Chapter 35

1.3K 193 12
                                    

"Bagaimana dengan yang ini?"

Doyoung berhenti di depannya untuk memamerkan setelan abu-abu gelap lain yang ia kenakan. Donghyuck pura-pura berpikir, tapi itu tidak jauh berbeda dari yang sebelumnya ia coba. Mungkin Donghyuck hanya tidak menyukai pakaian formal, sehingga ia tidak bisa memberikan pendapat yang tepat.

"Itu terlihat bagus untukmu, hyung," jawabnya, memilih kata-kata yang sama yang ia ucapkan sebelumnya. Doyoung menghela napas karena tanggapan Donghyuck yang tidak membantu.

"Bisakah kau setidaknya memberiku variasi dari jawabanmu? Kau terus mengatakan hal yang sama." Meskipun tidak benar-benar marah, Doyoung tampak lelah mencoba beberapa setelan demi setelan, dan belum menemukan satu yang cocok.

Donghyuck mendengkus. Ini sudah berlangsung lama sekali. Mereka telah berpindah dari satu toko ke toko lainnya setelah Doyoung menjemputnya dari kelas terakhirnya hari itu. Donghyuck akui, ia juga lelah. Ia hanya ingin pulang dan tidur siang. Ia tidak mengerti mengapa sepupunya terlalu pemilih. Itu hanya setelan jas, dan acara itu hanya pesta pertunangan, belum pernikahan.

"Hyung, semuanya terlihat bagus untukmu, aku jujur! Bagaimana kalau kita ambil yang kau kenakan? Kelihatannya bagus. Lagipula, bukan kau yang bertunangan."

Donghyuck dan mulut besarnya. Penyesalan datang padanya seketika begitu ia mengucapkan kata-kata itu. Ekspresi Doyoung berubah menjadi cemberut, kemudian dengan cepat menutupinya dengan ekspresi netral, tapi perubahan itu tidak cukup cepat untuk tidak dilihat Donghyuck.

Mengapa Donghyuck begitu tidak peka?

Donghyuck menciut di kursinya sambil memegangi paper bag berisi jasnya sendiri di samping dadanya. Ia menatap pantulan Doyoung di cermin saat yang lebih tua diam-iam mengamati penampilannya.

Donghyuck seharusnya tidak mengatakan itu karena sudah tahu tentang bagaimana perasaan Doyoung terhadap acara pertunangan ini dan terhadap Jaehyun pada khususnya. Namun, ia sangat tidak bijaksana dan ceroboh terhadap perasaan sepupunya, semua terjadi karena ia merasa tidak sabar.

Bagaimanapun, ia tidak berhak untuk tidak sabar, terutama atas sifat sabar dan pemaaf semua orang padanya. Ia seharusnya lebih bersabar ketika menghadapi sesuatu yang kecil seperti berbelanja. Lebih penting lagi, ia seharusnya tidak merasa seperti itu pada Doyoung.

Donghyuck menggigit bibirnya saat rasa bersalah mulai menggerogotinya. Doyoung tetap diam, sampai ia memutuskan untuk memanggil karyawan untuk memberitahu bahwa ia memutuskan untuk membeli setelan itu.

"Hyung."

Doyoung mengalihkan perhatiannya ke Donghyuck setelah yang lebih muda memanggilnya. Ia tidak terlihat marah, tapi Donghyuck tidak perlu menebak untuk mengetahui bahwa ia terluka oleh pernyataan sebelumnya.

"Maafkan aku," katanya kepada sepupunya. "Aku seharusnya tidak mengatakan itu, terutama pernyataan yang terakhir. Kau bisa mencoba setelan lain jika kau mau. Aku benar-benar minta maaf. Aku seharusnya tidak mengatakan hal-hal itu."

Doyoung tersenyum, tapi bukan senyum yang sampai ke matanya. "Tidak apa-apa. Maksudku, ini hanya setelan jas. Setelan itu tidak akan mengubah apa pun."

Donghyuck merasa lebih bersalah. Mengapa begitu sulit untuk mengontrol dirinya sendiri? Ia terus menyakiti orang dengan kesembronoannya.

"Tenang," kata Doyoung setelah menyadari kekhawatiran Donghyuck. "Aku tidak marah padamu karena apa yang kau katakan, meskipun permintaan maafmu sangat kuhargai. Aku hanya stres dengan acara pertunangan ini. Aku masih berusaha menyangkal kenyataan, kurasa."

Doyoung terkekeh tapi jelas ia tengah jauh dari bergurau.

“Hyung, apakah kau benar-benar harus hadir?” tanyanya. Ia hanya bisa membayangkan betapa sakitnya Doyoung jika berada di sana. "Aku bisa membantu membuat alasan agar kau tidak berada di sana, jika kau mau."

[Terjemah] INKED ON MY WRIST CARVED IN MY HEART | Markchan ✔️Where stories live. Discover now