Mission 1 = Looking for the prince

999 52 9
                                    

Aku menatap mama penuh tanya dan meminta penjelasan. Tadi sesudah sadar dari pingsan untuk yang kedua kalinya, akhirnya aku tersadar jam 11 malam. Mama berhasil membopongku ke kamar dan menungguku untuk terbangun kembali. Dan disini, di kamarku mama duduk resah berusaha menghindari tatapan mataku.

"Ehmm Jan, kamu pasti laper ya? Mama buatin mie instan dulu ya." Oke, kayaknya mama gak mau bahas tentang orang asing tadi.

"Ma,,, ayolah. Janit bingung, ada apa sebenarnya?"

"Mama juga bingung Janit.." Mama menelungkupkan wajahnya dengan kedua tangannya.

Aku mendekat dan memeluknya dari samping, di rumah ini hanya ada aku dan mama. Papah udah meninggal 6 tahun lalu, dan aku tidak punya adik maupun kakak. Mama punya usaha bikin kue rumahan, dan aku seorang pelajar. Kami hidup mandiri untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sepulang sekolah biasanya aku yang anter kue-kue ke pelanggan. Hidup mandiri adalah cerminanku, sebisa mungkin aku gak nyusahin mama. Sebisa mungkin aku gak mau terlihat seperti cewek yang lemah. Itulah mengapa menurut teman-temanku, aku seorang cewek yang cuek, pemberani, mandiri, dan supel. Dan aku juga tau dibalik sikap mama yang galak itu dia berusaha agar tidak terlihat lemah di hadapanku.

"Ma? Janit gak bakal marah kok, masa ia Janit marah sama mama sendiri?" Ucapku lembut karena aku tau sekarang mama sedang menangis, aku gak tega tapi aku butuh penjelasan.

Mama menurunkan tangannya dan mentapku sendu, air mata sudah berlinang di pipinya. Aku peluk erat dirinya dan tersenyum menenangkan.

"Mama bertemu dengan papahmu di sebuah taman." Ucap mama memulai cerita.

"Dia kelihatan bingung dengan baju yang seperti gembel, compang-camping dan melihat sekeliling dengan wajah bingungnya. Saat itu mama pulang dari kampus, dan melewati taman kompleks perumahan mama tinggal. Mama menolongnya dan membawanya ke rumah, karena kondisinya begitu menyedihkan.
Nenek, kakek kamu tidak ambil pusing dan menyetujui papah kamu untuk tinggal sementara, karena berdasarkan keterangannya dia kehilangan sanak saudaranya." Mama menghembuskan nafas tertahan, aku tetap memeluknya dan terus mendengarkannya.

"Kita akhirnya menjadi sepasang kekasih, karena kita dekat satu sama lain. Selama itu dia mencari kerja, dan sambil kuliah juga, berhasil membeli rumah sendiri, dan sanak saudaranya itu tidak berhasil ia temukan. Lalu dia melamar mama dan menikah, nenek kakek setuju saja karena papah kamu itu pintar, dan berhasil mempunyai perusahaan sendiri. Orangtua mana yang tidak bangga jika anaknya dilamar oleh pemuda yang sukses bukan?" Mama tersenyum dan menerawang, mengingat masa-masa indahnya. Ia papah memang berjuang dan berhasil meraih kesuksesan. Dia sangat pintar, beda dengan anaknya (baca:aku). Huftt

"Suatu rahasia akhirnya terbongkar, dia mengaku kalau dia bukan ras manusia. Dia hanya diperintahkan untuk ke bumi ini agar berlindung dari serangan musuh. Dia adalah seorang pangeran dari kerajaan di sepanjang kali Ciliwung." Ciliwung? hmmm kok agak ganjel ya.

"Ciliwung?" Tanyaku bingung.

"Ia, kamu pasti tidak menyangka kan di sepanjang kali Ciliwung itu terdapat sebuah Negeri yang indah? bayangan yang digambarkan oleh penjaga Claire tadi adalah Negeri tersebut. Tidak seperti kali Ciliwung kan? seperti sebuah Negeri di Kutub Utara." Ia memang begitu kok, beda banget sama kali Ciliwung...

"Ia, kerajaan Nettar. Kerajaan ayahmu diserang oleh Pupa, dia hadir ke bumi ini untuk menghindar mengingat hanya dia turunan terakhir lelaki dari kerajaan tersebut. Dia datang kesini dalam keadaan seperti gembel itu karena dia mencontoh seorang gembel yang sedang mengais sampah di kali Ciliwung. Jadi dia mencontohnya agar kelihatan seperti manusia biasa. hahaha" Kini mama tertawa mengingat papah yang pangeran itu menyamar jadi seorang gembel.

Save The Prince (Remake)Where stories live. Discover now