Chapter 8

2K 294 54
                                    

Flashback

Mark menghilang.

Ia tidak berada di apartemennya ketika Donghyuck mencoba berbicara setelah memberinya waktu satu minggu. Satu minggu seharusnya sudah cukup. Donghyuck tidak mungkin menunggu lebih lama lagi. Seharusnya jeda itu sudah cukup bagi Mark untuk menyadari betapa salahnya dirinya karena tetap marah atas kebohongan kecil Donghyuck. Satu minggu sudah cukup baginya untuk menyadari bahwa Donghyuck melakukan hal itu hanya karena ia mencintainya. Satu minggu sudah cukup bagi Mark untuk mengakhiri fase kebencian terhadap mate-nya. Satu minggu sudah cukup baginya untuk menyadari bahwa sesuatu yang sederhana seperti itu tidak layak untuk merusak hubungan mereka.

Seharusnya sudah cukup, dan saat ini, seharusnya Mark sudah mau menerimanya kembali.

Tapi Mark tidak ada di sana. Pintunya terkunci. Donghyuck tidak bisa membukanya dengan kunci cadangan yang ia miliki. Mark sudah mengganti kuncinya.

Donghyuck menunggu. Ia gelisah, karena sudah menunggu selama satu minggu, dan masih akan tetap menunggu lama. Jujur saja, ia mulai merasa tidak sabar. Tentu, Donghyuck melakukan kesalahan dengan berbohong, tapi ia melakukannya hanya untuk mendapatkan perhatian Mark. Itu seharusnya cukup sebagai penjelasan untuk mendapatkan maaf dari Mark. Donghyuck melakukannya karena cinta. Itu bukanlah hal yang salah, bukan?

Tapi Donghyuck bersabar. Ia mencoba untuk memahami, bahkan jika pada kenyataannya, Donghyuck tidak bisa mengerti mengapa Mark membenci gagasan untuk mengencani mate-nya sendiri. Lagipula, jika bukan karena pola pikir Mark yang seperti itu, Donghyuck tidak akan berbohong sama sekali.

Tapi Donghyuck adalah mate yang baik, oleh karena itu, ia rela menunggu lebih lama lagi sampai akhirnya, Mark akan menyadari bahwa semua kejadian ini tidaklah penting.

Jarum arlojinya berdenting lagi, sudah untuk ketiga kalinya. Namun, ia masih menunggu di luar, dengan punggung menempel di pintu. Apa yang membuat Mark membutuhkan jeda yang lama? Jika Donghyuck ingat dengan benar, Mark seharusnya ada di rumah hari ini. Ia tidak punya kelas. Sebaliknya, Donghyuck memiliki kelas hari ini, tetapi ia memutuskan untuk tidak menghadiri kelasnya karena menurutnya memperbaiki hubungan mereka jauh lebih penting. Faktanya, beberapa hari belakangan, Donghyuck tidak dapat mengikuti kelasnya karena sakit. Sebab Mark juga tidak membalas pesannya. Bukankah sudah cukup dengan Donghyuck yang tidak lagi mengganggu di apartemennya? Apa Mark harus juga berhenti membalas pesannya? Itu sangat keterlaluan. Setidaknya Mark harus mencoba menjawab panggilan teleponnya.

Tetap saja, Donghyuck menunggu. Karena ia adalah mate yang baik, jadi meskipun Mark tidak pengertian, ia tetap mau menerima kekurangannya.

Tapi sungguh. Mark seharusnya segera muncul. Semakin cepat ia muncul dan berbicara dengan Donghyuck, maka semakin cepat pula ia memaafkan Donghyuck, dan semakin cepat Donghyuck bisa berhenti mengkhawatirkan hubungan mereka, lalu mulai fokus pada kehidupannya lagi.

Tapi Mark terlalu lama. Donghyuck menjadi tidak sabar dan ia mulai mengetukkan kakinya ke lantai.

Seorang tetangga keluar dari unit sebelah, dan ia menatap Donghyuck dengan rasa penasaran. Setelah sering mengunjungi gedung ini sebelumnya, Donghyuck tidak akan terkejut jika para tetangga menganggapnya familiar.

"Dia pergi," tetangga itu memberitahunya.

Ya, aku tahu, Donghyuck dengan sinis ingin berkomentar, tapi ia memutuskan untuk tidak melakukannya. Sebaliknya, ia hanya tersenyum sopan. "Aku akan menunggunya."

"Tidak, maksudku dia benar-benar pergi," gadis itu mencoba menjelaskan. "Sepertinya dia sudah mengemas barang-barangnya dan tidak kembali sejak hari itu."

[Terjemah] INKED ON MY WRIST CARVED IN MY HEART | Markchan ✔️Where stories live. Discover now