Kecewanya Acilia🥀

2.5K 274 16
                                    

"Heh! Lepasin! Kalian siapa sih? Berani-beraninya pegang tangan mulus gue!" bentak Acilia.

Satu orang diantaranya bertubuh tinggi tegap dengan pakaian rapi layaknya seragam sopir itu menyeret tubuh rampingnya ke dalam mobil bersama beberapa orang dengan dandanan seperti preman entah berantah. Setelah itu, mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Acilia yang masih tergagap yang kini berada di dalam mobil mulai kebingungan. Ia memeras otak segera untuk berpikir.

Ampun! Gue diculik!

Fix! Gue diculik!

Eh tapi siapa yang nyulik gue? Kan gue cuma pelayan warung makan?

Ato ini kerjaan rival papi?

Ato justru ini kerjaan papi? Eh gak mungkin. Papi gak peduli sama gue.

Yang masuk akal ini kerjaan rival papi.

Lalu gimana ini?

Kek di tivi. Gue diperkosa dan mayat gue ngambang dibuang di sungai.

Acilia menjerit ketakutan dan berusaha memecahkan kaca jendela mobil dengan hak sepatunya yang terbuat dari kayu. Ia terus memukul-mukul kaca dengan sepatu saat para penculik itu lengah.

Seseorang dari mereka mencoba menghubungi seseorang.

"Ampun dah, Boss. Nangkep atu cewek ni kek nangkepin anak kucing. Gak begitu susah sih, cuma berisik! Gimana ini, Boss?"

Sepertinya suara di seberang sana mulai menenangkan si penelepon. Terbukti si penelepon manggut-manggut.

"Non!  Pliz tenang bentar. Entar papi sama mami Nona dateng. Mereka masih di airport. Baru dateng."

Acilia yang awalnya memasang kuda-kuda untuk melarikan diri berhenti seketika.

"Ini kerjaan papi gue?"

Para penculik itu serempak mengangguk pasrah.

"Kenapa gak ngomong dari tadi. Yaelah!" Acilia memukul pundak salah seorang dari mereka.

"Habis Non Aci maen ngamuk aja."

"Lo punya mulut. Ngomong napa, Oon!"

"Iya, maaf, Non," ucap salah seorang dari mereka pasrah.

Setelah merasa lega karena jelas yang ia rasa yang menculiknya bukan dari orang jahat, melainkan papinya sendiri. Yang masa bodoh saat ini--di pikiran Aci--menjemput sendiri si papi atau tidak, dalam pikiran Aci ada ketenangan dan kebahagiaan. Iya. Dirinya kini masih dijemput walaupun oleh para pengawal kawakan yang entah si papi ciduk dari mana. Bentuk mereka aneh. Buktinya, ada yang berambut pirang, berambut anak punk, dan segala dandanan mereka yang tak terlihat seperti pengawal orang kaya.

Mungkin papi sekarang bangkrut. Jadilah preman toko klontong disewa, pikir Aci.

Setelah merasa aman, Aci mengeluarkan perlengkapan make-up-nya. Bukannya untuk mendandani wajahnya dengan riasan bedak tebal agar terlihat segar, justru ia mendandani dirinya dengan eyeshadow berwarna coklat gelap yang ia bubuhkan sedikit di bawah lingkar mata. Polesan kelelahan. Supaya berkesan bahwa ia seorang anak yang hidupnya melarat karena lama terbuang. Dengan sedikit eyeshadow berwarna terang yang sengaja ia poles pada tepi bibirnya. Yang menandakan ia sedang tak enak menjalani hidup.

Sekali-kali papi harus dibuka mata hatinya kalo anak semata wayangnya sedang tidak baik-baik saja.

Sekali lagi ia mengacai wajahnya dengan cermin. Entah kenapa seketika akan menjerit saja. Kenapa riasannya malah seperti kuntilanak. Sebentar ia pikir, ada yang kurang. Supaya terlihat sedikit segar, ia butuh liptint. Yah, ia memoles sedikit bedak dan liptint. Polesan yang sebelumnya ia tutupi tipis-tipis supaya terkesan natural. Yah, lelah yang natural, tapi hasil dari riasan alias kelelahan palsu.

Sinyal JodohWhere stories live. Discover now