Chapter 25

1.3K 195 19
                                    

Tidak ada satupun dialog di chapter ini. Hanya menceritakan tentang kehidupan seorang Mark Lee.

Happy reading^^

***

Sebuah benturan keras terdengar lagi di luar kamar Mark dan ia mencoba untuk mengabaikan suara itu dengan menutupi telinganya dengan bantal dan mengubur dirinya di dalam selimut. Tidur. Ia butuh tidur. Tidur adalah satu-satunya cara agar ia bisa lolos dari semua ini. Tidur adalah satu-satunya kedamaiannya.

Ini bahkan bukan pengalaman yang langka baginya. Ini sebenarnya hal yang normal di keluarga mereka. Satu hari tidak akan berlalu tanpa sesuatu yang rusak di dalam rumah mereka, karena kebisingan yang mereka buat dengan suara belum cukup.

Mereka tidak memiliki keluarga yang normal, Mark yakin akan hal itu, tapi ada satu masa ketika ia benar-benar mengira semua yang terjadi di dalam rumah bukanlah sesuatu yang di luar kebiasaan. Perkelahian itu normal, begitu pula teriakan, dan tidak masalah bagi orang tuanya untuk mengabaikan anak mereka karena mereka terlalu lelah dan letih setelah bertengkar. Baru setelah Mark mulai bersekolah, ia menyaksikan keluarga yang normal dan bahagia, milik teman-teman sekelasnya bersama orang tua mereka. Saat itulah Mark menyadari betapa malang dirinya karena memiliki sepasang orang tua seperti itu.

Hening. Rumah itu ditinggalkan dalam keheningan. Entah salah satu dari orang tuanya pergi untuk menenangkan diri, atau salah satu dari mereka menelan harga diri untuk meminta maaf. Bagaimanapun, kemungkinan besar, itu adalah ayahnya. Ibunya tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Kenapa harus, ketika ibunya bahkan selalu menjadi korban dalam semua ini? Wanita itu adalah korban dari ayahnya dan Mark. Itu selalu kesalahan suami dan anaknya, bukan kesalahannya.

Keheningan justru memekakkan telinga dan menjengkelkan. Itu adalah jenis keheningan ketika Mark hanya ingin berteriak sekuat tenaga bahkan jika ia akan menjadi target kemarahan. Mungkin ia menginginkan itu, terutama karena sepertinya itulah satu-satunya cara agar ia diperhatikan. Kau menjengkelkan, Mark. Kau berada di luar batas. Berhentilah membuat hidupku lebih sulit dari yang kau lakukan.

Karena keberadaan Mark menghancurkan segalanya. Keberadaan Mark adalah awal dari semua masalah. Tidak peduli pada keberadaannya. Itu akan selalu menjadi salahnya.

Musik mulai terdengar dari luar kamar, dan Mark tahu apa yang akan segera terjadi.

Mark ingin menutup telinganya lagi, tidak ingin mendengar nyanyian ibunya. Bagi Mark, nyanyian sang ibu adalah musuhnya, musuh bebuyutannya, dan yang lebih buruk lagi adalah bahwa di mata ibunya, nyanyiannya akan selalu menang.

Sebagian kecil dari diri Mark ingin segera keluar dari kamar, mematikan musik, dan menghadapi ibunya. Ia ingin memberitahu ibunya bahwa wanita itu bahkan tidak sebaik kedengarannya. Ia hanya terlalu bangga, tapi ia tidak sebagus itu.

Mark ingin mengatakan yang sebenarnya, bahwa ibu sendirilah alasan mengapa karirnya tidak pernah menjadi besar. Itu bukan karena ibu bertemu ayahnya lebih awal. Itu bukan karena keberadaan Mark yang menghancurkan kesempatannya. Itu bukan karena kehadiran Mark mencuri masa mudanya. Ibu memang tidak cukup baik, dan ia harus berhenti menyalahkan kekurangannya pada orang lain.

Mark pernah mencoba mengatakan hal itu, tapi semuanya tidak berakhir baik baginya ketika ibu mulai menangis dan memarahinya karena tidak merasa bersyukur.

[Terjemah] INKED ON MY WRIST CARVED IN MY HEART | Markchan ✔️Where stories live. Discover now