Mission 10 = Saatnya Selamatkan Negeri

401 36 5
                                    

Gak mungkin kan tadi aku membunuh mereka? Gak gak! Aku panik dan aku lupa karena setelah Patra menghilang, Claire langsung memindahkan kami ke rumahnya Adrian. Seperti berteleportasi. Tapi sensasi itu masih terasa sampai saat ini, denyut jantung itu...Seolah masih bisa aku genggam. Atau itu hanya halusinasi saja? Mungkin..karena gak mungkin itu bisa terbawa sampai rumah Adrian.

"Janit!"

"Ya?"

"Kamu tidak mendengarkan kami?"

Benar, saking kagetnya dengan 'lagi-lagi' aku pakai kekuatanku itu. Aku gak engeh sama sekitar.

"Maaf." Lirihku pelan.

Adrian yang duduk di sebelahku, memberikan secangkir teh hangat yang entah sejak kapan sudah tersedia di meja tamu. Aku menerimanya dan menyesap teh itu sedikit, lumayan juga aroma mint tea yang terdapat di teh itu sedikit banyak mampu membuatku tenang lagi.

"Bagaimana Adrian?" Tanya Claire mengalihkan perhatiannya pada Adrian.

"Hem?" Adrian serta merta menoleh kaget pada Claire.

"Kau bersedia kan pergi ke Aulus? Ini sudah menjadi takdirmu." Ucap Claire tenang namun kedua matanya menatap Adrian lurus-lurus. Dia sangat terlihat serius sekarang.

"Pergi ke Aulus?" Ini aku yang menjawab, karena tadi tidak memperhatikan mereka bertiga berdiskusi apa jadi aku agak kaget dengan kepergian 'kita' ke negeri itu.

"Benar Janit, kita semua akan kesana secepatnya. Aku tidak bisa memprediksi serangan Patra lagi. Dan aku tidak mau ada pertarungan lagi di bumi. Sudah saatnya kita lawan mereka di Aulus. Kita harus segera bersiap." Ucap Raja Valay sembari meliriku dan Adrian bergantian.

"Tap..Tapi. Ini gak bisa gini dong! Ini mendadak banget." Elak Adrian tidak terima usul tersebut.

"Aku sudah menjadi pribumi sekarang, sekiranya aku kembali ke Aulus pun aku sudah bukan bagian dari Aulus. Aku seorang pribumi. Kerajaan kita sudah di ambang kehancuran jika tidak ada prajurit yang menjaganya sekarang. Kerajaan kita sudah tidak ada lagi pemimpinnya. Akulah orangnya, dan sekarang aku sudah bukan Raja lagi Adrian. Kau adik sepupuku yang secara sistem negeri, kaulah pangeran selanjutnya yang akan menjadi Raja. Aku berharap banyak padamu saat ini." Aku bisa lihat sorotan mata Raja Valay yang seperti memohon dan berharap pada Adrian.

Adrian bergeming, aku tau rasanya pasti shock jika sebuah tugas berat di bebankan secara spontan seperti ini kan! Dia menoleh ke arahku yang sedari tadi hanya bisa memperhatikan mereka.

"Baik gue maupun elo, kita akan sama-sama pergi ke sana Dri. Kita terlahir dengan tugas yang sudah di takdirkan untuk kita, dan gue siap menerimanya dan akan bertanggung jawab. Demi Ayah gue yang udah meninggal karena dia, demi negeri tempat dimana kita berasal. Gue siap!"

@@@

"Terima kasih atas kerja samanya." Claire menunduk dalam-dalam pada Mama dan Ibunya Adrian.

Setelah berunding di rumah Adrian tadi siang, Adrian akhirnya setuju dan segera meminta Ibunya untuk pulang lebih cepat. Tujuannya untuk berpamitan pada Ibunya dan meminta restunya terlebih dahulu. Awalnya Ibu Adrian sempat kaget melihat Claire tentu saja dan melihatku serta Raja Valay. Tapi apa mau dikata, Ibu Adrian pun secara jujur sudah mengetahui takdir anaknya tersebut dan terlalu gak mau menganggap serius masalah ini. Karena seperti Mamaku, alasannya hanya satu. Tidak mau di tinggalkan oleh anak semata wayang mereka.

Aku dan Adrian punya takdir yang persis sama.

Awalnya mereka berat untuk melepas kami, tapi inilah resikonya. Kami sudah dewasa, menginjak umur 17 tahun. Dan takdir itu cepat atau lambat sudah menjemput kami.

Save The Prince (Remake)Where stories live. Discover now