Mission 19 = Pergi dan Mencari

53 8 19
                                    

Sudah hampir seminggu Janitra terkurung di tanah peri itu. Selama itu juga ia menunggu datangnya bulan purnama. Memang masih terbilang waktu yang singkat, tetapi bagi Janit merupakan waktu yang cukup lama.

Hari mulai berganti petang, seperti biasa ia duduk di selasar luar rumah pohon. Sebenarnya itu bukan rumah pohon biasa, melainkan sebuah istana kecil yang memang terdapat di atas pohon.

Tempat Janit bernaung adalah istana, dia berada di puncak rumah-rumah kecil lainnya. Rumah para peri. Selain istana dan rumah kecil peri-peri, terdapat juga pohon kehidupan. Yang dari sana mengalir serbuk-serbuk emas untuk membuat para peri tetap bisa terbang. Biasanya mereka menyebutnya serbuk ajaib. Janit pernah mencobanya dan meminta peri untuk mengguyurkannya di seluruh badan dan hasilnya ia bisa terbang, hal semacam itu sedikit banyak mampu menghiburnya di kala senggang.

Greeny land tidak buruk, dan Janit bisa saja betah hidup disana kalau tidak mengingat dirinya disini bahkan seperti buronan. Di kurung. Untuk keluar saja dia harus menunggu bulan purnama.

Janit memberenggut menyadari hal itu. Tatapannya menatap matahari yang berubah warna menjadi jingga, sore hari tiba. Ia berharap dapat melihat bulan purnama malam ini.

"Chery?"

Janit menoleh, ia melihat peri bersayap pelangi di sampingnya. Terbang rendah dan membawa beberapa chery di tangannya yang kecil. Janit segera menengadahkan tangan untuk menerimanya, Janit hanya merasa kasihan melihatnya seperti keberatan membawa buah itu.

"Kau memetiknya dimana?"

"Di kebun peri penanam. Aku sering mengunjungi mereka jika ingin meminta buah atau sayur."

"Mereka menamam segala macam sayur dan buah?"

"Ya! Kau harus melihatnya sesekali, buah dan sayurnya benar-benar segar. Mereka memang sangat pandai menanam"

Janit mengangguk-angguk sembari memakan chery di tangannya. Dia sempat terdiam sejenak dengan wajah takjub. Buahnya memang sangat segar.

Kemarin ia mengunjungi peri pengurus hewan. Dia merasa takjub saat melihat mereka mengurus serangga-serangga seperti lebah, kupu-kupu, kumbang. Bagaimana melihat mereka memandu kupu-kupu untuk menemukan bunga yang segar, atau menidurkan kunang-kunang di siang hari untuk membuat mereka terjaga di malam hari dengan lampu di ekornya menyala menerangi setiap sudut greeny land.

Janit ingin tertawa tapi rasa takjubnya mengalahkan segalanya. Apalagi melihat hama penganggu yaitu tikus atau bahkan burung yang sering mengganggu tanaman-tanaman. Mereka seperti palang binatang buas saat menenangkan binatang penganggu tersebut.

"Kalau begitu ajak aku besok ke ladang yaa"

"Siap Tuan Puteri"

Peri pelangi di sampingnya pun memiliki tugas menjadi pengatur warna-warna cantik di langit saat hujan usai. Itu mengapa sayapnya berwarna pelangi. Pada dasarnya, setiap peri memiliki tugas berdasarkan warna di sayapnya. Seperti peri merah, dia memang berbaju merah namun sayapnya adalah hijau. Yang artinya dia mengatur hal yang berkaitan dengan alam. Itu mengapa saat pertama kali bertemu, peri merah pernah menampar Janit memakai akar pohon sakura.

"Pelangi, kapan bulan purnama tiba?"

"Aku tidak tahu, hmm mungkin aku bisa bertanya pada peri penjaga malam."

"Bisakah? Kau mau membantuku? Bertanya pada peri penjaga malam itu?"

"Tentu saja. Nanti aku akan tanyakan"

Janit tersenyum lega, setidaknya dia masih punya peri pelangi yang baik. Dia salah satu peri yang selalu berkunjung ke istananya dan menemaninya dengan senggenggam buah, sekantung madu, atau seteko air pengunungan asli. Pelangi sangat baik padanya. Beda sekali dengan pemimpin mereka. Si peri merah.

Save The Prince (Remake)Where stories live. Discover now