang tuanya Oife?" Galan bertanya ke intinya. Bosan berbasa-basi apalagi menanyakan apakah Ayahnya itu sudah menikmati makanan yang dibawakan Ibunya ketika Galan akan berangkat sekolah. Ibunya menitipkan rantang berisi lauk-pauk sebab Ayahnya pergi pagi-pagi buta sekali. Katanya kerjaannya begitu menumpuk di kantor.

"Kenapa bisa gosip murahan itu terpampang di mading? Apa Papa yang melakukannya?" cerca Galan tidak sabaran. Masa bodo Ayahnya berpikiran macam-macam tentangnya juga Oife. Galan ingin menuntaskan masalah ini agar Oife bisa belajar dengan damai tanpa disinggung soal penyuapan itu.

"Tenanglah, Galan. Duduk baru bicara." Bagas sedari memperhatikan raut putera semata wayangnya. Tersirat kekhawatiran di sana. Bagas diam mendapat gelagat Galan yang ingin meledak lagi.

"Galan gak bisa tenang sebelum gosip itu dibungkam! Kalo perlu orang yang nyebarin Papa keluarkan aja dari sekolah ini!" sembur Galan.

Bagas tersenyum kecil mendengar protesan puteranya. Persis seperti istrinya saat marah padanya. Penuh penekanan dan memupuk kesal. "Tidak segampang itu mengeluarkan sepupumu dari sini."

JENARO Where stories live. Discover now