Mission 12 = The Rose

312 25 4
                                    

Ternyata lembah kegelapan itu sangat jauh, kami pergi sekitar pukul 04.30 pagi dan kami baru sampai saat petang. Tetapi yang terlihat adalah gelap seperti malam hari, langit pun tak menampakan secercah sinar matahari. Keadaan lembah ini begitu sunyi, seperti sebuah pulau yang jarang sekali di jamah tangan seseorang. Walaupun tampak luar seperti pulau tak layak huni tapi ketika di dalam, yang aku lihat hanya daratan yang naik dan turun. Seperti di lembah dan bukit pegunungan, gak masuk akal ya!

Dari luar aku bisa lihat banyak sekali perahu-perahu yang tidak terawat di pesisir pantai, dan saat kita masuk yang aku lihat adalah sebuah pemandangan lembah gunung yang suram. Betapa Aulus menyimpan sejuta misteri dan keajaibannya.

Gideon mengencangkan tali leher Naga di pohon besar tak jauh dari perahu-perahu itu, agar kendaraan hidup kami tidak bisa pergi kemana-mana. Sedangkan kami memandang ingin lebih tau lagi ke dalam sana. Maka saat Gideon kembali memimpin di baris depan di ikuti kami dengan formasi awal, kami sudah sangat siap dengan memegang perisai pipih di tangan kami.

Tak ada yang membawa senjata andalan sendiri, kita hanya di bekali perisai pipih dan tajam. Karena ini bukan perang, kami hanya akan memetik setangkai mawar hitam dan itu memerlukan perlengkapan yang sesimpel-simpelnya.

Percaya atau tidak, konon Mawar hitam itu berada di tempat yang sangat berbahaya dan basah. Yang kita perlukan hanya ketelitian dan kehati-hatian. Prajurit Saturnus yang kemarin tak sempat sampai ke tempat tersebut. Mereka di serang di tengah lembah hijau oleh Peri-Peri jahat di sana.

Jangan kira peri itu semuanya lucu dan baik hati. Disini sama sekali tidak ada yang seperti itu.

“3 lembah dari sini, itu adalah lembah hijau. Lembah yang paling sejuk dan terang. Kita harus melewati 2 lembah yang gelap seperti disini, di lembah tersebut banyak arwah penasaran yang akan mengganggu kita. Siapkan lampu penerang kalian, arwah-arwah itu takut akan cahaya.”
Ujar Gideon memberikan intruksi pertama, hei? Arwah!

“Apa aku saja yang takut dengan makhluk itu?” Bisik Rommy di belakangku.

“Aku tidak, tapi Laili juga sama sepertimu.” Balas Yesline yang berjalan di sampingnya.

Laili yang merasa di sebutkan namanya menengok ke belakang, dan terlihat ketakutan. Seakan meminta untuk di tukar tempat saja asalkan jangan di depan atau di belakang. Beruntunglah aku, yang di tempatkan di tengah bersama Adrian. Sebenarnya aku juga sedikit takut dengan yang seperti itu, sedikit ya asal jangan menampakan wujud asli saja, aku pasti bakalan sangat takut. 

“Takut juga lo?” Bisik Adrian mencemooh.

“Kagak.” Ucapku dusta.

“Tidak ada waktu untuk menjadi penakut.” Itu suara Gideon di depan sana, buset. Ketahuan juga kita tadi bisik-bisik.

Setelah berjalan menanjak di undakan pertama atau gerbang lembah ke-1, Gideon berhenti berjalan lalu berbalik pada kami semua.

“Oke sampai disini kita aman, simpan perisai kalian lagi. Jangan pernah lepaskan lampu penerang kalian. Fokus, jangan pedulikan sekitar. Mereka suka mencolek, berbisik bahkan menarik-narik apa saja yang kalian pakai. Yang perempuan ikat rambut kalian, arwah lelaki sangat tergoda dengan rambut perempuan yang tergerai. Sedangkan untuk lelaki, jangan melihat ke bawah. Arwah perempuan sangat suka bergelayut manja di kaki-kaki kalian yang jenjang dan berotot itu. Mengerti?”

Sontak kami mengangguk dan segera memakai ikat rambut untuk yang perempuan. Dan saling memegang senter di tangan.

Melirik, aku lihat Adrian sedikit mematung.

“Jangan lihat ke bawah hihihi.” Ujarku menakut-nakutinya, dia terlihat kesal dan mengarahkan senternya ke arahku. Aku menghindar karena silau, kurang ajar memang dia. Gimana kalau aku buta!

Save The Prince (Remake)Where stories live. Discover now