Mission 6 = Siaga 1

577 41 2
                                    

Seharian ini aku tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran, aku gak tenang. Aku takut Adrian kenapa-napa. Bukti sangat jelas sekali, pasti Patra sedang mencari Adrian selama ini atau...Patra sudah tau dan dia sedang bersembunyi?

Ini gila dan tidak bisa di percaya, kalau memang benar Patra sudah tau dan sedang bersembunyi, kenapa harus bersembunyi? Kenapa gak serang langsung? Mungkin ia memang sedang mencari dan aku harus siap siaga terus kontrol Adrian setiap waktu. Tunggu, apakah halusinasiku itu adalah petunjuk kalau Patra akan menyerang dalam waktu dekat ini? Kenapa ya aku gak asing sama wajah Patra di halusinasiku itu,.. Aku merasa pernah melihatnya tapi gak tau dimana.

"SSttt"

Nafi berbisik di sebelahku, membuatku tersadar dari lamunan penuh teka-teki itu. Aku menoleh padanya yang sedang melotot gemas ke arahku. Aku menaikan alis tanda bertanya.

"Itu..." Nafi berbisik pelan dan menggerakan kedua bola matanya pada meja guru. Pasti aku sedang di perhatiin sama guru semok ini.

"Halo Janit, sudah terbangun di dunia nyata kembali?" Ucap guru semok itu.

Kekehan tawa tertahan terdengar mengetahui aku yang ketahuan melamun saat jam pelajaran sedang berlangsung. Aku meringis maklum dan guru itu-oke namanya Bu Lisa guru bahasa Perancis-menggeleng-geleng pasrah.

"Kalau begitu kamu silahkan ke..."

Tringgggggg

Yes bel pulang!

"Iya Bu dengan senang hati saya akan keluar kelas" Jawabku puas, jangankan aku seisi kelas pun bakal keluar lah. Orang udah bel pulang, salah sih menegurku pas udah di menit-menit terakhir. Guru itu tak menjawab dia langsung melangkah keluar kelas dengan gaya miss celebrity-nya itu, melenggak lenggok di catwalk---catclass maybe. Lah kelas kucing dong!

Yang penting kan sekarang pulang yeeeeyy, ngelamunnya di lanjut aja di rumah semoga dapet pencerahan deh. Yap mari kita pulang!

"Eh lo berani banget sama Bu Lisa Nit." Ucap Nafi di sampingku.

"Ah sama-sama manusia ngapain takut." jawabku gak peduli.

"Ya.. seenggaknya kan hargain, itu guru kita tau."

"Ya terus kalau gurunya semok gitu kita harus ngikutin juga gitu?" Ucapku asal.

"Ihh napa jadi mentingin bagian itunya sih!"

"Ya lo pikir aja dong guru itu kan panutan buat para siswanya, Sedangkan ini pake baju aja kekurangan bahan gitu, ya wajar aja kalau tiap senin banyak yang di razia rok pendek. Salahin tuh pelopornya! nah soal main keluarin murid sembarangan apa efeknya emang? Ya gue sih seneng aja malahan, pasti anteng gue mah di kantin hehe. Gak efektif tau." Kataku panjang lebar menyeruakan protes.

"Nah lo sendiri roknya pendek." Respon nafi polos.

"Sayang, ini kan emang seragam kita duh."

"Tadi katanya banyak yang di razia rok pendek."

"Iya pendek di atas lutut maksud gue."

"Yang jelas dong Nit kalau ngomong."

"Yah elu-nya aja yang bolot, otomatis ngerti kek apa susahnya sih mikir." Omelku kesel, kenapa sih si Nafi jadi oon gitu.

"Lagi PMS ya? Sensitif banget dehhh." Ucap dia sambil lalu.

Aku gak menanggapi pertanyaannya itu, fokus utamaku sekarang adalah Kunto. Yak Kunto! Setahuku dia gak pernah nyusul sampai ke sekolahan, selalu diam di rumah di kamarku. Semakin bingung lagi dengan kelakuannya sekarang, dia terbang kesana kemari sambil melirikku cemas, ekornya bersinar sangat terang. Walaupun ini siang tapi lampu di ekornya tersebut terlihat cukup terang di siang hari yang cerah ini.

Save The Prince (Remake)Where stories live. Discover now