Chapter 28

1.2K 184 15
                                    

Masih flashback.

*

Mark tidak tahu apa yang ia lakukan ketika ia mendapati dirinya berdiri di luar ruang rumah sakit, tangannya ragu-ragu memegang handle pintu, tidak yakin apakah ia benar-benar ingin melakukan ini atau tidak. Bahwa ia benar-benar ingin bertemu wanita di balik pintu—ibunya sendiri. Lagipula, bukankah ia pernah menyatakan bahwa ia tidak ingin berurusan dengan ibunya lagi?

Namun, untuk beberapa alasan, satu pesan chat telah mengubah segalanya. Setelah bersumpah bahwa ia ingin melihat orang tuanya lagi, Mark mendapati dirinya naik penerbangan berikutnya yang tersedia secepat yang ia bisa menuju ke sana.

Setelah Mark menolak setiap panggilan yang datang dari ayahnya, ayah akhirnya menghubungi kakek dan nenek agar bisa memberitahu Mark.

Bahwa ibu menderita kanker—kanker hati, dan ia memohon untuk bertemu Mark sekali lagi.

Mark tidak yakin apa alasannya memutuskan untuk pergi, ketika ia bisa saja menolak dan tetap berada di tempatnya.

Apakah karena ia khawatir?

Ibu dan dirinya tidak pernah membentuk ikatan yang akan menjamin Mark merasakan emosi seperti itu terhadapnya.

Apakah karena ia kasihan?

Nah, kenapa ia merasa seperti itu? Itu tidak seperti, ibu pernah mengasihaninya ketika ibu menghancurkan masa kecilnya karena selalu mementingkan diri sendiri.

Atau mungkin itu harapan.

Berharap seseorang seperti ibu bisa berubah menjadi lebih baik.

Berharap jika seseorang seperti ibu bisa berubah, maka Donghyuck juga bisa.

Mark bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal pada Donghyuck dengan benar. Mark takut untuk menghubunginya, karena ia sudah tahu bagaimana Donghyuck akan bereaksi, dan sejujurnya, Mark tidak yakin apakah ia menginginkannya. Ada terlalu banyak hal yang terjadi dalam hidupnya, dan Donghyuck harus belajar bagaimana menghormati keinginan mate-nya.

Mark menatap pegangan tangannya di handle pintu lebih lama, bertanya-tanya apakah itu ide yang baik untuk mengunjungi ibunya sendirian.

Ayah telah menjemputnya di bandara, menandai pertemuan pertama mereka setelah sekian lama. Ayah telah menua—sangat drastis, dan Mark tidak yakin apakah itu karena ia telah pergi terlalu lama, atau karena situasi dengan ibu membuat ayah semakin menua.

Ayah memeluk Mark, dan untuk pertama kalinya, Mark melihat ayahnya menatapnya dengan ekspresi menyesal. Mark bertanya-tanya apakah pergi terlalu lama membuat ayah merenungkan bagaimana perlakuannya pada Mark sebelumnya.

Ia akhirnya mengantarkan Mark ke rumah sakit dan membawa barang Mark ke rumah yang ia sewa untuk ibunya, ketika ibu masih tinggal sendiri.

Mark menghela napas. Ia ingin memarahi dirinya sendiri karena takut pada ibunya. Ia tumbuh dewasa. Ia bukan lagi anak kecil yang bisa diperlakukan sebagai pelampiasan ibunya. Ia lebih tangguh. Ia tahu, ia bisa pergi kapan pun ia mau.

Dengan pemikiran itu, Mark memutuskan untuk memutar kenop dan masuk.

Ibu juga menua—sangat drastis. Mark tidak yakin apakah itu kanker atau rasa frustrasi seumur hidup karena tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Ibu terlihat sangat berbeda dari wanita cantik yang pernah melahirkan Mark.

Ibu menoleh ke arah Mark dengan kulitnya yang keriput, tapi tetap ditutupi oleh riasan yang dikenakan di wajahnya. Mark tidak tahu apakah ibu diizinkan untuk melakukan itu, tapi ia pikir, ibunya tidak ingin dirinya tidak terlihat glamor bahkan saat berurusan dengan penyakitnya. Bagaimanapun juga, ibu adalah seorang bintang—setidaknya, begitu yang ibu yakini.

[Terjemah] INKED ON MY WRIST CARVED IN MY HEART | Markchan ✔️Where stories live. Discover now