Chapter 29

1.3K 197 35
                                    

Masih flashback.

*

Mark merasakan kecemasan meluap di dalam dirinya saat ia mendapati dirinya dikelilingi oleh banyak orang. Biasanya, ia bukan tipe orang yang takut pada kerumunan, tapi ada sesuatu tentang dirinya yang telah berubah tahun lalu, bahwa ia tidak bisa mempercayai setiap orang asing di sekitarnya. Ia benci sendirian. Ia benci perasaan bahwa ia ada di sana untuk menjaga dirinya sendiri.

Ia mencengkeram kopernya erat-erat pada tali tasnya yang berisi dokumen terpenting dan pribadinya. Ia tidak tahu banyak tentang tingkat kejahatan di negara ini, tetapi ia tidak ingin mengambil risiko kehilangan sesuatu yang penting baginya.

Tidak lagi.

Mark mulai memindai area itu untuk mencari wajah-wajah yang dikenalnya, temannya telah memberitahunya bahwa mereka akan berada di sana untuk menjemputnya.

Untuk beberapa saat, Mark mulai merasa takut telah terjadi miskomunikasi di antara mereka. Mungkin mereka tidak bisa hadir? Mungkin ada sesuatu yang terjadi dan mereka tidak bisa menjemput Mark. Atau mungkin ia tidak cukup penting untuk bagi mereka.

Tidak. Mark menepis pemikiran terakhir itu. Tidak semua orang akan memperlakukannya seperti itu. Tentu bukan teman-temannya. Tentu bukan Johnny.

Mark mencoba mencari mereka lagi, tetapi yang bisa dilihatnya hanyalah wajah yang samar. Mungkin masalahnya adalah penglihatannya. Bagaimanapun, ia mendengar sebelumnya betapa stres dapat mempengaruhi penglihatan orang lain, bahkan beberapa menjadi buta karenanya. Ia membutuhkan kacamata. Kacamata atau terapi. Mungkin ia membutuhkan keduanya, dan ia akan mendapatkan keduanya. Belum lama ini Mark memiliki prioritas lain, hal-hal yang lebih mendesak yang harus segera ia tangani.

"Mark Lee!"

Ia mendengar seseorang berteriak. Ia dengan cepat menoleh ke kiri dan kanan untuk mencari pemilik suara itu.

"Lee Minhyung!"

Mark berusaha sekuat tenaga untuk menemukannya.

"Alis burung camar!"

Dan ia akhirnya menemukannya.

Johnny melambai dengan sikap konyol padanya, tindakan yang bertentangan dengan pakaian sangat formal yang ia kenakan. Di sisinya ada pacarnya, Ten, yang melambai dengan sopan ke arah Mark. Mark menghela napas lega. Akhirnya, ia menemukan orang yang ia cari.

Mark mulai berjalan ke arah mereka, dan semakin dekat, semakin lebar senyum di wajah Johnny. Begitu Mark berdiri beberapa meter, Johnny menarik bahunya, hampir membuatnya tersandung dan jatuh, hanya untuk mendarat dengan nyaman di lengan teman-temannya.

Mark hati-hati menoleh ke arah Ten, untuk melihat apakah ini membuatnya merasa tidak nyaman. Tapi ia melihat lelaki kecil itu memandabf mereka dengan ekspresi penuh kasih. Mark mulai santai. Semua kekhawatiran yang ia bawa, perlahan mulai meninggalkan dirinya. Ia aman. Ia baik-baik saja. Ia dikelilingi orang-orang yang peduli padanya. Ia baik-baik saja.

"Selamat datang kembali, Mark," Johnny berbisik padanya saat mengusap punggungnya. "Selamat datang kembali. "

Mark tersenyum sendiri dan mengangguk. Ia kembali. Terlalu lama baginya untuk kembali, penderitaan panjang yang melelahkan karena pengkhianatan dan pemerasan dari orang-orang yang mencoba menahan dirinya untuk meyakinkan Mark agar menyerahkan sebagian dari dirinya.

Pada akhirnya, ia berhasil kembali. Mark senang akhirnya bisa kembali.

●●●

M

alam hari menjelang penerbangan.

Saat itu Mark siap untuk pergi. Ia sudah mengemasi barang-barangnya dan memesan penerbangan kembali ke Korea Selatan. Ia tahu ia harus kembali. Dengan tidak adanya berita yang jelas tentang Donghyuck, Mark bertekad untuk mencarinya sendiri, hanya untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja, meskipun Mark khawatir Donghyuck tidak baik-baik saja.

[Terjemah] INKED ON MY WRIST CARVED IN MY HEART | Markchan ✔️Where stories live. Discover now