EXTRA BAB 5.3 [ANSWER ... ]

173 26 71
                                    

[PERINGATAN!!
🔴Harap berhati-hati, part ini mengandung banyak tindak kekerasan, kata2 kasar, umpatan2 gak ada akhlak.
Silahkan skip>> ke scene setelah flashback untuk keamanan jiwa reader.
-- Terimakasih!! --]

(Lanjutan : FLASHBACK 🌝🌚)

.
.
.
.
.

Pertempuran berdarah itu berlangsung sekitar 100 jam waktu dunia walkwolf. Sebanding dengan 100 hari dunia manusia kini.

Seluruh pasukan Sayla tertarik mundur menyerah. Namun Gun-chan dan Blood Saphire tak membiarkan mereka lolos.

Hingga yang tersisa adalah.. Sayla.

Gun-chan menatap dingin pada tubuh adiknya yang terkapar ditanah. Dengan luka-luka sayatan yang cukup dalam, bercak darah memenuhi sekujur tubuhnya, keadaan Sayla sungguh tragis.

"Kaaak... Ampuni aku. Kumohon kak. Ak-ku mengaku sal-lah. A-khu sall-ah, Kak..." kata Sayla lirih sambil berusaha bangkit namun kembali jatuh terduduk untuk kesekian kalinya.

Sayla merangkak mundur dari posisi duduknya. Seluruh tubuhnya sakit. Bibirnya terasa bengkak dan pecah. Tenggorokannya sangat kering dan ia merasakan bau besi dari mulutnya.

Kemampuan regenerasinya menguap entah kemana setelah terkena serangan dari Gun-chan. Kakaknya yang dibencinya.

Meringis takut, Sayla kukuh merangkak mundur menjauhi kakaknya yang maju perlahan mendekatinya.

"Tidak tidak!! Aku tak boleh mati disini. Aku harus mencari cara untuk kabur." batin Sayla makin panik.

Dilihatnya tatapan Gun-chan yang terasa mengerikan. Perpaduan dari kecewa, keputusasaan, penderitaan, kehilangan dan jijik. Sayla tak pernah membayangkan bahwa kakaknya akan menatapnya dengan pandangan seperti itu.

Seringkali dulu Sayla bertanya-tanya apa yang membuat musuh-musuh sang Raja menciut begitu berhadapan langsung. Kini ia pun mengerti. Betapa mengerikannya tatapan itu. Mimpi buruk yang kini dialaminya, akibat perbuatannya sendiri.

Sayla merasa menyesal dalam kepuasan dan keputusasaan.

Menyesal karna ia tak pernah mencoba memahami sang kakak yang mencintainya dengan tulus dengan caranya sendiri.

Puas karena ia berhasil membuktikan pada sang kakak, ia mampu berdiri dengan kekuatannya sendiri meskipun masih kalah dengan sang kakak.

Putus asa karna ia tau. Maut semakin mendekati dirinya. Tak ada jalan untuk kembali. Apapun yang ia katakan takkan mengubah lubang kosong yang dilihatnya pada obsidian kakaknya.

Gun-chan memusatkan kekuatannya pada tangan kanannya. Kekuatan itu berputar-putar disekeliling jari jemarinya sementara angin berhembus makin kencang meliuk-liuk disekitar keberadaan keduanya.

"Ampun.., K-kak!! To-lo-ng... Ja-ng-ngan bunuh ak-khu. Huk.. Khuk..." kata Sayla disela-sela ia terbatuk darah.

Setelahnya Sayla bersujud dibawah kaki Gun-chan meminta pengampunan. Namun tubuh Sayla malah ditendang dengan keras hingga sekali lagi Sayla harus menerima tubuhnya melayang sebelum akhirnya menghantam kerasnya tanah.

"Khuk.. Huk.. Khuk.. Hhh..hhh..hhhh..." Sayla terbatuk darah kembali. Pandangannya pun perlahan mengabur. Bulir-bulir air matanya terasa menyakiti kulit wajahnya.

Gun-chan kembali mendekati Sayla. Kini tangan kirinya mencengkeram leher Sayla, mengangkatnya melayang di udara.

Sayla kesulitan bernafas. Kakinya menendang-nendang udara kosong. Kedua tangannya mencakar, mencoba melukai lengan kuat Gun-chan.

FULL MOONWhere stories live. Discover now