Mission 7 = First Attack

561 43 10
                                    

"ADRIAN!!!!!!!!”

Ya Tuhan, semua menjadi gelap. Tak ada lagi suara TV terdengar, hanya hujan deras yang terdengar dari dalam. Sangat dingin sekali disini, aku merasa ada di dalam balok es. Tubuhku menegang tidak bisa bergerak, nafasku pun terasa sangat dingin. Ini mati lampu atau apa?

“Adrian?” Bisikku, tadi sewaktu aku teriak keras memanggilnya. Dia gak ada respon sama sekali. Maka aku coba berbisik, ya ampun gimana kalau dia hilang!!

“Adrian jawab dong! Lo dimana? Gelap banget ini gue gak bisa liat!”

Adrian tetap tidak menyahut, mama...Janit takut.

“Hiks, Adrian..lo dimana??” Ucapku putus asa.

“Arghh Nit, jangan gerak.” Itu suara Adrian yang berbisik, tapi kenapa suaranya terdengar seperti yang kesakitan.

“Dri, lo..lo dimana itu Dri?” Ucapku panik.

“Gue di atas lo.” Katanya lirih.

Dan sesaat setelah Adrian berkata seperti itu, lampu pun kembali menyala. Mataku menyipit gak siap menerima cahaya langsung. Lama aku membiasakan mataku untuk berbaur kembali dengan cahaya, dan saat itulah aku gak mampu berkata banyak.

Adrian memang berada di atasku, dia melayang terbang sambil merintih kesakitan. Kedua tangannya terlentang seperti menahan gelembung balon besar yang melindungiku. Adrian membuat suatu balon kristal yang astaga...

Kalau gak ada balon kristal ini, aku mungkin sudah mati di tusuk es runcing yang menempel di langit-langit rumah Adrian. Adrian mencoba melindungiku.

Aku terperangah kaget, melotot seram pada Adrian yang masih bertahan disana sambil meringis kesakitan. Tetes demi tetes darah mengucur dari tubuh belakangnya yang terkena tusukan es itu.

“A..lo..gue harus gimana?” Tanyaku pelan.

“Gue gak tau sampe berapa lama nahan es es ini Janit...arghh”

“A..hmm Kunto!!” Aku bergerak gelisah dalam dudukku, Kunto dimana lagi!

Saat aku melihat sekitar, menembus penglihatanku dari balon kristal ini dari dalam. Sekelebat bayangan hitam tertangkap dalam penglihatanku. Bayangan hitam itu datang dan pergi dari berbagai sisi, memecah konsentrasiku.

“Aduh..Nit aw sakit banget punggung gue.” Adrian masih berusaha berjuang menahan es es runcing itu.

“Dri sabar, di rumah lo ada seseorang.” Aku terus berusaha mencari dimana bayangan hitam itu akan menampakan diri.

“A..apa?”

“Ahhh Dri!!”

Bayangan hitam itu mendekat sangat cepat, datang dari sisi kiriku. Wajah itu sangat mengerikan, dan dia mengeluarkan sesuatu seperti pisau belati. Aku tau dia mau apa, dia akan memecah balon kristal ini dengan pisau itu.

Sebelum itu semua terjadi, aku langsung menggapai Adrian yang berada di atasku. Dan menariknya jatuh bersamaku di sofa.

Plup

Byarrrrrrrr

Balon itu memang pecah, dan aku sudah pasrah oleh es es runcing itu. Aku peluk Adrian erat dan memejamkan mata agar tidak merasa sakit jika es itu mulai menusuk kulitku.

Tapi, es itu tak kunjung datang. Es itu berganti menjadi air bah yang membasahi tubuh kami saat ini. Aku terlonjak kaget menerima air guyuran itu. Dingin banget!

Dan saat aku membuka mata secara perlahan, sosok bayangan hitam itu telah pergi entah kemana. Aku menahan nafas lega, plus menahan nafas berat. Tubuh Adrian masih menindihku yang sekarang sudah terlentang di sofa.

Save The Prince (Remake)Where stories live. Discover now