BAB 6.3 [COLORBLIND]

197 28 9
                                    

Tak terasa, 2 minggu telah berlalu dalam damai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terasa, 2 minggu telah berlalu dalam damai. Proyek Lycaon yang tengah dikerjakan oleh tim gabungan mahasiswa UAC dan tim peneliti dari pemerintah berjalan lancar sesuai rencana.

Siang ini, Gun-chan berjalan perlahan sembari menikmati terik matahari. Pada bibirnya terbentang kurva yang akan mengundang orang lain untuk ikut tersenyum.

"Hari yang indah~~" ujarnya yang menyebabkan sebuah urat samar muncul dipelipis seorang pemuda yang berjalan disisinya. Murayama.

"Hah?!" timpal Murayama masih setia mengibas-ngibaskan buku tulisnya agar menciptakan sedikit sejuk pada wajahnya yang basah karena keringat.

"Memang tidak?" tanya Gun-chan menoleh pada Murayama. Tatapan polosnya, entah mengapa membuat Murayama kesal.

"Jika suhu sepanas ini kau bilang hari yang indah. Apa kabar gurun sahara? Tempat terindah dibumi?!" sarkas Murayama. Urat dipelipisnya makin bertambah.

Gun-chan yang dalam mode sangat tidak peka, nyata-nyata menunjukkan cengiran polos tanpa dosanya untuk yang kesekian kalinya pada Murayama. Mengabaikan dengan sengaja aura negatif yang mulai terbentuk disekitar tubuh Murayama.

"Hhh... Semerdeka lu deh bro." kata Murayama. Ia merasa tidak ada gunanya berdebat dengan lelaki disampingnya ini dan segera melangkahkan kaki lebih cepat meninggalkan Gun-chan yang masih tersenyum dibelakang punggungnya, sebelum ia meledak karena geram.

"Hehehehe. Ya maaf. Oi Murayama, tunggu aku!!" Gun-chan kemudian berlari kecil mengejar Murayama yang makin bermuram durja.

"Uh, aku ingin minum es kelapa muda. Ayo cepatlah ketua, sebelum aku pingsan karena dehidrasi." gerutu Murayama setelah Gun-chan berhasil menjajarkan langkahnya.

"Jangan khawatir tentang dehidrasi. Aku akan mentraktirmu es kelapa muda." kata Gun-chan.

"Serius? Janji ya! Kata-kata seorang ketua tidak boleh ditarik lagi." seru Murayama girang.

"Tentu. Kau bisa pegang kata-kataku. Tapi...," kata Gun-chan meragu diujung kalimat dengan wajah serius.

"Tapi what!!" penasaran dan sebuah firasat buruk menyatu dalam benak Murayama.

"Temani aku berkeliling satu putaran lagi." jawab Gun-chan dengan wajah merekah.

"... ..." kan, terbukti benar. Wajah Murayama seketika itu juga tampak sedatar jalan beraspal.

"Kenapa? Kau tidak mau ku traktir? Es kelapa mudanya dengan topping cream loh. Hmm~~~ lezaat..." kata Gun-chan menggambarkan sebuah kenikmatan yang tiada tara.

FULL MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang