Chapter 19: The Death

1.7K 167 2
                                    

"Selesai." Yu Lie berhenti dengan kegiatannya dan membantu Chen Yu untuk duduk menyandarkan dirinya ke dinding ruangan.

"Oi, apa kau sudah baikan?" Jiang Ju menepuk bahu temannya ini.

"Ya, seperti terlahir kembali." Chen Yu memutar ke kanan dan kiri hingga lehernya berbunyi menghasilkan suara seperti patah-patah.

Setelah mendengar Chen Yu, kaki Yu Lie spontan bergerak meninggalkan ruangan ini. Tujuan gadis itu sekarang ingin menyelamatkan Xiao Re.
Ia mendengar suara Jiang yang menyuruhnya untuk berhenti, tapi Yu Lie menghiraukan teriakan Jiang dan mengikuti instingnya untuk menemukan Xiao Re.

⚜️⚜️⚜️

Xiao Re masih terkesima dengan senjata yang di pengang oleh dirinya. Bagaimana bisa senjata bagus seperti ini ada di kapal rongsokan?

"Ah, anak panah. Aku harus membuat anak panah." Xiao Re melihat di sekitarnya, banyak sekali balok-balok kayu yang sudah tidak terpakai. Sekarang tinggal mencari benda tajam untuk mengikis kayu-kayu ini.

Brak!

"Ketangkap kau gadis kecil."

"Woah, kalian datang disaat yang tepat orang-orang bodoh."

Xiao Re memang bukan ahli menggunakan pedang, tapi Xiao Re sudah sering melihat bagaimana cara Zian menebas dengan pedangnya, atau bagaimana cara Jiang Ju memainkan tombaknya.

Argh, benda ini sedikit berat untuk kakinya yang masih lemah dan belum kembali normal.

"Mati kau!" Salah satu dari mereka menggunakan belati yang menyerang dengan jarak dekat. Dan satunya lagi yang membuat Xiao Re gemetar, dia membidik gadis itu saat ini.

Suara besi beradu mendominasi ruangan ini. Baiklah, pertama Xiao Re harus menumbangkan pertahanan depan.

Keringat mengalir di pelipis gadis ini, anak panah tetap melesat dan ia harus bisa menghindarinya. Sedangkan pria yang didepannya ini tidak berhenti-henti menghujani Xiao Re dengan belatinya.

Dua lawan satu tidak pernah menguntungkan, maka Xiao Re harus mengimbanginya dengan akal.

Xiao Re mengganti ujung tajam ini dengan bagian yang tumpul dibawahnya.

Awalnya Xiao Re memegang bagian tengah busur untuk memudahkan bagian tajamnya untuk menusuk

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Awalnya Xiao Re memegang bagian tengah busur untuk memudahkan bagian tajamnya untuk menusuk. Tetapi dia berganti posisi dengan memegang bagian yang dilingkari oleh tinta hitam.
-------------------
"Lihat ke atas!" Teriak Xiao Re di respon oleh pria bersenjata belati ini.

Ketika pria itu lengah, Xiao Re memegang bagian ujung tumpul, kemudian melalukan gerakan memutar dalam posisi satu kakinya menjadi poros dan kaki satunya lagi digunakan untuk memutar tubuhnya.*

*posisi ini dilakukan ketika kalian posisi jongkok, satu kaki kalian diluruskan untuk memutar tubuh kalian. Contoh sederhananya seperti busur, sisi tajamnya digunakan sebagai tumpuan, dan sisi satunya lagi untuk memutar. Dan pedang yang dipegang Xiao Re diibaratkan seperti pensil pada busur itu, mencoret. Sedangkan pedang ini menebas kaki pria ini.
__________________________________________

Terdengar suara lolongan setelah pedangnya itu tertancap di betis pria ini. Xiao Re dengan sigap mengambil belati yang ada ditangan pria ini.

Pria yang membidiknya sedikit bergerak mundur, namun tetap membidikkan anak panahnya dengan targetnya adalah Xiao Re.

"Yosh!"

Xiao Re meneguhkan hatinya, dia berlari menuju pria dengan busurnya itu. Anak panah melesat dan mengenai bahu Xiao Re.

Langkah gadis ini melambat, napasnya menggebu-gebu.

Pats!
Xiao Re mencabut anak panah yang dibahunya tanpa ragu.

"M...mon..ster.. monster!"

Xiao Re berlari meskipun darah sudah mengalir dibahunya. Anak panah sudah semakin dekat diwajahnya, Xiao Re menjatuhkan tubuhnya* melewati pria ini dan membelakangi pria ini.
*Biasanya disebut dengan teknik sliding.
__________________________________________

"Punggungmu terbuka lebar, teman." Kemudian Xiao Re menancapkan belati yang dia ambil, ke belakang leher pria ini.

Bruk!

Tubuh pria ini jatuh ke depan. Kaki gadis ini sudah tidak sanggup lagi menopang tubuhnya. Xiao Re juga terjatuh dengan posisi terduduk.
Tangan kanannya memegang bahu kirinya yang terluka.

Lukanya cukup dalam, sial.
Pandangan Xiao Re membuyar, yang ditangkapnya terakhir kali sebelum kehilangan kesadarannya adalah suara Yu Lie yang meneriaki namanya.

⚜️⚜️⚜️

"Petarung tanpa pedangnya sama saja dengan menggali kuburannya sendiri." Wei Ru menginjak tubuh Zian yang sudah tergeletak di bawahnya.

"Buang-buang tenaga saja." Wei Ru menarik jubahnya naik. "Oi, kalian!" Teriak Wei Ru.

Beberapa orang sudah berbaris di depannya saat itu juga dengan kompak berkata, "Ya, kapten!"

"Ikat dia di tiang kapal, ambil semua busur dan anak panah, jadikan dia sebagai papan targetnya."
Wei Ru menjilat bibirnya dan menyunggingkan senyuman liciknya.

Tolong apresiasi kalian dengan klik tanda vote di bawah ya, terima kasih ☺️

In The End We Became One [Hiatus]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ