Chapter 21: Teritory

1.5K 132 10
                                    

"Tabib, apakah ada perkembangan?" Tian Feng bertanya pada tabib, ayahnya sudah jatuh sakit tak lama setelah putri satu-satunya pergi melarikan diri dari istana.

Tabib hanya menggeleng takut. Wajah anak sulung Kaisar ini sudah merah padam menahan amarahnya.

Tangannya mengangkat ke atas, tabib menunduk dan mengundurkan diri.

"Kasim, panggilkan Tian Ge, aku menunggunya datang ke ruanganku." Tian Feng dengan sifat dinginnya selalu melekat pada dirinya.
Sifat dingin Putra Sulung Kaisar ini, diturunkan langsung dari ayahnya.

Blam...

"Carikan tabib lain, aku ingin ayahku segera sembuh dalam waktu dekat." Tian Feng menatap Kasim Long tajam, yang dilihatnya hanya bisa membungkuk tidak berani menatap matanya langsung.

"Oh, Kak. Aku baru saja ingin pergi ke ruanganmu." Tian Ge memberi hormat singkat pada Kakak tertuanya.

"Apa benar, sewaktu kau menjalankan misi di gunung utara, kau sudah bertemu Xiao Re di sana?"

Kakak sulungnya selalu bertanya langsung ke topik tanpa basa-basi. Tian Ge hampir saja tersedak karena pertanyaannya yang mendadak.

"Tidak."

"Kau tidak berbohong padaku, bukan?"

"Aku tidak bertemu Xiao Re langsung, Kak. Aku hanya mendapat signal di tempat kejadiannya langsung untuk segera datang ke sana, dan ternyata signal itu dikirim langsung oleh Xiao Re. Dia meletakkan surat di tempat kejadian." Tian Ge tidak bisa mengelak lagi, cepat atau lambat Kakaknya ini juga akan tahu kejadian sebenarnya.

"Kenapa kau tidak melapor kejadian itu?" Tian Feng memandang sinis adiknya.

"Maafkan aku, Kak." Jantung Tian Ge memompa darahnya lebih cepat dari beberapa detik sebelumnya.

"Dimana Tian Chan?"

"Sedang latihan pedang, Kak."

"Suruh dia menemuiku segera, aku ingin menanyakan beberapa hal perihal tentang kakak kesayangannya itu, Xiao Re." Tian Feng berjalan menuju ruangannya.

"Baik, Kak." Tian Ge menunduk selama Kakaknya pergi berlalu menghilang dari hadapannya.

⚜️⚜️⚜️

Uhuk... uhuk...

Xiao Re bisa merasakan rongga paru-parunya panas. Memori terakhir yang diingatnya kapal si sialan Wei Ru terbakar, kayu-kayu kapalnya tidak dapat menahan beban di kapalnya dan terbelah beberapa bagian.

Xiao Re di dorong oleh Yu Lie, gadis itu berusaha menyelamatkan Xiao Re dari tiang kapal ambruk yang hampir mengenai dirinya.

Dimana aku sekarang.
Apa aku terpisah dari teman-temanku?

"Kau tak apa, Nak?" Suara lemah menghinggap di telinga Xiao Re.

"Kau terdampar di pantai ini, ikutlah denganku." Uluran tangannya disambut oleh Xiao Re. Kepalanya masih berputar hebat, sehingga jalannya harus dituntun oleh Nenek yang menyelamatkannya ini.

Tidak jauh dari pesisir pantai, rumah tua berdiri kokoh walau bentuknya sudah tidak terlalu bagus.

"Tubuhmu panas, Nak." Sontak Nenek setelah mengecek suhu tubuhnya dengan telapak tangannya.

"Maaf aku merepotkanmu."

"Tidak apa, istirahatlah. Cucuku akan pulang sebentar lagi membawa bahan makanan." Garis halus di wajahnya menjadi terlihat jelas setelah seutas senyum terpasang di bibirnya.

"Aku berhutang budi padamu, Nek."

⚜️⚜️⚜️

Kedua orang ini terombang-ambing mengikuti arus ombak laut. Hanya sebatang papan sisa puing-puing kapal yang menjaga mereka agar tetap berada di atas permukaan air.

"Gawat, kondisi Zian kritis." Chen Yu menarik Zian sekuat tenang dan berenang menuju pesisir pantai.

Yu Lie sibuk menyembuhkan Jiang Ju setelah dia sadar, lelaki ini terluka cukup parah dari yang dia bayangkan.

"Yu.. Lie.."

"Shhtt... Aku di sini, diamlah."

Pertarungan malam itu meninggalkan bekas luka yang sulit di sembuhkan oleh Yu Lie sendiri. Di saat itulah dia menyadari, dirinya itu kurang berguna untuk teman-temannya.

Hanya bisa menyembuhkan, rasa pedih melihat orang yang dia sayangi meringis kesakitan, tanpa dia bisa mengangkat senjata untuk melindungi mereka.

"Kau mengkhawatirkan hal yang tidak perlu, Yu Lie." Tangan Jiang Ju mengusap pelan pipi mungil gadis yang sedang menyembuhkannya ini.

"Aku tidak berguna." Suaranya terdengar getir, Yu Lie tampak menahan air matanya agar tidak jatuh dari pelupuk mata.

"Kau berguna, kau lebih dari yang kau bayangkan. Berhenti berpikir hal yang membuatmu bersedih."

Jiang Ju bangkit dari posisinya, "Ada satu teman lagi yang sangat memerlukan bantuanmu." Jiang Ju mengambil tangan Yu Lie dan menuntunnya menuju Chen Yu yang memberikan signal dengan membakar dirinya.

Air laut yang ada disekelilingnya menguap, kalau dia membakar dirinya lebih lama dari ini, maka dia akan kehilangan tubuh remajanya lagi, dan akan diganti dengan tubuh anak-anak.

"Hoi! Kami menemukanmu!" Teriak Jiang Ju.

"Syukurlah." Chen Yu memadamkan apinya seketika itu juga tubuhnya kehilangan kesadaran.

"Gila, sudah berapa lama dia ada di dalam air?" Jiang Ju menghampiri kedua temannya yang bibirnya sudah membiru.

To be continued~

In The End We Became One [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang