Masalah🐲

3.6K 383 16
                                    


Acilia mengusap wajahnya yang basah oleh air mata. Ia masih mengenang kejadian siang tadi saat melihat Merin dan kekasihnya. Ia hanya tak menyangka, bagaimana bisa dua orang yang sama-sama disayanginya itu tega nian menghianatinya.

"Kenapa semua orang ngebuang gue? Cuma karena kesalahan kecil aja gue didepak. Gue ngerasa gak berguna," gumamnya.

Gadis itu memandangi langit gelap di atasnya. Taburan bintang tetap tak bisa menghibur hatinya yang lara. Ia segera beranjak pergi. Langkahnya menuju ke tempat kosnya. Sekilas bayangan masa lalu bersama kedua orangtuanya silih berganti muncul di otaknya bagai slide puzzle. Saat mereka mengajak Aci mengunjungi beberapa tempat pariwisata, berbelanja dan mengajari Acilia banyak hal. Itu terjadi ketika ia masih duduk di bangku sekolah dasar dan sang papi masih menjadi seorang pegawai di sebuah perusahaan.

Sejak Rahagi memiliki perusahaan sendiri dan Rahayu, sang mami, memiliki online shop sendiri juga, kesibukan mereka bertambah. Kebiasaan hidup sederhana mulai mereka tinggalkan. Seringnya Rahagi dan Rahayu ke luar negeri karena urusan bisnis masing-masing membuat Acilia, si gadis kecil, harus berdiam diri di rumah bersama pengasuhnya. Lambat laun seorang Acilia yang beranjak remaja mulai mencari kesenangannya sendiri dengan kebiasaan menghambur-hamburkan uang.

Kini ia di sini, sendirian lagi. Kali ini tanpa pengasuh atau orang tua yang akan memberinya oleh-oleh dengan barang-barang mewah lagi. Ia justru mau tidak mau menjalani hidup pas-pasan dengan mengandalkan gaji menjadi seorang pelayan rumah makan.

Langkahnya terhenti di sebuah danau yang cukup dalam. Pikiran dari mana, rasanya ia mau menceburkan diri saja ke dalamnya. Toh, tak akan ada yang peduli dengan hidup matinya sekarang, begitu pikirnya.

Namun Aci berpikir sejenak. Bagaimana bisa ia punya niatan loncat ke danau itu? Kalau ia beneran meninggal, siapa yang akan bertanggungjawab atas kematiannya? Bukankah ia akan rugi sendiri? mungkin di awal, orang-orang yang masih menganggapnya ada menangisi kepergiannya. Setelah beberapa bulan dan tahun lewat, mereka akan melupakan seorang Acilia. Lagipula hidupnya kini sudah mulai normal.

"Gue gak secemen itu. Gue perlu buktiin kalo gue bisa strong cuma masalah kek gini," sungutnya berlalu.

"Trus apa perlunya juga gue hidup kalo udah gak ada yang peduli sama gue? Tunggu, keknya ide bunuh diri adalah ide cemerlang." Ia berpikir lagi sambil sesekali menoleh ke danau di belakangnya.

"Bulsyit! Gue gak sebodoh itu!"

Acilia berlari kencang dari sekitaran danau. Tak sengaja tubuhnya menubruk seseorang. Saat ia mengangkat wajah. Lagi-lagi pemuda koki yang muncul di hadapannya.

"Lo lagi. Ngapain lo di sini? Buntutin gue?"

Ilyas tertawa pelan, "Maaf, Ci. Ini gue lagi ada pesanan mendadak besok. Jadi harus beli bahan malem ini juga. Lo mo bantuin gue gak motongin sayur sama bumbui? Besok tinggal masaknya. Jadi gak telat ngasi ke orang yang mesen."

"Ini udah bukan jam kerja keles. Bos Parsa juga pasti dah ngorok disuruh kerja malem-malem."

"Yaudah kalo lo gak mau. Gue pergi dulu."

Ilyas meninggalkan Aci sendirian mematung. Sementara si pemuda koki melangkah santai menuju ke warung makannya yang sudah tutup. Ia segera membuka pintu warung dan melesat ke dapur. Setelah meletakkan semua bahan di atas meja, ia memakai celemek dan sarung tangan untuk memotongi daging.

Aci yang hanya bisa menatap langkah santai seorang Ilyas malah bergeming dengan pergumulan isi otaknya.

"Keknya gak buruk juga gue bantuin dia. Itung-itung ngilangin stres gue."

Sinyal JodohWhere stories live. Discover now