Jodoh yang tertunda

513 77 12
                                    

"Bilangnya masih acara kesepakatan? Kenapa kebelet juga nikahnya?" goda Ilyas melirik gadis berbibir manyun di sampingnya.

Tak ayal sang gadis pun memutar mata kanan kirinya. Acilia tak merasa bingung. Wajar dia mau langsung menikah karena takut gagal.

"Gue pernah pacaran, Yas. gak guna tahu! Endingnya gue putus. Gak lucu! Sekarang dia minta balikan. Apaan coba buat acara pacaran kalo akhirnya cuma buang waktu, tenaga dan uang gue. Mending nikah! Habis nikah, keputusan ada di tangan jodoh. Kalo jodoh ya lanjut sampe tuir." Aci kembali melanjutkan acara makannya. Daging sapi wagyu yang lembut dan dipanggang disertai bubuhan merica tak menghentikan lidah Acilia untuk terus mengunyah. Restoran Jepang itu pasti akan menjadi langganan tetap Aci setelah ini.

Helaan napas panjang Ilyas bisa ditebak bahwa ia mulai mempelajari lagi sifat calon istrinya itu. Calon istri yang belum terjadi. Acilia menolak acara pertunangan kemaren dengan meminta langsung akad saja. Kemaren dan kemaren waktu setempat di rumah Ilyas, mereka melaksanakan akad nikah sah hanya secara agama. Selanjutnya, segala berkas pernikahan masih baru masuk ke Kantor Urusan Agama setelah acara berakhir keesokan harinya.

Ilyas menyentuh punggung tangan Aci. Gadis itu terhenyak dengan skinship yang dilakukan Ilyas.

"Gue udah suami lu, Ci."

"Belum, belum sah hitam di atas putih."

Kadangkala memang Ilyas harus berpikir ulang lagi untuk menasehati gadis di sampingnya. Yah, gadis. Aci masih ting ting. Lihat saja bagaimana sentuhan Ilyas bisa membuat Aci seperti ketakutan begitu.

"Biasakan dengan sentuhanku. Karena setelah ada hitam di atas putih, aku nuntut lebih."

"Aku? Nuntut lebih?" tanya Acilia tak percaya.

"Yah, aku. Biasakan sekarang kita panggil aku dan kamu, bukan gue lu."

"Paham. Oke. Sepakat. Lalu kalimat selanjutnya?" Aci tak sabar mendengar penjelasan Ilyas. Yang ia pura-pura tak paham.

Ilyas tertawa saking gemasnya, ia meremas tangan Acilia, "Seperti ini. Bukan hanya disentuh, tapi diremas."

Kenapa hal itu perlu dijelaskan? Toh, sebenarnya Aci sudah paham pertanyaannya menyerempet pada hal tabu.

"Tak perlu dijelaskan, nanti kita langsung praktikum yah, Sayang." Ilyas mengusap kepala Acilia.

Sementara sang gadis menelan salivanya kelu. Antara baver, malu campur senang. Menuntut lebih. Perlakuan dan ucapan sayang Ilyas keluar dari zona nyaman persahabatan mereka. Bukan, mereka bukan lagi sahabat dalam rasa Aci sekarang. Mereka adalah sepasang suami istri yang masih menunda 'nuntut lebih' karena alasan hitam di atas putih.

"Dan tunggu kontrak seumur hidupnya," bisik Ilyas ke dekat Aci.

Bulu kuduk gadis itu meremang. Perlakuan Ilyas benar-benar membuatnya salah tingkah. Dalam hati Ilyas tertawa geli karena sikap Aci yang di luar nalar mulai bisa ia sikapi. Senang dalam hatinya karena sebentar lagi gadis itu berada dalam genggamannya.

Ada ide nakal lagi dalam pikir Ilyas. Ia mengusap lembut telapak tangan Aci.

"Sayang kok diam? Gak mau respon ucapan suaminya gitu?" goda Ilyas.

Benar saja dugaan Ilyas, gadis yang sudah menjadi istrinya itu gelagapan dan tergugu. "I-iya," jawab Aci gelagapan.

Dalam hati, Aci merutuki sikapnya yang semakin aneh itu. Gelenyar di dadanya makin tak bisa ia kontrol. Kenapa sekarang malah jadi sulit untuk menghadapi Ilyas dan kecentilannya. Belum sah hitam di atas putih, sikap Ilyas sudah membuat genderam di jantungnya bertalu hebat begitu. Bagaimana bila ia sudah benar-benar menjalani kehidupan suami istri? Sementara di sampingnya, Ilyas terkekeh diam-diam.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: May 04, 2021 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Sinyal JodohDonde viven las historias. Descúbrelo ahora