Mission 13 = Curious

436 30 4
                                    

“Kau hanya penduduk bumi, tidak lebih. Kembalilah.. atau kau berakhir disini!!!”

“Apa maumu sebenarnya?”

“Menjadi master ahli tentu saja. Dengan mengambil semua kekuatan yang kalian punya! Aku akan ambil hak para suku ku kembali, kau dan keturunan kasta keparat tertinggi itu akan hancur! Balas dendam dari keturunanku yang telah kau injak-injak. Aku akan menguasai Negeri ini, bahkan dunia asalmu sendiri Janit!”

Aku tersentak bangun, Itu hanya mimpi. Ah bukan, itu terasa nyata sekali.

“Lo gak apa-apa?”

Aku mencari asal sumber suara itu, Adrian duduk di tepi ranjang tengah mengamatiku dengan tatapan cemasnya. Aku bangkit dari rebahanku dan menyandarkan punggung di bantalan kasur. Ahh ruangan ini,. Ini kamarku di Kerajaan Nettar.

Aku mengerjap dan menekan dahiku yang terasa sangat pusing dan linu yang menusuk di bagian tengkuk, mungkin aku sudah tidur atau pingsan terlalu lama? Entahlah nyawaku belum terkumpul semua. Badanku rasanya remuk semua, lemas banget seperti gak makan seminggu.

Ohh jangan-jangan aku gak bangun selama seminggu?

Tenggorokanku juga rasanya seret banget, ah ini udah pasti badanku drop.

“Minum dulu..” Segelas air terhidang tepat di depan hidung.

Adrian menyodorkan segelas air putih untuku, ah iya aku hampir melupakan keberadaannya disini. Maka aku raih gelas itu lalu meminumnya sampai tandas tak bersisa. Merasa masih kurang, otomatis aku melirik meja samping tempat tidur. Berharap menemukan se-teko air putih atau segalon juga gak apa-apa deh, tapi...

“Itu obat lo, ramuan obat alami terbuat dari mawar hitam.” Pernyataan Adrian seolah menjawab pertanyaan di benaku tentang keberadaan segelas air yang berwarna hitam di meja itu. Apa!

Mawar hitam....

Flashback

“Sial!” Umpat Gideon dan berhenti berlari.

Disana, pasukan Patra sedang menyerang pasukan kami.

Sesaat waktu terasa berhenti, melihat pasukan kami disana susah payah menghalau serangan para Pupa dengan senjata seadanya. Mereka terdesak dan memutuskan untuk melakukan sikap deffense, pasukan dengan kostum hitam itu sekitar 20 orang. Otomatis kita kalah jumlah!

“Pangeran bodoh!” Umpat Gideon membuyarkan konsentrasiku pada pemandangan di depan.

Mendengar umpatannya tersebut aku langsung mencari sosok Adrian di kerumunan sana, sulit menemukannya karena pasukan hitam sangat menghalangi jarak penglihatanku dari sini. Sekilas pasukan kami mengayunkan pisau belatinya atau membuat semacam tameng dari sebongkah es...

Tameng itu berasal dari Adrian! Dia maju kedepan, dan dengan gerakan cepat dia mengumpulkan beberapa bongkahan es yang beterbangan di udara. Seperti memanggilnya dari luar lembah hijau ini, kedua tangannya terlentang lalu bongkahan es itu mengelilingi Adrian beserta pasukan sehingga membuat pasukan Patra mundur beberapa langkah akibat es-es melayang itu.

Lalu bongkahan es yang rata-rata besar ukurannya itu memutar cepat, ujung bongkahan es itu seperti diserut membuat permukaan ujungnya lama-lama meruncing seperti sebuah pensil yang telah di serut. Tertuju pada si pasukan hitam Patra yang semakin memundurkan langkah mereka. Pasukan kami terdiam, menatap takjub pada keahlian Adrian yang baru mereka lihat.

Adrian tidak diam disitu saja, tangannya yang semula terlentang lalu terulur ke bawah. Menarikan jari-jemarinya seirama, perlahan...Air dari tanah yang terserap rerumputan hijau itu tertarik oleh gaya gravitasi yang dibuat oleh jemari Adrian. Kini, kedua tangan Adrian menguasai air dan tetap mempertahankan bongkahan es runcing yang terus berputar itu tetap melayang. Mengancam pasukan Patra yang mendadak sama-sama terdiam.

Save The Prince (Remake)Where stories live. Discover now