Chapter 29: Queen

971 55 9
                                    

Ruangan luas ini dijaga ketat oleh para pengawal di luar pintu masuknya, sementara sama sekali tidak ada celah untuk gadis ini meloloskan diri. Lalu, aroma teh hijau datang berbaur bersamaan dengan cahaya pagi yang menerobos masuk melalui pintu bambu yang dibuka oleh dayang.

"Selamat pagi Xiao Re-ku. Sepertinya makanan pagi ini terlihat tidak terlalu enak untukmu, melihat tidak satupun dari mereka yang kau sentuh."

"Untuk apa kau kesini? Untuk melirikmu saja aku malas. Keluarlah selagi aku masih bertutur kata dengan baik, Zhong San."

Bukannya menjauh, bayangan tubuh pria ini malah semakin mendekat. Seutas senyuman terukir di bibir tipis pria ini. Hanya saja belum sampai telapak tangan yang mungil Xiao Re menyentuh pipi pemuda ini, tangannya sudah dicengkeram kuat olehnya.
Bibirnya mendekat ke telinga gadis ini lalu berbisik, "Kau tahu Xiao Re, matahari kekaisaran Tian sudah menghembuskan nafas terakhirnya."

Xiao Re tersentak, kemudian menatap Zhong San dengan pandangan tak percaya. Bibirnya bergetar hebat, satu kata yang terlintas di benaknya namun dia tidak sanggup mengucapkannya.

Zhong San bermain dengan ujung rambut Xiao Re, "kau tahu Xiao Re, seharusnya kau setuju untuk menjadi tunanganku waktu itu," Rambut hitam legam itu terlihat lebih kusam dan tidak tertata. Pipinya yang memancarkan semburat merah jambu dulunya, sekarang tidak sedikit bekas luka goresan namun tidak mengurangi sedikitpun kecantikan Xiao Re.

"Dengan begitu kau tidak perlu merasakan pahitnya menjalani kehidupan seperti ini."

Respon yang diberikan gadis ini di luar dugaan Zhong San. Suara tawa melengking gadis ini terdengar seperti ejekan yang menggores harga diri lelaki ini. Suara pecahan cangkir terdengar setelah suara tawa itu redam.

"Permaisuri? Kau adalah pria yang paling tidak tahu diri sejauh ini aku kenal." Xiao Re menatap bengis Zhong San yang sedikit tersentak dengan perilaku gadis ini.

"Untuk apa aku harus menjadi permaisurimu? Dimana aku bisa saja menjadi ratu untuk kerajaanku sendiri." Setiap kata intonasinya ditekan oleh Xiao Re, dibumbui dengan senyuman meremehkannya.

"Tutup mulutmu!"

Zhong San langsung mendorong Xiao Re ke tembok dan mencengkram rahang gadis ini. Emosinya tersulut, tindakannya jadi tidak terkontrol sama sekali.

"Lihat, kau bertingkah seperti kerajaan itu milikmu? Lucu sekali," Xiao Re lagi-lagi tidak bisa menahan tawanya.

"Dengarkan aku Zhong San, puaskan lah dirimu bermain peran Raja sampai dimana hari aku akan menebas kepalamu langsung dengan tanganku sendiri."

Tangan Zhong San terangkat tinggi ingin memukul pipi gadis ini, namun suara gaduh terdengar dari pintu luar. Dan tidak berapa lama pintu ruangan ini terdobrak, "Xiao Re!"

⚜️⚜️⚜️

Bruk..

Tubuh prajurit yang membawa Zian dan Chen Yu jatuh dengan sekali pukulan masing-masing dari mereka. Mereka langsung memakai seragam prajurit kemudian berbaur mencari informasi dimana keberadaan Xiao Re.

Tepat tidak berapa lama ada beberapa dayang melewati mereka, otomatis mereka menunduk hormat karena di depan para dayang ada seseorang yang menggunakan pakaian kekaisaran dan tidak lain adalah Zhong San.

"Kalian ikut denganku."

Mendengar perintah dari Zhong San, Chen Yu dan Zian memandang satu sama lain lalu dengan kompak berkata, "Baik pangeran."

Para dayang membukakan pintu untuk pangeran, kemudian masuk untuk mengantarkan teh. Sebelum pintu tertutup rapat oleh dayang, sekilas Zian melihat gadis yang ia cari di dalam sana, kemudian memberi signal pada Chen Yu.

⚜️⚜️⚜️

Jiang Ju merasakan tiupan angin yang tidak wajar yang semakin lama semakin berputar mengelilinginya. Terdapat banyak ranting dan pasir dalam pusaran angin ini, pipi Yu Lie tergores saat berusaha keluar dari pusaran angin.

"Aku ingin membiarkan kalian lebih lama tapi, aku bosan bermain pipa." Suara wanita ini terdengar lembut sekali kemudian memperlihatkan sosoknya.

"Temanin aku bermain, harimau putih dan healer."

Dengan satu kibasan kipas pipi Yu Lie kembali tergores lagi. Jiang Ju melotot melihat gadisnya terluka, "Kau, bukannya salah satu dari kita?" Penuh penekanan.

"Tidak."

Petir menyambar tempat dimana tadi Yan Xia berdiri, "Aku juga sudah lama tidak bermain." Ryu mengeluarkan tongkat besinya.

Jujur Jiang Ju sedikit lega, dengan begini dia tidak akan kewalahan menjaga Yu Lie sambil menyerang wanita di hadapannya.

"Hei, jangan langsung merasa lega. Aku datang bukan untuk menolongmu, aku tidak tahan saja melihat ada penghianat." Ryu duluan menyerang.

"Kau selalu berbicara berlawanan dengan hatimu." Jiang Ju juga melakukan pergerakan.

Yan Xia menahan serangan Ryu dengan kedua kipasnya. Ryu yang mendengar hantaman antara tongkatnya besinya dengan senjata milik lawan tersenyum, "Hoo... logam." Lalu mengalirkan listrik miliknya, namun Yan Xia berhasil menarik dulu kipasnya.

Yan Xia membuat pusaran angin untuk menghalangi Jiang Ju membantu Ryu. Elemen petir sangat tidak menguntungkan bagi Yan Xia, tapi yang gadis ini ketahui si elemen petir ini akan membuat badai jika ingin menambah kuat petirnya untuk menyambar.

"Awannya gelap ya." Seperti gaya Yan Xia berbicara dia menutup mulutnya dengan kipas kemudian dengan mata yang seperti tersenyum melihat lawan bicaranya.

"Iya, badai akan datang." Ryu menjawab.

To be continued~

Note:
Huaa maaf jarang publish chapter baru
(/ _ ; )
Kalian jaga kesehatan selalu ya.
Jumpa lagi! (*'︶'*)╯♡

In The End We Became One [Hiatus]Where stories live. Discover now