Chapter 38: Strategy

97 9 0
                                    

Zian menarik selimut hingga seleher Xiao Re yang tertidur pulas setelah kelelahan menangis. Gadis ini terlihat begitu rapuh, dan sisi ini baru diperlihatkan Xiao Re kepada teman-temannya.

"Pelankan suara kalian, jangan sampai Xiao Re terbangun." Zian bergabung ke lingkaran teman-temannya yang sedang berdiskusi.

Jiang Ju dengan lengannya yang terbelit perban, wajah Chen Yu yang penuh luka lecet dan keadaan Yu Lie tidak jauh beda dengan Jiang Ju.

"Ryu, Yan Mei ada di mana?" Tanya Chen Yu.

"Yan Mei baru aja melemparkan senjata* ke kakaknya Xiao Re. Mereka sekarang ada di tempat prajurit berlatih belakang." Jawab Jiang Ju.

Zian menghela napas, apa seluruh kelompok ini isinya adalah monster? Pikirnya.
"Baru saja bertarung, sekarang bertarung lagi. Benar-benar tenaga monster." Zian merebahkan tubuhnya ke lantai dan melihat langit-langit rumah.

"Kalau tanganku tidak cedera, aku juga akan melempar senjata, Zian. Aku tidak tahan melihat sifat angkuhnya itu. Jiang Ju menendang kaki Zian dan berbaring di sebelahnya.

"Bukankah harusnya sekarang saatnya kita menyusun rencana berikutnya? Aku rasa perang sebentar lagi akan tiba di depan mata." Kata Chen Yu.

"Kita masih harus mencari 1 orang prajurit lagi bukan?" Tanya Yu Lie.

Kalau dihitung-hitung kita masih berenam , Jiang Ju, Yu Lie, Chen Yu, Ryu, Yan Mei -Yan Xia walaupun dia pengkhianat, dia tetap dihitung- tinggal satu lagi maka lengkap tujuh orang.

"Chen Yu, kau tahu di mana dia?" Yu Lie bertanya, dia yang dimaksud Yu Lie adalah prajurit terakhir Xiao Re.

Chen Yu tampak berpikir, tapi wajah seriusnya tidak bertahan lama, "tidak tahu." Jawabnya tanpa beban.

"Yang serius, bodoh!"

Plak!

Zian memukul kepala Chen Yu sekuat tenaga. Chen Yu berguling-guling sambil memegang kepalanya yang sakit.

"Ayo, susun rencana."

Semua orang melihat ke asal suara. Adipati Ho dengan pangeran pertama, Tian Feng. Semuanya menundukkan kepala atas kedatangan Yang Mulia pangeran, hingga dia memberi isyarat untuk boleh mengangkat kepala.

"Adikku Tian Li, adalah orang yang cermat dalam mengambil langkah." Ucap Tian Feng.

Dayang menyenduhkan teh dan meletakkannya satu persatu ke atas meja persegi panjang yang dikelilingi oleh kawanan Xiao Re.
Mereka menunggu pintu kembali tertutup lalu kembali ke topik.

"Aku lengah, aku tidak menyadari perjodohan Xiao Re dengan kerajaan Zhong adalah kedok untuk menjalankan aliansi." Tian Feng meneguk teh yang masih hangat, setelah menjelaskan dengan singkat keteledorannya.

Ryu datang dengan membuka pintu dengan kuat dan seekor burung rajawali hinggap di tangan kanannya, dengan sedikit hentakan. Burung itu terbang dan hinggap di bahu Tian Feng.

Tian Feng mengambil gulungan kertas kecil yang diikat di kaki burung tersebut dan senyumannya tertarik, "Misi pengeboman tambang sudah berhasil dijalankan." Tian Feng membaca kalimat yang ditulis di atas kertas.

Mata Chen Yu melebar, "Tambang? Jangan-jangan tambang untuk menghasilkan baju zirah dan senjata?" Chen Yu teringat dengan informasi yang mereka dapatkan di rumah bordil.

"Benar, ternyata kalian sudah tahu sejauh ini. Baguslah dengan begitu aku tidak akan panjang-lebar lagi menjelaskannya." Jawab Tian Feng.

"Dengan begini Tian Li akan sedikit kelabakan dengan situasi. Upacara pengangkatan Kaisar baru pasti akan ditunda." Adipati Ho mengelus janggutnya yang menjuntai panjang ke bawah.

In The End We Became One [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang