Mission 2 = I did it (Who am I)

825 48 8
                                    

"Hei Kunto, lo ada gunanya gak sih?”

Maksud Claire itu apa sih ngasih kunang-kunang satu ekor tapi gak ada gunanya, Si Kunto ini bisanya terbang kesana-kemari gak jelas juntrungannya. Ditanya malah melengos gitu aja, masa kunang-kunang dari negeri dongeng gak bisa ngomong sih?

Kunto sendiri sekarang hinggap di pinggiran meja dan menatapku. Hmmm lucu juga mukanya.

“To, menurut lo gue mesti apa sekarang? gue merasa bego udah bilang Adrian pangeran lah, dalam bahaya lah, gue ini masih hidup di dunia nyata kan?” Si Kunto hanya mengibaskan ekornya yang ada lampunya errr yang nyala itu sebagai jawaban.

“Ngomong-ngomong kenapa gue kasih nama lo Kunto ya? emang lo cowok?” Dia mengibaskan ekornya dengan tempo yang lebih cepat. Kenapa dia? marah?

“Hehe sorry deh kalau lo cewek, masa iya gue kasih nama Kunti?” Dia mengerjapkan matanya.

“Hahaha oke deh, Kunto lebih baik. Lo kan bukan setan. Deal!” Sekarang dia terbang dan hinggap di hidungku. Aku cekikikan geli, dan mencoba menggapai Kunto yang kini terbang lebih tinggi .

Tersadar, aku udah ngajak ngobrol serangga.

Krikkk krikkk seketika hening dan si Kunto kembali hinggap di pinggiran meja.

Aku mulai gila kan! aduh mamaaa.

“Mamaaaa” Aku berteriak frustasi dan menatap Kunto ngeri, si Kunto bales menatapku polos.

Ceklek

“MAMA.......aa?” Sejak kapan mama jadi keren, weis anaknya aja keren ya mamanya juga keren dong.

Ah ini bukan mamaku!

“Selamat malam.” Oh Claire, bisa-bisanya tadi aku mengira dia mamaku. Tuh kan aku mulai gila lagi.

Aku bangkit dari posisi selonjoran dan mondar-mandir frustasi sambil mengacak-ngacak rambut indahku.

“Lo! mesti tanggung jawab Nona!!” Tunjuku ke arah Claire yang semenjak tadi menatapku datar sedatar-datarnya.

Dia hanya mengerutkan kening sebagai jawaban.

“Lo pasti hipnotis gue kan? Lo orang gila dari planet mana? Baju kayak gitu lo pasti bikin sendiri di tukang jahit kan? Trus itu pedang lo, lo pasti beli di kebun binatang yang harganya 20rb kan? Kembaliin gue ke normal lagi!! tanggung jawab gue jadi gilaa...”  Astaga aku ngomong apa barusan.

Bukannya mengembalikanku jadi normal lagi, dia malah berkeliling kamarku dan memperhatikan barang-barangku.

“Nah kan lo mau maling kan sekarang?” Ucapku agak takut, bukan apa-apa. Itu pedangnya itu loh.

“Kamu tidak punya alat pelindung diri sama sekali ya.” Ujarnya dan kini meneliti tumpukan koleksi novelku di rak buku.

“Gue udah jago gak pake alat pelindung juga.” Jawabku dan duduk lemas di kasur lagi. Percuma ngomong sama orang stress.

“Oh ya?” Dia membalikan badannya dan menatapku antusias. Dari berbagai ekspresi, baru kali ini aku melihat dia ‘antusias’. Catat dia hanya punya 1 ekspresi : Datar..........

“Ehem, gue atlet pencak silat di sekolah.” Ucapku agak menyombongkan diri hehe.

“Bagus, meski saya tidak tahu bagaimana itu pencak silat. Tapi saya tahu bahwa kamu memang punya keahlian.” Gitu dong, muji kan enak juga dengarnya.

“Oh tentu, eh masa gak tau pencak silat! tau film The Raid? Nah itu tuh pencak silat, kalau aja Jullie Estelle bukan artis, mungkin gue yang bakalan jadi The Hammer Girl! hahahaha” Duh gak kepikiran, kenapa aku gak ikutan casting ya waktu itu.

Save The Prince (Remake)Where stories live. Discover now