Mission 21 = Win or Lose?

76 7 12
                                    

Adrian tidak tahu kalau membujuk peri merah akan sesulit ini. Malam semakin larut, tapi perbincangan antara peri, Adrian dan Janitra belum menemukan titik terang. Adrian harus bersabar dan sebisa mungkin memenangkan keinginannya.

"Apa Pangeran bisa menjamin keselamatan Puteri kami di medan perang nanti? Tidak ada yang tahu, kami tidak mau kehilangannya lagi."

"Tentu saja aku akan menjamin keselamatannya"

"Maaf tapi kalau kau mau menyadari, aku ini seorang prajurit. Hidup dan mati tentu adalah resiko dari pengabdianku untuk Negeri." Janitra memotong ucapan peri dan Adrian.

Bukan apa, ia tidak suka di anak emaskan seperti itu. Dia sudah terlahir sebagai seseorang yang rela berjuang melindungi negerinya dan pangerannya. Gelar puteri tanah greeny hanya karena legenda itu saja. Sejatinya ia mempunyai darah prajurit dari neneknya sendiri.

"Puteri, tolong mengerti kami."

"Tidak akan pernah bisa aku mengerti kalian. Kalian sendiri tidak bisa mengerti posisiku."

Peri merah tampak gusar namun ia menjaga sikapnya, terutama di depan Adrian yang baru ia ketahui merupakan Pangeran di Negeri ini. Sedangkan Adrian melirik Janit di sampingnya, perempuan itu menatap peri merah dengan jenis tatapan tajam dan tegas. Membuat Adrian mengelus sejenak bahu kirinya.

"Janit tidak akan melupakan kalian, jika perang sudah usai. Aku berjanji akan sering mengantarnya kesini."

Peri merah beralih menatap Adrian, perasaan tidak rela masih mengganjal di hatinya tapi peri tidak punya pilihan lain lagi. Walaupun Janit tidak akan ia ijinkan untuk pergi esok hari, bukankah ia sudah berjanji padanya untuk bersabar menunggu bulan purnama jika ingin kembali lagi ke istana?

"Baiklah, dengan syarat seperti Pangeran Adrian ucapkan. Kau harus sesering mungkin menjenguk kami disini."

Janitra saling berpandangan dengan Adrian. Mereka saling tersenyum puas yang langsung mereka aliri pada peri merah.

"Kemarilah" Ujar sang peri lagi pada Janitra. Janitra segera berderap menuju peri yang sekarang sudah duduk di meja riasnya.

Adrian membiarkan mereka berdua berbicara, sebelumnya Adrian berucap terima kasih pada peri merah yang telah mengijinkan Janitra untuk pulang.

"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi tanpa perbekalan apapun"

"Maksudnya?"

"Dengar puteri ceroboh. Aku akan meminjami kekuatan pengendali seluruh elemenmu disini, jadi nanti saat kau keluar dari greeny. Kau masih bisa mengendalikan seluruh elemen di sekitarmu. Kau kehilangan pengendalian musuh tapi aku akan memberikan yang lebih. Kau bisa bertarung menggunakan kekuatan asalmu disini."

"Jadi aku bisa menggunakannya di luar teritorial greeny?!"

"Ya."

Inginnya ia memeluk peri merah namun peri terlalu kecil untuk dipeluk. Jadinya ia mengelus dengan telunjuknya pada kepala kecil milik peri yang lalu dibalas delikan sebal oleh peri merah.

Janitra menoleh ke belakang, Adrian berdiri dan tersenyum senang. Sudah pasti Adrian masih bisa mendengarkan dialog antara Janit dan peri.

"Tutup matamu dan berdirilah" Perintah peri merah pada Janit. Janit segera berdiri dan menutup matanya.

Peri merah terbang sampai puncak kepala Janit, lalu ia mulai terbang memutari tubuh Janit dari atas sampai bawah disertai bubuk perak yang mengelilinginya.

Tubuh Janit berselimutkan serbuk perak, tapi itu hanya sekilas karena serbuk itu segera menghilang dengan sendirinya.

"Bukalah matamu"

Save The Prince (Remake)Where stories live. Discover now