Chapter 17

1.2K 196 33
                                    

Doyoung tersenyum lebar saat Donghyuck membukakan pintu untuknya. Di genggamannya ada paper bag yang terlihat familiar, mirip dengan yang ia bawa tempo hari.

"Hai," yang lebih tua dari keduanya menyapa, tapi Donghyuck hanya berpaling dan tidak membalas sapaan itu, yang merupakan sesuatu yang biasa untuk ia lakukan. Yang tidak biasa adalah ia tidak berusaha menutup pintu untuk mengusir sepupuya.

Donghyuck duduk di sofa, dan Doyoung menganggap itu sebagai isyarat untuk masuk. Donghyuck bisa mendengar sepupunya menghela napas lega. Ia melawan keinginan untuk memutar mata, tapi tidak bisa.

Doyoung berjalan menuju dapur dan melakukan apa yang ia lakukan kemarin, mengisi kulkas karena Donghyuck terlalu pecundang untuk menyimpan makanannya sendiri.

Ia mengamati Donghyuck dengan hati-hati, seolah-olah Donghyuck adalah bom yang sedang menunggu untuk meledak. Mungkin benar. Tapi Donghyuck tidak bisa marah. Tidak kali ini.

Doyoung berdeham.

"Jadi, tempo hari," Doyoung memulai. "Aku mungkin sedikit terlalu kasar padamu. Aku ... aku mungkin telah mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya kukatakan. Dan untuk itu aku minta ..."

"Tolong aku."

"—Maaf," Doyoung berkedip, matanya terbuka lebar karena terkejut. "Maaf, apa?"

Donghyuck membenci ini. Kukunya menusuk di sofa karena frustrasi saat ia membuang muka, menolak untuk melakukan kontak mata.

Ini memalukan—ia meminta bantuan dari saingannya—karena memberi sepupunya lebih banyak kesempatan untuk menertawakannya.

Tapi apa yang bisa Donghyuck lakukan? Ia kehabisan pilihan. Secara teknis, pada situasi ini, ia adalah pengemis, dan pengemis tidak bisa menjadi pemilih.

"Apa … apa kau baru saja memintaku untuk membantumu?"

Donghyuck mendengkus. Ia tahu itu. Ia baru saja membiarkan ego sepupunya melambung. Ia mulai berpikir bahwa ini bukanlah ide yang bagus.

Mungkin Donghyuck harus menarik ucapannya kembali?

Tapi, tidak, ia tidak bisa. Donghyuck harus mengorbankan harga dirinya, sekali ini saja.

Donghyuck bahkan tidak menyadari, tapi Doyoung tiba-tiba sudah berada di sampingnya dalam sekejap.

"Oke, kau butuh bantuan apa?"

Bagi Donghyuck, Doyoung terdengar terlalu bersemangat untuk menawarkan bantuannya, yang bahkan tidak mengherankan, mengingat Doyoung akan memanfaatkan setiap kesempatan yang bisa membuatnya tampak lebih hebat dan lebih baik.

Donghyuck sangat membenci ini.

Tapi ia tidak punya pilihan lain.

"Katakan padaku di mana Mark Lee."

Ada keheningan yang lama setelah itu, lama dan canggung karena Donghyuck tidak punya pilihan selain menghadapi sepupunya, yang, sebagai gantinya, menganga padanya dalam kebingungan.

"Jadi?" Donghyuck mengetuk ujung kakinya karena tidak sabar.

Doyoung menggelengkan kepalanya seolah ingin menghilangkan keterkejutannya.

"Kenapa?" Adalah pertanyaan sederhana Doyoung.

Bukankah sudah jelas? Donghyuck yakin Doyoung tahu tentang apa yang terjadi pada Mark karena video sialan itu. Laki-laki itu dibuli. Ia dipecat dan Donghyuck merasa bersalah.

Donghyuck merasa bersalah, dan ia membencinya.

Ia harus melakukan sesuatu agar berhenti merasa bersalah karena jika tidak, maka ia akan sangat marah.

[Terjemah] INKED ON MY WRIST CARVED IN MY HEART | Markchan ✔️Where stories live. Discover now