Bazar🍟

3.1K 367 6
                                    


"Pak, Bu, mari silakan mampir, dicoba masakan khas kami."

Aci menundukkan kepalanya sopan pada pengunjung bazar. Beberapa pengunjung nampak mendekatinya. Mereka tidak langsung masuk, tetapi melihat-lihat brosur yang dipegang Acilia.

"Boleh lihat-lihat ini, Pak. Silakan. Ini menu masakan andalan kami. Dijamin Bapak, Mbak sama Ibu gak bakal kecewa sama rasa makanannya. Trus nih, Bu. Harganya, harga merakyat, dijamin gak bakal menguras isi dompet Ibu," selorohnya seperti menjelaskan luas persegi panjang. Panjang kali lebar.

Beberapa pengunjung nampak antusias membaca selebaran yang disodorkan gadis itu. Mereka segera masuk stand dan memesan beberapa makanan yang tersedia dalam menu. Pembeli nampak puas merasakan masakan yang diolah langsung oleh empunya warung makan. Ilyas dibantu asisten kokinya terlihat mulai sibuk. Ia menoleh sesekali pada Acilia dan tersenyum tipis. Ternyata ide Parsa mempekerjakan gadis jutek itu masuk akal juga. Terbukti Acilia bisa menyaring banyak pembeli masuk ke standnya.

Parsa yang sedari tadi duduk memperhatikan Acilia hanya bisa tersenyum senang. Sikap gesit seorang Aci dengan paras ayunya bisa ia manfaatkan membantu sang sahabat. Saat Parsa melihat ke arah Ilyas yang nampak kewalahan melayani pembeli, ia juga tertawa puas. Parsa tak berniat menganggu pekerjaan sang sahabat. Jadilah ia hanya duduk sembari menghisap rokoknya berkali-kali.

"Aci!" panggil seorang pelayan padanya. Acilia menoleh dan menghampiri seorang pelayan yang memanggilnya.

"Ada apa?"

"Bahan dapur kek sayuran sama daging mulai menipis. Keknya kamu ikut aku aja belanja ke supermarket dekat sini. Ato kita cari di pasar tradisional aja kali ya?"

Acilia memutar bola matanya malas. Sudah menikmati profesi barunya sebagai promotion girl, sekarang berbalik jadi tukang belanja.

"Nggak ada pegawai lain yang bisa disuruh apa? Gue lagi sibuk," sahutnya ketus.

"Yaudah, lo sama gue aja," ajak Parsa pada pelayan tadi. Pelayan itu mengangguk dan segera meminta uang belanja pada Ilyas.

Acilia mengibaskan tangannya ke wajah. Siang terik kala itu cukup menyengat. Samar dari kejauhan, ia melihat seorang gadis. Aci memicingkan mata karena pandangannya kabur akibat terik matahari. Ia berpikir sejenak. Gadis itu membuka mulutnya segera dan berlari melompat ke arah gadis yang berada jauh di depannya tadi.

"Merin!"

Gadis yang dipanggil Merin oleh Acilia menoleh dan seolah terkejut melihat Aci ada di depannya.

"Aci!? Lo!? Lo ke mana aja?"

Aci tak menyahut, tapi langsung memeluknya erat.

Merin adalah sahabatnya dari kecil. Hampir bisa dibilang, mereka tak pernah bertengkar. Keduanya saling menyayangi. Sifat Aci yang terkadang judes dapat mengimbangi sifat Merin yang lembut dan ramah. Acilia mengusap sebutir air matanya yang hendak jatuh.

"Gue kangen ma lo, Rin."

Merin gelagapan. Ia seolah kaku menghadapi Acilia yang tiba-tiba ada di dekatnya. Seolah ada yang ia takutkan.

"Gue nyariin lo ke mana-mana, Ci. Nokap nyokap lo gak kasi penjelasan apa-apa sama gue waktu gue nanya lo."

Seketika tubuh Acilia melemah. Bahunya turun, ia duduk di bangku dekat mereka. Merin ikut duduk di dekatnya.

"Lo taulah gue gimana, Rin. Gue suka belanja. Bokap gue bilang, dia bisa bangkrut karena ulah boros gue. Jadilah gue diusir dari rumah."

Merin menoleh. "Lo serius? Om Rahagi gitu masa?"

Sinyal JodohWhere stories live. Discover now