BAB 3.3 [PROYEK LYCAON]

199 26 41
                                    

[KAMPUS UAC]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[KAMPUS UAC]

Gun-chan keluar dari ruang tim Analisis dan Dokumentasi sambil terhuyung-huyung.

Kepalanya sangat berat. Sementara perutnya bergejolak memberontak. Dunianya serasa berputar dan ia tersesat didalamnya.

Masih bertahan, Gun-chan berjalan ke arah toilet. Setibanya disana, perutnya sudah tak mampu bertahan lebih lama lagi.

Gun-chan muntah-muntah di bilik toilet. Memuntahkan semua yang tadi pagi ia makan. Setelah itu ia bersandar lemas pada wastafel sambil membersihkan mukanya.

Lalu ditatapnya bayangannya pada cermin. Sedetik kemudian, bayangannya berubah. Wajah itu masihlah fitur wajahnya. Namun bayangannya memiliki banyak bulu abu2 keperakan pada permukaan kulitnya.

Terkesiap. Gun-chan segera menutup matanya. Menghitung hingga 5 dan membuka kembali matanya. Namun bayangan itu masih menatapnya.

Ini bukan pertama kalinya sosok itu menampakkan diri. Namun biasanya sosok itu hanya muncul tak lebih dari 10 detik. Tidak seperti sekarang yang tetap bertahan seolah menantang Gun-chan untuk menatapnya.

"Siapa.. Siapa kamu! Mengapa terus mengganggu ku?!" tanya Gun-chan pada bayangannya dicermin.

Bayangan itu tersenyum. Mengangkat telunjuknya dan menunjuk tepat pada Gun-chan.

"Ap-apa??!" Gun-chan gugup. Tapi bayangannya tetap pada posisinya yang sedang menunjuk dirinya.

"Kamu... Aku?!" kata Gun-chan lirih dan bayangannya mengangguk kemudian tersenyum.

"A-Apa... Apa maksudmu?!" tanya Gun-chan bingung. Dirabanya wajahnya, namun tak didapatinya ada tumbuh bulu-bulu abu-abu keperakan seperti pada wajahnya di cermin.

"Kamu.. Aku.. Raja Arkadia."

"Raja apa? Aku??" tanya Gun-chan tak mengerti.

"Aku adalah kehidupanmu sebelumnya. Ras walkwolf. Raja Arkadia ke-99." jawab bayangan itu.

"Bohong!! Bagaimana mungkin?! Tidak tidak. Kamu hanya halusinasiku." Gun-chan pun menampar pipinya sendiri. Berharap akan segera sadar dari halusinasi apapun yang sedang dialami nya. Namun hanya sakit yang ia rasakan. Tanda bahwa ini nyata, bukan sekedar halusinasi, apalagi mimpi.

Bayangannya tersenyum. Namun matanya terlihat sangat sedih.

"M-Mengapa... Mengapa kau menghantuiku?" tanya Gun-chan parau. Perlahan perasaan sesak menghimpit dadanya.

"Terima aku sebagai jati dirimu. Takdir yang harus kau jalani dengannya. Sebelum semuanya terlambat." jelas si bayangan.

"Takdir apa? Dengan siapa? Apanya yang terlambat?" tanya Gun-chan makin bingung.

"Fullmoon. Takdir yang menghubungkanmu dengannya. Cepat ingatlah. Atau dia akan menderita. Seperti dulu."

"Dia siapa?! Siapa maksudmu? Takdir apa?!" Gun-chan menuntut jawab. Kedua tangannya mencengkeram tepi wastafel hingga buku-buku jarinya memutih.

FULL MOONWhere stories live. Discover now