Mission 11 = Arena Satu

333 25 3
                                    

Malamnya setelah kami melakukan latihan berat hari ini, hampir semua kelompok berkumpul di aula istana Nettar. Kecuali kelompok yang berjaga di bariton depan dan yang menjaga di kerajaan Xavier.

Karena kami semua di kejutkan dengan kedatangan kelompok saturnus yang gagal mendapatkan bunga penawar, mawar hitam. Mereka kembali dengan utuh tiada kurang satu apapun, masih bernafas namun kondisinya jauh dari kata baik.

Tampaknya hanya Gideon yang punya luka di pelipis, bibir bawah, dan goresan panjang di lengan kanannya. Sisanya, bisa di bayangkan?

Rinai pun jadi kewalahan mengobati mereka semua, dia terpaksa turun meninggalkan Ratu Ziffua sementara untuk mengobati para pejuang yang sudah gagal menjalankan misi itu. Untung saja, ada 2 anggota prajurit Nettar lain yang punya kemampuan sama seperti Rinai. Mereka berdualah yang bertugas untuk menjaga Ratu Ziffua yang ternyata kondisinya semakin memburuk.

Mendengar hal itu, Gideon dan Claire saling berpandangan. Sementara aku melihat sekitar, yang tampak kacau dan berdarah-darah. Aku menatap nanar pada Kyle dan Yesline yang tidur terkapar di karpet besar.

“Apa disini gak ada tenaga medis ya?” Ujarku menyuarakan keheranan yang terjadi disini, kenapa hanya penjaga, Ratu, pelatih, dan rakyat saja yang aku tahu. Apa gak terlalu solid dalam sebuah Negeri besar seperti Aulus ini?

“Tenaga medis, petinggi istana dan sanak keluarga di amankan jauh dari sini.” Itu tadi Anis yang jawab.

What? Nonsense. Disini kita, rakyat, bahkan Ratu, sekuat tenaga bertahan dan melawan musuh demi Negeri ini. Kenapa tenaga medis di amankan? Pantas saja para penjaga yang kemarin banyak yang gugur. Mereka tidak di berikan penanganan yang cepat!” Ucapku tiba-tiba mengalir begitu saja. Hey benar dong? Ini tuh gak masuk di akal!

“Tau apa aku soal yang seperti itu, hanya mengandalkan prajurit yang punya keahlian medis. Mereka yang di amankan adalah salah satu kelompok terbesar Negeri ini. Kecuali seorang pemimpin. Aku...sebenarnya juga tidak mengerti.” Jawab Anis menatapku sayu.

Karena suaraku yang lumayan kencang, beberapa kepala menoleh ingin tahu dan sebagian sepertinya ada yang mendengar perbincangan singkatku dan Anis. Adrian yang duduk di sebrang pun terlihat mengerutkan alisnya.

Sementara yang lain, ikut menolong Rinai dalam mengobati para prajurit. Aku bergeming duduk sambil berfikir. Ada yang aneh, sistem Negeri ini terlalu absurd untuk di mengerti.

“Sanak saudara, tenaga medis, dan para petinggi kerajaan terbukti melakukan kejahatan. Mulai dari korupsi, politik menggulingkan Ratu atau Raja bahkan Pangeran, sampai yang mengikuti ajaran Patra dengan menjadi penghianat.” Kali ini Claire yang menjawab semua pertanyaan di benaku.

Aku memperhatikannya yang tengah membalut luka Gideon di lengan kanannya. Claire melirik sekilas lalu perhatiannya tertuju kembali pada pekerjaannya.

“Itulah alasan mereka di amankan, atau lebih tepatnya di asingkan.” Lanjutnya kemudian.

Hebat, Negeri ini penuh dengan misteri dan kejahatan. Gak jauh beda sama di Bumi masalah-masalahnya. Jika menurut mereka ini tindakan efektif, mungkin memang bisa membuat yang di curigai jera. Tapi kalau sudah begini? Coba, apa kata dunia!

Rakyat yang kesakitan tidak butuh obat memangnya? Istana yang besar hanya mengandalkan Ratu sajakah? Apa mereka yang hidup di Istana tidak membutuhkan saudara?

“Sistem di Negeri ini berbeda dengan di bumi Janit. Tolong, pikiranmu itu menggangguku.” Kali ini Kyle yang berbicara sambil menahan rasa sakitnya akibat luka yang di tekan oleh Rinai.

Aku bingung dong, kenapa jadi dia yang keganggu.

I can read whats on your mind.” Ucapnya datar.

Save The Prince (Remake)Where stories live. Discover now