Mission 5 = Membongkar 'Halusinasi'

598 42 3
                                    

"Nafi, kayaknya besok gue gak bisa temenin lo ke vertex deh.”

Ia, aku sepertinya gak bakalan bisa temenin dia ke toko kaset langganan kita itu. Soalnya besok aku harus terbang lagi ke negeri Aulus. Ingin rasanya latihan itu usai saja, takut kena hipotermia. Masa baru sekali saja kesana, pulang-pulang aku langsung minta kerokin sama mama.

Masuk angin wushhhhhh.

“Yahhh Janit! Kita kan mau movie maraton minggu ini, masa gue aja yang beli kasetnya?” Ujar Nafi cemberut.

“Hehe sorry banget Fi, hmm besok saudara gue ada yang married. Mau gak mau gue harus hadir dong.” Ucapku asal.

“Hmm ia deh,.” Gumamnya muram.

“Gini aja deh, gimana kalau sabtunya? Sambil kita cari jajanan yu yu yu!!” Rayuku padanya.

Kasihan, karena aku sekarang orang sibuk (hehe gaya banget ya) dia jadi kesepian. Tapi aku memang ingin berburu kaset cd besok, tapi apa mau dikata panggilan pelatihan yudo wajib di hadiri. Sebagai prajurit yang baik aku mesti rajin dong..

Brakkk wushhhhhhhhhh

Apaan tuh!

Sesuatu yang keras seperti menghantam tembok kelas di sampingku ini, serta angin yang sangat kencang hampir saja membuatku melayang.

Aku yang semula berjalan dengan Nafi di lorong kelas menuju kantin langsung kaget, gimana gak kaget! Kemana  Nafi? Apa dia melayang karena hembusan angin keras itu?

Aku meneliti sekitar dan mendongak ke atas, gak mungkin Nafi terhempas ke lapangan upacara atau melayang di udara.

Karena visualisasi yang aku lihat sekarang adalah, sepi.

Aku inget banget, ini masih jam 10. Jam istirahat pertama dan siswa-siswi berseliweran di mana-mana mencari makanan menuju kantin. Tapi ini!

Bahkan satu orang pun gak ada disini selain aku sendiri.

Aku gak lagi mimpi kan! Aku meneliti sekeliling dengan cemas dan ketakutan, kenapa sepi banget kayak kuburan disini T___T

Takut-takut aku menoleh ke samping, asal suara keras tadi dan hembusan angin keras itu berasal. Kosong hanya ada satu orang...

Adrian. Dia sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja. Seakan tersadar, aku mendongak untuk melihat papan nama kelas. XI IPA 2 ya ini kelasnya Adrian, ternyata aku tadi melewati kelas ini secara tidak sadar dan kenapa hanya Adrian saja yang ada di dalam kelas. Kenapa dia? Dia nangis?

Pintu kelas itu masih terbuka lebar setelah dilalui oleh angin yang dahsyat. Aku perlahan bergerak maju menghampirinya dengan sedikit keraguan dan ketakutan. Tapi rasa penasaran seakan membunuh rasa takut dan ragu tersebut. Maka aku ayunkan kedua kaki ini melangkah masuk area kelas XI IPA 2.

Adrian duduk menelungkup di bangku ke 3 dari barisan pojok kelas, dia masih stay dengan posisi seperti itu seakan tidak tau kalau ada sepasang kaki yang mendekat. Semakin aneh lagi bahwa aku tidak menemukan satu tas pun apalagi buku di atas meja. Hanya Adrian saja, tak ada orang maupun barang-barang.

Aku mengelus tengkukku kasar, mendadak merinding. Tapi tetap aku hampiri meja Adrian pelan, sesampainya di sampingnya aku sedikit grogi mau bagaimana.

Gimana kalau ini bukan Adrian? Tapi rambut halus sedikit gondrong dan lurus tersebut membuatku yakin kalau ini Adrian. Siapa yang berani memanjangkan rambutnya sampai bawah telinga kalau bukan dia!

“Adrian..” Bisikku pelan.

Dia diam tak bereaksi.

“Dri,. ini gue Janitra. Lo kenapa?”

Save The Prince (Remake)Where stories live. Discover now