Chapter 11

1.6K 260 80
                                    

Hidup dengan patah hati yang disebabkan oleh orang yang sama berulang kali, dan bertahan hidup mandiri setelah mendapat kemarahan dari orang tuanya tidaklah cukup sulit bagi Donghyuck. Oleh karena itu, kehidupan memutuskan untuk memberinya lebih banyak tantangan, tidak melalui orang lain kecuali orang yang paling ia benci.

Donghyuck menyadari dirinya merasa terganggu dengan kehadiran Doyoung selama masa magangnya, muncul kapan pun untuk mengganggu Donghyuck. Hari ini tidak berbeda sama sekali. Terlepas dari keinginannya untuk memberitahu sepupunya agar enyah setiap kali mampir, karena Doyoung hanya untuk menegaskan bahwa dirinya benar dan memberi nasihat yang tidak diminta, Donghyuck tidak bisa. Doyoung sepertinya sangat dekat dengan bosnya. Bagaimana bisa Doyoung meyakinkan Jaehyun untuk menggunakan perusahaannya sebagai tempat simulasi setiap kali ia merasa perlu untuk bertindak seperti seorang kakak bagi Donghyuck, hanya agar ia bisa menunjukkan superioritasnya? Sungguh, orang yang memanfaatkan koneksi.

"Ambil," Doyoung mencoba memberikan sebuah amplop kepada Donghyuck, tapi ketika ternyata yang lebih muda tidak mau mengambil dari tangannya, Doyoung dengan lembut meletakkannya di atas meja. Donghyuck tidak perlu membuka untuk melihat isinya. Ia memutar matanya sebelum menjawab.

"Aku tidak butuh uangmu," katanya. "Terlebih ketika kau hanya memberikannya kepadaku untuk meyakinkan dirimu betapa kau telah bersikap lebih baik padaku."

Doyoung menghela napas saat ia melihat ke pintu, memeriksa apakah ada orang yang mendengarkan atau hendak masuk. Donghyuck yakin bahwa Doyoung memang berhati-hati, sebab tidak ingin ada yang tahu sifat aslinya. Ia tidak ingin ada yang menyadari bahwa ini semua hanyalah akting belaka. Ia sama sekali tidak peduli tentang Donghyuck. Doyoung hanya melakukan ini untuk dirinya sendiri. Untuk membuat dirinya terlihat lebih baik. Ia selalu seperti itu, dan jika ia pikir bisa membodohi siapa pun, tentu tidak dengan Donghyuck. Ia sangat mengenal sepupunya yang sangat egois.

"Tidak ada yang sedang bersaing dengan siapa pun, Donghyuck," jawab Doyoung dengan tenang. Hal ini membuat frustrasi karena laki-laki itu selalu berusaha untuk tetap tenang meskipun jauh di dalam hatinya, Donghyuck tahu bahwa Doyoung pasti sedang marah. Betapa angkuhnya. "Dan aku tidak punya niat lain selain membantumu."

Donghyuck mencibir. "Oh, begitukah? Tolong jelaskan padaku tentang kebetulan yang terjadi saat kau mendapat peringkat satu, tepat di saat aku dimarahi oleh kakek dan nenek karena berada di peringkat bawah kelas. Bukankah itu yang disebut bersaing?"

"Itu sudah lama sekali, Donghyuck, dan kita sudah membicarakan kejadian itu beberapa kali." Doyoung menjawab dengan kelelahan, dan Ya Tuhan, ia mempunyai cara untuk membuat Donghyuck merasa bahwa kekhawatirannya sungguh tidak berguna. Bagus. Jadi karena sudah lama sekali, penghinaan yang ia rasakan tidak berlaku lagi. Wow. Cara yang luar biasa untuk mematahkan perasaannya. "Dan sebagai catatan, aku tidak memamerkan hal itu, tapi ibuku yang melakukannya. Selain itu, aku tidak memamerkan betapa aku lebih baik daripada dirimu. Aku melakukannya untuk menyenangkan orang tuaku sendiri. Jadi, kau tidak boleh marah padaku karena sesuatu yang tidak kulakukan dengan sengaja."

"Oh, jadi kau tidak melakukannya dengan sengaja," katanya sinis. "Lalu? Semuanya hanya kebetulan? Bahwa kau kebetulan memiliki sesuatu yang baik tentang dirimu setiap kali sesuatu yang buruk terjadi padaku? Kau benar-benar ingin aku percaya bahwa kau tidak menggunakan kegagalanku untuk menyoroti kesuksesanmu? Aku memang tidak begitu pintar, tapi aku juga tidak sebodoh itu."

Sekali lagi, Doyoung menarik napas panjang. Ia tidak berteriak. Ia tidak meninggikan suaranya. Sangat angkuh. Begitu percaya diri.

"Sekali lagi, aku tidak memiliki niatan untuk memamerkannya. Itu hanya perbuatan ibuku. Selain itu, kau tidak bisa mengharapkan pencapaian orang lain agar menyesuaikan dirimu, Donghyuck. Aku punya tujuanku sendiri. Aku tidak bisa menyerah begitu saja agar kau bisa merasa lebih baik."

[Terjemah] INKED ON MY WRIST CARVED IN MY HEART | Markchan ✔️Where stories live. Discover now