Chapter 26: Blind

1.4K 104 5
                                    

Note: maaf saya lama publishnya, mohon jangan timpuk saya ✌︎('ω')✌︎.
Karena saya ulang tahun semalam. #plakapaansih# ψ(`∇')ψ

Dari sejauh mana mata ini memandang dunia, tidak ada seutas kebahagiaan pun yang terlihat.
Benang merah yang terikat dari masing-masing orang terbentuk hanya karena ikatan takdir yang membelenggu.
Lebih baik menjadi yang tidak terlihat daripada menjadi yang dibanggakan.
Kalian yang mengerti kalimat ini, aku bisa membayangkan berapa banyak luka yang kalian dapat.

⚜️⚜️⚜️

Aku tidak tahu yang ada di pikiran nenek saat menunggu gadis ini untuk menemuinya. Setelah lama berkelana, aku mendengar kabar nenek tinggal seorang diri di rumah terpencil di area kerajaan Tian.
Gadis lemah yang tanpa senjatanya hanya bisa meringis kesakitan dan meminta pertolongan. Apa yang diharapkannya.
Terlalu hanyut dengan pikiranku, aku merasakan panas yang membara mencekik kuat leherku.

"Apa yang kau lakukan?"

Ah, begitu merasakan panas yang mengalir ke leher, aku langsung menyadarinya. Anak si petani dan gadis burung bangau. Phoenix.
Yang kulakukan hanya menepis tangannya dan mengeluarkan perban untuk menutup mataku.

Suara pedang yang dikeluarkan, terdengar jelas datang dari arah belakangku.

"Mati!" Ujung pedangnya sedikit lagi akan menembus kulitku, spontan diriku menghindar sedikit dan menyentuh pedangnya. Alirkan listrikku mengalir ke tangannya, "Bagaimana? Ingin bermain?" Tanyaku.

Selesai kukenakan tengkorak bison ini, aku berlari keluar dan membuat badai. Setelah kuanalisa, phoenix mengandalkan api sebagai senjata, kemudian pemuda tadi menggunakan pedang hanya tinggal seorang gadis dan pemuda itu yang aku tidak ketahui apa keahliannya.

Mereka terpancing keluar, hujan sudah turun. Sejauh ini aku ingin memperkirakan sejauh mana phoenix ini bisa menggunakan apinya.
Tanpa taktik yang disusun rapi, mereka semua hanya menyerang secara brutal dan terlihat jelas titik pergerakannya.

Sudah lama aku memang tidak menggunakan mataku lagi, tapi dari cara mereka berlari untuk menyerang terdengar jelas di indra pendengaranku. Dengan ini aku lebih mudah untuk menang meskipun sabit tidak ada digenggamanku.

⚜️⚜️⚜️

Jiang Ju memulai pergerakan, menggunakan satu kakinya sebagai tumpuan untuk menendang kepala musuh agar mudah untuk dijatuhkan.

Pats!

Dia menggunakan tangannya sebagai tameng tepat sebelum kaki Jiang Ju menghantam kepalanya. Jiang Ju merasakan kakinya tertarik dan dihempaskannya.

Dia menutup matanya bagaimana dia bisa tahu arah serangan?

"Zian, Jangan gegabah." Chen Yu membuat suara dengan berlari mengelilinginya, Zian dengan tangkas menggunakan pedangnya menebas butiran air, namun serangannya berhasil ditangkis. Zian segera menarik mundur pedangnya setelah melihatnya pergerakan tangan musuh ingin menggenggam senjatanya lagi.

Chen Yu tidak memberi jeda untuk musuh, dia melompat tinggi dan menyemburkan api tepat diatas lawan. Tepat saat itu juga petir menyambar mengenai dirinya dan juga pemuda itu. Chen Yu terjatuh kuat ke tanah setelah lawannya memukul punggung belakangnya saat ia lengah.

Iya, dia memperhitungkan setiap langkah yang dia buat. Tapi dia lupa petir elemen yang mudah untuk menimbulkan percikan api.

"Baiklah, Jiang Ju berubah menjadi macan dan berusaha menghentikan pergerakannya. Zian, singkirkan pedangmu karena itu percuma melawan dia yang menggunakan elemen petir, serang dia dengan serangan acak." Chen Yu bangkit dan mengambil pedang Zian dan membuka tali pengikat kepalanya.

Sambil menunggu Jiang Ju dan Zian membuat fokusnya buyar, Chen Yu mencari momen yang pas untuk melancarkan serangannya.
Dia yakin lawannya bisa mendengar pergerakan mereka dengan jelas, menunggu lawannya berhasil melempar Zian dan Jiang Ju, "Ini saatnya."

Benar saat Zian mengantarkan pukulan bebasnya tangannya tertarik dan tubuhnya dilempar menabrak Jiang Ju yang berada samping kirinya. Mereka menyerang dari dua arah yang berlawanan. Tepat saat itu Chen Yu menyerang dari depan, diangkatnya tinggi pedang Zian seperti ingin menancapkan pedangnya ke kepala lawan.

Saat ingin menghunuskan pedangnya, lawan memegang pedangnya untuk mengalirkan listrik, dalam satu hentakan pedang ini menancap ke tanah untuk meredam listrik yang dialirkan. Kain ikat kepala Chen Yu sudah terlilit rapi di tangan kirinya untuk menggengam tangan lawan agar tidak terlepas dari pedang sementara tangan kanannya memegang bagian tajam berusaha menyerap listrik yang dialirkan untuk dijadikan api.

Merasa cukup, Chen Yu mencekik leher lawan dan menjatuhkannya. Api yang biasa berwarna merah menjadi biru dan membakar kulit lawannya tanpa ampun.

"Hentikan!" Seluruh pandangan melihat ke arah asal suara. Chen Yu yang menyerap elemen yang bukan miliknya jatuh ambruk setelah mendengar pekikan Xiao Re.

⚜️⚜️⚜️

Yu Lie berlari menuju temannya yang jatuh tidak jauh dari musuh. Suhu tubuh Chen Yu tinggi sekali saat Yu Lie berusaha memegang tangannya.

Xiao Re menghampiri lawan mereka dan menarik kerah bajunya. "Berikan kembali padaku kalung pemberian nenek."

"Gadis bodoh. Selama ini kau hanya menganggap benda itu hanya sebuah kalung?"

To be continued~

In The End We Became One [Hiatus]Where stories live. Discover now