Chapter 24: Red Moon In Autumn

1.4K 115 3
                                    

Tanpa sadar aku menghela nafas entah sudah keberapa sekian kalinya. Kucelupkan kuas lukisku ke cat berwarna merah. Dengan tatapan kosong, tanganku melukis bentuk bulat.

"Tuan putri?"

Ah, aku mengedipkan kelopak mataku berkali-kali hingga kesadaranku terisi penuh. Kutatap kembali lukis yang sedang kukerjakan dengan teliti.

"Maaf, apa tuan putri merasa tidak enak badan?" Salah satu dayangku memberanikan diri untuk menanyakan kondisiku dengan raut wajahnya yang khawatir.

"Tidak, aku baik-baik saja." Kuletakkan kuas lukisku ke dalam cangkir yang berisi air. Kemudian pergi meninggalkan mereka yang menatap aneh hasil lukisanku.

"Lihat lukisannya aneh tidak seperti biasanya."

"Ah, apa karena kabarnya putri Xiao Re menghilang ya? Setahuku putri Xiao Re dan Qiu Yue tidur di ruangan yang sama malam itu."

"Sshhh.. Kalian, bisa saja putri Qiu Yue kedengaran suara kalian!"

Terlambat, aku sudah mendengar tuh.
Kakiku berjalan menelusuri lorong paviliun dan mengingat kembali malam dimana yang mengakibatkan Xiao Re hilang.

Malam itu aku menyadari seorang penyusup masuk ketika lilin kecil yang nyala di ruangan itu padam.

Awalnya kukira kakak yang datang untuk melihat Xiao Re, tetapi bayangannya sama sekali tidak menggambarkan dia itu adalah kakakku.

Gelap, aku mengintip dibalik sekat yang memisahkan antara diriku dan Xiao Re. Pria dengan tengkorak hewan menutup kepalanya dan sabit.

Aku menekan mulutku agar tidak berteriak, Xiao Re bergeliat memberi perlawanan tapi, saat itu aku tidak bisa berpikir jernih apa yang harus aku lakukan.

Hingga pria itu menggunakan ujung tumpul pada sabitnya, memukul Xiao Re kuat.
Pekikanku terdengar olehnya. Ia dengan Xiao Re dalam pelukannya mengatakan, "Diam."

Hingga fajar datang aku tidak bisa menutup mataku sama sekali.

"Sedang apa?"

"Ah, Hmm, tidak. Aku hanya sedang mencari udara segar." Aku menutupi kegugupanku dengan menyelipkan helaian rambutku ke belakang telinga.

"Kalau kakak sedang apa di sini?"

"Hanya kebetulan lewat saja. Gelagatmu aneh, apa ada sesuatu yang kau sembunyikan?" Alis Guo Chang terangkat. Ia hapal sekali dengan gelagat adiknya saat cemas atau sedang menyembunyikan sesuatu hal yang penting darinya.

Guo Chang duduk di samping adiknya dan menatap gadis itu dengan tatapan intimidasi, "Qiu Yue, kau tahu apa yang akan kakak lakukan jika mengetahui informasi yang seharusnya keluar dari mulutmu malah terucap oleh orang lain, bukan?"

Aku menelan air liurku kasar, "jadiㅡ"

⚜️⚜️⚜️

"Chen Yu dimana lokasinya?" Zian menatap phoenix yang terbang tidak terlalu tinggi dari dirinya dan Yu Lie saat ini.

"Hei Jiang Ju, larinya sedikit lebih cepat!" Ucap Zian geram.

"Apa?! Sudah tinggal duduk diam begitu, masih saja banyak lagak!" Jiang Ju mendecak sebal.

"Maaf, bersabarlah Zian. Chen Yu juga sedang memandu jalan. Kita semua juga khawatir dengan Xiao Re." Cicit Yu Lie pelan, namun berhasil terdengar oleh Zian.

"Akan kubunuh siapapun yang berani mengores kulit Xiao Re walau sedikit saja."

⚜️⚜️⚜️

Nafasku sudah memburu mencari oksigen sebanyak yang bisa kuambil. Aku berhasil menendang sabitnya dan menimbulkan sedikit luka gores yang cukup dalam di leherku.

Sekarang dia sedang mengambil senjatanya yang terlempar, aku menggunakan peluang ini untuk berusaha melepaskan kain yang melilit kuat di kedua tanganku.

"Mau mati saja banyak perlawanan."

Di luar dugaan, ia melempar sabitnya dan reflek aku menghindarinya tepat pada waktunya. Benda tajam itu tersangkut di dinding gua dan aku tidak menyangka dia akan seagresif ini untuk mengambil nyawaku.

"Kenapa aku?! Bahkan aku tidak mengenalmu!"

Dia tertawa, tawanya mengema di dalam gua dan mengganggu pendengaranku. Tubuhku bergetar karena rasa takut, selama perjalananku hingga sekarang, sudah banyak lawan yang kujatuhkan dengan bantuan senjata dan teman-temanku.

Sekarang aku sendiri, tidak ada senjata yang bisa kuandalkan. Jika aku harus mati hari ini, maka aku berharap sebelum mataku tertutup dengan sempurna, aku ingin melihat Zian dan lainnya.

Argh!

Rambutku ditarik kuat sehingga kepalaku mendongak ke atas melihat wajahnya yang tertutup tengkorak hewan itu.

"Oh, kau menangis?" Tangannya meraba di sekitar wajahku dan terakhir menyentuh kedua mataku.

Kuhentakkan kepalaku ke dagunya dan membuat tengkorak hewan itu terlepas dari kepalanya. Benar perkiraanku, dari cara dia menyerang terlalu brutal dan acak, kemudian kedua tangannya mengidentifikasi wajahku.

"Kau buta." Xiao Re berusaha berdiri berniat melarikan diri namun kakinya ditarik kuat sehingga keseimbangannya hilang.

Dia naik di atas tubuhku dan mencekik leherku, aku meronta untuk lolos. Kugigit tangannya namun dia tidak bergeming sedikitpun walaupun darahnya sudah mengalir, tenaganya tetap dia gunakan untuk mengambil nyawaku pergi.

Lama kelamaan, aku merasakan seluruh ototku melemas, pandanganku juga perlahan mengabur.

"Zian." Ucapku lirih.

To be continued~

In The End We Became One [Hiatus]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora